Ratusan mahasiswa internasional rencananya akan diizinkan kembali ke negara bagian New South Wales (NSW) dengan ibu kota Sydney sebelum akhir tahun ini.
Namun, mahasiswa dari Tiongkok dan Nepal kemungkinan besar tidak termasuk dalam program uji coba tersebut.
BACA JUGA: Wabah COVID-19 di Australia Belum Reda, Ada Kabar Buruk dari Victoria
Awal Desember nanti, sebanyak 500 mahasiswa dari seluruh dunia akan diizinkan melakukan perjalanan ke Australia dengan dua penerbangan sewaan.
Rektor Western Sydney University, Barney Glover mengatakan tiket pesawat akan dibayar sendiri oleh mahasiswa, sementara biaya karantina ditanggung universitas.
BACA JUGA: Australia Ingin Memperbaiki Hubungan, tetapi Prancis Ogah Move On
"Ini adalah awal dari uji coba yang mungkin terdengar sepele, tetapi menjadi sinyal penting bahwa Australia akan membuka diri untuk siswa internasional lagi," kata Barney, yang juga memimpin komite dalam program percontohan tersebut.
Namun program tersebut hanya diperuntukkan bagi mahasiswa internasional yang memenuhi syarat, yakni telah divaksinasi dua kali dengan vaksin yang diakui Australia, yakni Pfizer, Johnson and Johnson, Moderna dan AstraZeneca.
BACA JUGA: Warga Mulai Melakukan Pergerakan Lagi Setelah Angka Penularan COVID-19 di Indonesia Turun
Ini berarti mahasiswa internasional, seperti asal Tiongkok, yang sudah menerima vaksin Sinovac dan Sinopharm di negaranya kemungkinan tidak bisa mengikuti program ini.
Termasuk kemungkinan juga mahasiswa asal Indonesia, karena kebanyakan warga di Indonesia mendapatkan vaksin yang diproduksi di Tiongkok tersebut.
Tapi rektor dari Westeren Sydney University mengatakan pihaknya telah mendorong ATAGI (lembaga penasihat vaksinasi di Australia) dan TGA (lembaga administrasi barang terapeutik) untuk bergerak cepat untuk mengatasi masalah vaksin yang belum disetujui.
"Kami mendorong mereka untuk bekerja melalui pengaturan timbal balik vaksinasi untuk vaksin yang belum disetujui di Australia, sehingga kami dapat membuka lebih luas dengan negara lain," kata Profesor Barney.
Namun, Profesor Barney mengatakan dia sangat paham untuk memulai program percontohan ini dengan vaksin yang disetujui terlebih dahulu. Hidup terganggu karena tak bisa bikin rencana
Wakil Perdana Menteri Australia, John Barilaro, mengatakan mendatangkan mahasiswa asing yang selama ini tak bisa kembali ini menjadi tahap pertama dari program uji coba. Nantinya kemudian akan dikembangkan perlahan.
Mahasiswa internasional yang didatangkan juga tidak akan dihitung atau dimasukkan dalam batas jumlah warga yang boleh kembali ke Australia.
"Yang penting, rencana ini tidak akan mengorbankan warga negara atau penduduk Australia mana pun yang ingin kembali ke rumah," kata John.
Direktur Eksekutif dari organisasi Universities Australia, Catriona Jackson memuji pemerintah NSW karena "sangat bertekad" untuk menjadikan Australia mendatangkan kembali mahasiswa internasional.
"Mahasiswa internasional banyak melakukan banyak investasi di Australia dan akan sangat senang rasanya bila melihat mereka kembali ke Australia dengan prosedur yang aman dalam sistem karantina yang kuat."
Belle Lim, mahasiswa internasional asal Malaysia dan presiden Council of International Students Australia, mengatakan para mahasiswa yang sempat diminta kembali ke negara asal mereka, sekarang senang bisa kembali ke Australia.
Belle mengatakan banyak mahasiswa internasional yang kehidupannya terganggu, termasuk karena perbedaan waktu saat kuliah, kurangnya hubungan sosial dengan mahasiswa lain, meski mereka masih tetap bisa kuliah secara daring.
"Hidup kita yang terganggu karena tak bisa membuat rencana ... sangatlah sulit bagi mahasiswa," kata Belle.
"Mahasiswa internasional membayar biaya kuliah yang sangat tinggi untuk belajar di Australia, tetapi tidak dapat memiliki pengalaman kuliah di sana, menjadi tekanan finansial dan mental yang besar. Karena keputusan baru disambut baik mahasiswa."
Sebelum pandemi, sekitar 250.000 siswa internasional belajar di NSW, membuat sektor pendidikan menjadi ekspor terbesar kedua negara bagian itu.
Pemerintah negara bagian NSW mengatakan ada 57.000 mahasiswa internasional yang saat ini mencoba masuk ke NSW. Ada mahasiswa yang lebih diprioritaskan kembali
Belle mengatakan akan ada banyak mahasiswa internasional yang ingin kembali, tetapi program uji coba ini menggunakan "sistem triase" sehingga mereka yang paling diprioritaskan akan bisa lebih dulu didatangkan.
Prioritas akan diberikan kepada mahasiswa S3, mereka yang hampir menyelesaikan sekolahnya, serta mahasiswa kedokteran atau bidang studi yang berhubungan dengan kesehatan.
Belle juga mengatakan sejumlah mahasiswa internasional merasa aturan vaksin di Australia yang terlalu ketat sangat bertentangan.
"Mahasiswa perlu diperlakukan secara adil dan setara ... kami akan terus melakukan advokasi untuk semua mahasiswa internasional, tetapi kami juga akan kooperatif," ujarnya.
Sementara itu penyedia akomodasi Scape akan menampung mahasiswa yang kembali ke Australia selama mereka menjalani karantina wajib selama 14 hari di kawasan Redfern, Sydney.
Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan dalam bahasa Inggris
BACA ARTIKEL LAINNYA... Koalisi Masyarakat Sipil: Warga Maybrat Masih Mengungsi, Bahan Makanan Menjadi Kebutuhan yang Mendesak