Laporan ZULHAM MUBARAK, Jakarta
JIKA ada award wanita paling nekat sedunia, Huwaida Arraf mungkin masuk dalam unggulan
BACA JUGA: Tanya Lokasi Pertemuan di Perjalanan, Komunikasi Tiba-Tiba Terputus
Wanita yang berdomisili di Amerika itu tercatat dalam sejarah sebagai aktivis wanita yang sukses menembus blokade Israel dengan dua perahu kecilPada hari tersebut, untuk kali pertama setelah 40 tahun terakhir, aktivis Free Gaza Movement dan 43 rekannya dari 17 negara berhasil menaklukkan armada laut Negeri Zionis dan mengirimkan bantuan untuk rakyat Palestina
BACA JUGA: Anak Pergi Kerja, Ibu Ditaruh di Plafon
Kini dia membidik pelayaran kelimanya menembus laut mediterania demi mengurangi penderitaan warga Gaza."Tapi, kali ini saya ingin dunia melihat dengan mata terbuka
Kandidat peraih nobel perdamaian 2009 itu memang tidak main-main
BACA JUGA: Sulastri Tak Bisa SMS, Sutarwi Dilempari Pemabuk
Empat bulan terakhir, alumnus University of Michigan itu telah meninggalkan rumahnya di Amerika Serikat (AS) demi suksesnya pelayaran kelima yang dilangsungkan Mei 2010 mendatang.Wanita beragama Katolik itu telah berkeliling ke tujuh negara sebelum sampai di JakartaDampaknya, maskapai penerbangan berkali-kali menolak membawa barang-barang pribadinya yang jumlahnya seabreg"Tiap transit di salah satu negara, barang bawaan selalu susah terbawaMaklum, sudah empat bulan lebih saya tinggal dari hotel ke hotel," ujar wanita berhidung mancung itu.
Lalu apa hasil kampanyenya" Saat ini dia mengaku telah mendapat sedikitnya enam kapal kecil dan dua kapal kargoDari delapan kapal itu, lima merupakan sumbangan Turki dan tiga sisanya merupakan sumbangan Organisasi Perdamaian Global Perdana yang dimotori Mantan PM Malaysia Mahattir MuhammadDalam dua bulan ke depan, dia sudah dijanjikan armada dari Swedia dan Yunani.
Kapal-kapal itu rencananya diisi makanan, obat-obatan, semen, dan kertasNamun, di antara bahan-bahan itu, menurut Huwaida, yang paling krusial adalah semen dan kertasSebab, kedua bahan itu sama sekali tidak boleh melintasi perbatasanAkibatnya, bangunan bekas pengboman tentara Israel dan tembok-tembok warga Gaza banyak yang berlubang dan tidak berbentuk"Semen dituding sebagai amunisi untuk melempari tentara, jadi mereka melarang ekspor bahan itu," ujarnya.
Huwaida mengakui, perhatian dunia internasional memang sangat tinggi terhadap konflik Palestina-IsraelTapi, kata wanita yang lebih sering berada di Palestina daripada di AS itu, hal tersebut tidak memunculkan solusiYang ada hanya jalan buntu karena Israel tidak mengindahkan ancaman apa pun dari dunia internasionalKarena itu, dia menggalang aksi lebih konkret untuk membantu masyarakat Gaza, yakni dengan pelayaran itu.
"Bantuan uang lebih tidak konkret karena menumpuk di pemerintah dan tidak tersalurkanWarga Gaza butuh hal yang konkret dan bisa langsung digunakan," ujarnya.
Selain mengumpulkan kapal, Huwaida membuka pintu bagi politisi atau wartawan yang ingin ikut dalam sail Gaza Mei mendatangDalam sederet pelayaran terakhirnya, dia juga sukses membawa serta dokter, wartawan, anggota parlemen, suster, guru, pengawas HAM, dan aktivis lain.
Dia mengisahkan, tidak semua pelayarannya berjalan mulusPada Desember 2008, ketika dia menggalang pelayaran kali kesekian, AL Israel menabrak perahu yang membawa dokter dan suplai makanan bagi warga GazaKapal itu pun karamDua minggu kemudian, mereka berusaha lagi menembus blokade, namun gagal dan terpaksa menyelamatkan diri setelah kapal yang mereka tumpangi bernasib serupaMereka harus dievakuasi dari tengah laut.
"Pada 30 Juni 2009 kapal kami yang berisi 30 ton bahan makanan, pakaian, dan mainan anak-anak dicegat kapal perang dan kami pun ditangkap Armada Israel," kenangnya.
Karena itu, Huwaida tidak memberikan jaminan keselamatan kepada peserta pelayaran, siapa pun merekaIni karena agresivitas militer Israel memang sering tidak terukur, apalagi mereka dibekali perlengkapan tempur yang canggih.
Dalam catatannya, ketika Israel memblokade Palestina selama 22 hari pada pertengahan tahun lalu, sedikitnya 1.419 nyawa melayangDi antaranya, 1.167 warga sipil, 326 anak-anakSelain itu, 5.300 orang lain cedera"Yang menyedihkan, itu semua terjadi dalam tiga pekan saja," katanya.
Selain itu, rekan Huwaida sesama aktivis, Caoimhe Butterfly, ditembak di tempat bersamaan dengan pekerja PBB asal Inggris Ian HookBegitu pula dua aktivis rekan seperjuangan Huwaida, Rachel Corrie dan Tom Hurndall, yang tewas dibuldoser tentara Israel"Tapi, itu tidak membuat saya mundurLebih banyak nyawa yang juga akan mengalami hal yang sama di Palestina jika aksi pendudukan ini tidak berakhir," terangnya.
Huwaida berencana berada di Indonesia hingga malam iniSebelum bertolak ke Palestina, dia akan bertemu pimpinan DPR RI dan diagendakan bertemu dengan Jusuf KallaDia berharap ketua PMI itu bersedia memberikan bantuan kepada armadanya"Harapan saya, di Indonesia mendapat satu kapal saja sudah cukupDan, semoga dalam kunjungan singkat saya ini ada pihak yang tergugah untuk ikut menyumbangkannya," ucapnya.
Di tempat yang sama, Ketua Organisasi Voice of Palestina Indonesia Mujtahid Hashem mengatakan siap mendukung misi itu dan membantu penggalangan bantuan dalam misi sail GazaDia juga menyatakan telah mendapat informasi bahwa Mer-C Indonesia siap menyumbangkan satu kapal berisi obat-obatan dan dokter"Jadi, bantuan satu kapal itu saya kira pasti terlampauiSemoga saja masih ada dermawan lain yang ikut membantu," ujarnya.
Mujtahid siap mengampanyekan gerakan Huwaida di Tanah Air dan memfasilitasi dermawan maupun relawan yang hendak memberikan bantuan kepada Free Gaza MovementDia berharap ada tindak lanjut yang konkret dari pemerintah Indonesia menyikapi seruan aksi untuk membantu warga Gaza itu"Kita sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia harus yakin pada perjuangan iniIni demi kelangsungan kemanusiaan," ujarnya.
Kemarin Huwaida juga mendatangi gedung DPR untuk mencari dukungan politikDia ditemui anggota parlemen yang tergabung dalam Kaukus DPR RI untuk Palestina(nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Para Duta Besar yang Bertugas di Negara-Negara Miskin (1)
Redaktur : Tim Redaksi