Mahasiswa Polsri Tewas Saat Ikuti Diksar di Gandus

Senin, 04 Desember 2017 – 17:52 WIB
Ilustrasi. Foto: sumeks.com

jpnn.com, PALEMBANG - Kegiatan Pendidikan dan Latihan Dasar (Diksar) Himpala Bahtera Buana, Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri), Palembang, mendadak heboh, Sabtu (2/12).

Itu setelah, seorang mahasiswa semester III Jurusan Teknik Mesin meninggal setelah terjatuh saat mengikuti kegiatan tersebut.

BACA JUGA: Progres Venue Menembak dan Sepak Bola Putri Melebihi Target

Korban bernama Haris Fuady, 19, warga 8 Ilir, Palembang itu, meninggal lima jam kemudian setelah terjatuh.

Mulanya, sekitar pukul 15.00 WIB, korban yang sedang mengikuti kegiatan diksar di Jl Mekarsari, Kelurahan Pulokerto, Gandus tiba-tiba jatuh.

BACA JUGA: Latihan Perdana, Sriwijaya Terpaksa Cari Lokasi Latihan Baru

Korban lalu diberi minum. Saat berusaha disadarkan teman-temannya dan panitia diksar, korban mengaku bukan Haris.

Dia menyebut dirinya sebagai Helen. Karena tempat latihan jauh dari pemukiman warga, panitia dan teman-teman korban bingung.

BACA JUGA: Hamdalah, 1.000 Butir Ekstasi Gagal Beredar di Ogan Ilir

Setelah bertanya kepada warga, korban akhirnya dibawa ke rumah Ustaz Taufik di Griya Asri Blok I, Kelurahan Pulokerto, Kecamatan Gandus. Saat tiba di sana, korban masih sadar. Tapi, tak lama kemudian, korban meregang nyawa. Kasus itu dilapokan ke Polsek Gandus.

Tim identifikasi Polresta Palembang juga datang mengidentifikasi dan mengevakuasi korban. “Memang benar, sekitar pukul 8 malam korban dibawa ke rumah saya. Tapi saya tidak di rumah, sedang mengisi acara di luar umah,” kata Ustaz Taufik, saat ditemui di kediamannya, Minggu (3/12).

Kapolsek Gandus, AKP Aidil Fitriansyah, mengatakan, setelah mendapat laporan adanya kejadian itu, pihaknya langsung mengecek kondisi korban di rumah Ustaz Taufik.

“Ternyata sudah meninggal. Kami minta izin keluarganya untuk membawa jenazah korban ke RS Bhayangkara agar bisa divisum. Untuk mengecek penyebab kematiannya,” jelas dia.

Hasil visum, dokter tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. “Meninggalnya murni dan tidak ada bekas kekerasan atau penganiayaan,” ujarnya. Informasi yang mereka kumpulkan, sebelum meninggal korban sempat kerasukan.

Awalnya, diksar berjalan lancar. Tiba-tiba korban jatuh dan diberi minum. Saat nama korban dipanggil teman-temannya, meluncur pengakuan dari mulut korban kalau yang ada dalam tubuh korban adalah orang lain.

“Teman korban pun kebingungan. Karena itu, korban lalu dibawa ke rumah Ustaz Taufik,” beber Aidil.

Pembantu Direktur III Polsri Bidang Kemahasiswaan, Irawan Rusnadi, mengatakan, pihaknya mengantongi izin untuk diadakannya diksar. Terhadap adanya kejadian itu, segenap civitas akademika Polsri turut berbelasungkawa.

Saat ini, pihak Polsri masih menunggu hasil visum dari kepolisian. “Kami tahu ada pemberitahuan bahwa akan ada diksar selama tiga hari dan saat ini kami masih menunggu hasil,” imbuhnya.

Musibah yang dialami Haris Faudy saat ikut Pendidikan Dasar (Diksar) XIX tahap 1 Himpala Bahtera Buana telah pula didengar Direktur Polsri Dr Ing Ahmad Taqwa MT.

Dia menegaskan, kegiatan itu resmi dan mengantongi izin dari kampus serta izin orang tua. Diksar itu salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) dalam rangka meningkatkan soft skill.

“Ini murni musibah dan kami turut berbelasungkawa. Ini duka bagi kami juga,” ucapnya.

Kata Taqwa, begitu menerima kabar adanya kejadian itu, pihaknya langsung menghentikan kegiatan hingga batas yang tidak ditentukan. “Kita tidak ingin ini terjadi. Tapi ini adalah musibah,” tandasnya.

Dari pihak mahasiswa yang menggelar Diksar telah memberikan keterangan kepada pihak kepolisian seputar kejadian itu. Dia dan pimpinan serta sejumlah mahasiswanya tadi malam berada di rumah korban untuk takziah.

Dia tak menerima adanya keterangan tentang dugaan penganiayaan terhadap korban. Yang ada, almarhum mengalami kesurupan bersama dua mahasiswa lain saat kegiatan Diksar.

“Tapi dua temannya sudah sadar dan telah dipulangkan ke keluarga mereka. Nah, almarhum ini tidak sadar hingga meninggal,” pungkasnya.

Dalam pandangan ulama, sebetulnya secara harfiah kecil kemungkinan seseorang bisa meninggal dunia lantaran kerasukan atau kesurupan. Namun, dampak dari kondisi tak sadarkan diri itulah yang kemungkinan memicu terjadinya kematian.

“Bisa saja akibat dia kesurupan biasanya perilakunya tak terkontrol,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palembang, Drs HM Saim Marhadan. Untuk menghindarkan diri dari kesurupan, Saim mengimbau khususnya bagi umat muslim, senantiasa berupaya mendekatkan diri kepada Allah swt. (wly/nni/kms/ce1)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Modal Nikah Sang Kakak Ludes, Tarmizal Malah Ngales Begini


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler