Tanya Lokasi Pertemuan di Perjalanan, Komunikasi Tiba-Tiba Terputus

Senin, 22 Februari 2010 – 05:43 WIB
Tiga korban semua sejajar paling depan. Dari kiri Suratmo, Tiur M Nunuera, dan Enda Fransiska Boangmanalu. (Foto keluarga/Thomas Kukuh/Jawa Pos)

Tragedi kecelakaan beruntun di Prigen, Pasuruan, Sabtu petang (20/2) membawa duka bagi keluarga Robert Minson BoangmanaluTiga anggota keluarga pria yang tinggal di Surabaya itu tewas

BACA JUGA: Anak Pergi Kerja, Ibu Ditaruh di Plafon

Rencananya, jenazah mereka dimakamkan hari ini
Bagaimana kisah mereka sebelum musibah tersebut?

---------------------------------------------  
Moh

BACA JUGA: Sulastri Tak Bisa SMS, Sutarwi Dilempari Pemabuk

Hilmi Setiawan, Surabaya
--------------------------------------------
  
Tenda sederhana terpasang memanjang sejak dari mulut Jalan Griya Kebraon Selatan X/V-2, Kelurahan Kebraon, Kec Karangpilang, Surabaya, kemarin (21/2)
Di bawahnya puluhan peziarah berkerumun

BACA JUGA: Kisah Para Duta Besar yang Bertugas di Negara-Negara Miskin (1)

Selain kerabat dekat, mereka adalah rekan kerja Robert di PT Barata Indonesia maupun teman sekolah dan kuliah anak-anaknya.

Secara berkelompok, para peziarah memanjatkan doa di depan tiga jenazahYaitu, Tiur MBunuera, Enda Fransiska Boangmanalu, dan Suratmo S.TWilliam BoangmanaluMereka adalah istri, anak ketiga, dan anak keempat RobertMereka menjadi korban kecelakaan di Prigen, Pasuruan, sekitar pukul 17.30 Sabtu laluSaat musibah itu terjadi, keluarga Robert hendak menuju Prigen dalam rangka acara buka dan tutup tahun Famili ParnaFamili ini terdiri atas 18 margaSalah satu di antaranya marga Boangmanalu.

Famili Parna mengadakan acara pesta syukuran di Prigen karena melalui 2009 dengan lancarMereka juga sekaligus memanjatkan doa supaya tahun ini mendapatkan berkah yang melimpah"Seperti biasa, kami memilih tempat di Wisma Edelweiss," tutur Rahman Nadeak, ketua Famili Parna
Rahman menceritakan, Robert merupakan salah seorang pengurus Famili ParnaPria kelahiran 29 Maret 1958 itu menjabat wakil ketua"Karena itu, (Robert) diwajibkan ikut serta," kata Rahman.

Apalagi, rombongan Famili Parna merencanakan acara itu sejak Januari laluDalam rapat terakhir yang diadakan pertengahan bulan ini, diputuskan bahwa mereka berangkat ke Prigen Sabtu pukul 13.00Selain itu, diputuskan bahwa semua rombongan berkumpul di pertokoan Kartika, Kebraon"Semua berangkat menggunakan bus milik Marinir TNI-AL Karangpilang," terang Rahman.

Tanpa diduga, setengah jam sebelum rombongan berangkat, Robert menyatakan tidak bisa berangkat bersama dengan bus"Maaf, saya akan berangkat menyusul nanti sore," kata Rahman menirukan perkataan Robert waktu itu.

Rahman menuturkan, saat itu Robert memberikan alasan tidak bisa berangkat bersamaPutri sulungnya, Nina Desiyanti Boangmanalu, mendapat panggilan training di sebuah bank di SurabayaDari informasi yang didapat Rahman, Nina baru selesai training sekitar pukul 16.30Karena itu, Robert memutuskan untuk menyusul pukul 17.00.

Semula Rahman merasa berat jika Robert tidak bisa berangkat bersamaKarena alasan tadi, Rahman dan rombongan akhirnya berangkat lebih dulu meninggalkan Robert dan keluarga.Begitu Nina selesai training, keluarga Robert meluncur ke PrigenSaat itu mereka berangkat berenam, termasuk sopir, dengan menggunakan mobil Daihatsu Xenia (bukan Toyota Avanza, seperti tertulis kemarin, Red) hitam nopol L 1935 GW.

Robert mengajak istri dan tiga anaknya, yakni Nina, Enda, dan WilliamAndi Ivand Markemo Boangmanalu, anak kedua Robert, tidak ikutMahasiswa semester enam jurusan manajemen FE Unair itu mengikuti KKN (kuliah kerja nyata) di Sidoarjo.Di tengah perjalanan Nina sempat menelepon salah seorang anak Rahman, Raisa Nadeak, untuk menanyakan lokasi pertemuan"Sebenarnya lokasi sama dengan tahun laluMereka mungkin lupa jalannya," kata Rahman

Selanjutnya, Raisa memberikan telepon kepada seorang kerabat perempuan yang duduk di samping Rahman di Wisma EdelweissSaat itulah tiba-tiba komunikasi terputusRahman tidak merasakan ada yang janggal dengan terputusnya komunikasi tersebutSaat itu jarum jam menunjukkan pukul 17.30"Saya pikir (komunikasi terputus) karena tidak ada sinyal," terang Rahman.

Seluruh Famili Parna pun kembali melanjutkan acaraSetelah ditunggu sampai pukul 18.00 keluarga Robert belum juga muncul di lokasi pertemuan, Rahman mulai cemasDia lantas mencoba menghubungi ponsel RobertSetelah terdengar nada panggil beberapa kali, ponsel Robert diangkatNamun, Rahman agak terkejut karena yang menerima bukan suara Robert"Halo, siapa ini" Ini kan nomornya Bapak Robert?" kata Rahman menirukan kembali perkataannya waktu itu.

"Maaf, terjadi kecelakaan," jawab seorang pria lewat ponsel RobertPria itu tidak mau menyebutkan namanya meski Rahman berkali-kali memintanyaRahman langsung menginformasikan musibah yang dialami keluarga Robert kepada seluruh Famili ParnaSituasi di Wisma Edelweiss yang semula ramai berubah seketikaSeisi ruangan histeris"Semua menangis keras," tutur Rahman.

Setelah beberapa saat menenangkan diri, Rahman menuju Puskesmas Pandaan bersama enam anggota Famili ParnaDi sana mereka tidak menemukan keluarga RobertDalam perjalanan ke puskesmas, mereka menyaksikan beberapa kendaraan ringsek di pinggir jalanTermasuk mobil Daihatsu Xenia milik Robert"Dari situ saya benar-benar yakin terjadi kecelakaan (pada keluarga Robert)," kata Rahman.

Ketika di Puskesmas Pandaan mereka diminta polisi agar meluncur ke RSUD BangilBegitu tiba, mereka menuju kamar mayatDi sana mereka melihat tujuh mayatTiga di antaranya berada di atas brankar, dan empat lainnya di lantai"Benar, itu saudara kami," kata Rahman kepada petugas RSUD Bangil.  Dia memastikan tiga di antara tujuh mayat tadi adalah keluarga RobertYakni, Tiur, Enda, dan WilliamDua di antara jenazah saat itu berada di atas brankar, dan seorang lainnya di lantai

Satu jenazah lain yang ditempatkan di lantai dikenali Rahman sebagai Haris, sopir yang diajak RobertHaris adalah rekan kerja Robert di PT Barata Indonesia"Saat itu kondisi keempat mayat sudah dibersihkan," tutur RahmanNina menderita luka berat di bagian pangkal paha dan dirawat di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) MalangSedangkan Robert mengalami luka ringan dan dibawa ke RSUD dr Soetomo Surabaya.

Rahman segera membawa empat jenazah tersebut ke SurabayaTiga jenazah keluarga Robert dilarikan ke rumah duka di Griya Kebraon Selatan X.  Menurut Rehna FKa?ban, anggota famili Parna yang tidak ikut ke Prigen, jenazah tiba Minggu dini hari sekitar pukul 01.30Sedangkan jenazah Haris dibawa ke rumah duka di Bulak Banteng, Surabaya.

Rencananya, jenazah Tiur, Enda, dan William dimakamkan di pemakaman Kristen Megare, Sepanjang, Sidoarjo, siang ini (22/2)Hal itu diputuskan dalam rapat gereja tadi malam setelah keluarga korban dari Jakarta dan Medan tibaHingga tadi malam Nina masih dirawat di RSSAKondisinya mulai membaik setelah sempat tidak sadarBegitu pula Robert masih dirawat RSUD dr SoetomoDia belum bisa dimintai komentar soal musibah yang menimpa keluarganya.

Anak kedua Robert, Andi Ivand Markemo Boangmanalu, juga tidak berkomentar saat ditanya soal kecelakaan tersebutIvand terlihat shock atas musibah ituDia tak berhenti menangis di dekat jenazah ibunya dan Enda, adiknya.Teman-teman kuliah Enda di Akademi Sekretaris Widya Mandala Surabaya (WMS) datang ke rumah duka untuk melayat kemarinDi mata temannya, Enda merupakan sosok pendiam dan kalem"Tetapi, dia juga mahasiswa yang pintar," kata Evi Novian, kolega dekat dan teman sekelas Enda.

Sabtu siang sebelum berangkat ke Prigen bersama keluarga, Enda sempat mengirim pesan singkat (SMS) kepada EviIsinya, Enda menyatakan sudah kangen bertemuSelama dua minggu terakhir mereka menghadapi ujian di kampusMereka tidak pernah bertemu karena mengikuti ujian di kelas terpisah"Dia mengajak ketemuan," ujar EviTernyata, Enda menemui sang Pencipta lebih dulu sebelum dapat melepas rindu dengan teman-teman dekatnya

Sementara itu, korban tewas tabrakan beruntun di Jl Raya Pandaan-Prigen, tepatnya di Dusun Mbarsari, Gambiran, Prigen, Pasuruan, Sabtu petang lalu (20/2) bertambah, menjadi sepuluh orangTiga lainnya luka berat, satu luka ringan

Korban tewas terakhir adalah Ali Fauzi, 49, warga Dusun Jogonalan, Desa Bogosari, PandaanDia  tukang ojekSaat musibah itu, Ali mengendarai motor Honda Supra Fit nopol N 4763 VG untuk mengantarkan langganannyaYakni, Lanawati, 38, dan putrinya, Silvia Lana Suryanti, 8, warga Desa Randuagung, SingosariTiga orang itu tewas setelah dihantam truk kontainer bermuatan penuh air mineralAli Fauzi dirujuk ke RSSA Malang, tetapi meninggal dalam perjalanan

Korban tewas lain adalah penumpang Xenia.  Mereka Haris, 45, sopir; Tiur MBunuera, 48; Enda Fransiska Boangmanalu, 19; dan Suratmo S.TWilliam Boangmanalu, 11Selain itu,  juga tewas Eko Sumariyono, 34, sopir mobil pikap; Fajar Antoko, 22; dan Sulis 22Dua nama terakhir berasal dari Pacet, Mojokerto, yang mengendarai motor Suzuki Shogun nopol W 6129 RUMotor ini juga dihantam truk kontainer nopol L 9806 OD milik PT Erindo Mandiri.

Saimun, sopir truk, masih dirawat di RSUD BangilDia belum sadarPolres Pasuruan belum menetapkan Saimun sebagai tersangka karena belum bisa memeriksanyaDuka juga menyelimuti keluarga Lanawati dan Silvia Lana SuryantiSaat itu, ibu dan anak tersebut hendak berkunjung ke rumah Lilik Ernawati, ibu Lanawati, di Desa Gambiran, PrigenBambang, suami Lanawati dan ayah Silvia Lana Suryanti, tampak shock berat saat mendatangi kamar mayat RSUD Bangil Sabtu malam"Biar jenazah mereka dimakamkan di kampung halaman istri saya saja agar mereka lebih tenang," kata Bambang dengan suara berat.   

Pria 40 tahun itu tidak kuasa melihat tubuh istri dan anaknya yang penuh darah di pemandian jenazahDia beberapa kali menyebut nama Silvia,  anak ketiganyaSehari-hari Bambang bekerja di bengkel di PandaanIstri dan anak-anaknya tinggal di Singosari"Kami tetap bisa dekatSelain komunikasi jalan terus, saya selalu menyempatkan diri untuk pulang," ujar Bambang

Dari pernikahannya dengan Lanawati, Bambang memiliki empat anakKini tinggal anak sulungnya,  yakni Risa Lana Septiwanti"Anak kedua dan ketiga saya meninggalYang kedua meninggal karena sakitAnak keempat saya adalah kembaran SilviaDia meninggal setelah Silvia lahir," tuturnya

Bambang sangat menyayangi Silvia karena ketika masih kecil sering sakit-sakitanPersisnya, saat ditinggal saudara kembarnyaKarena itulah, Bambang sangat memanjakan SilviaJika Lana dan Silvia pulang ke rumah ibunya di Gambiran, Prigen, Bambang pasti menyempatkan waktu untuk menemui merekaMenurut Bambang, setiap malam Minggu istrinya  pulang ke rumah ibunya dan selalu mengajak SilviaMereka bahkan punya tukang ojek langganan, yaitu Ali Fauzi.   

Jenazah Lanawati dan Silvia disemayamkan di rumah Lilik Ernawati di Desa Gambiran kemarinDuka mendalam terus dirasakan Bambang saat para pelayat memberikan ucapan bela sungkawa.  Begitu pula dengan Risa, anak pertamanyaGadis yang bersekolah di SMA Kosgoro, Lawang, Malang, itu tak henti menangisApalagi ketika menatap foto yang tergantung di tembok rumah neneknyaFoto itu bergambar ibunya bersama saudara-saudaranya

"Saya tidak punya firasat apa-apa saat ibu dan adik pergi ke PrigenSebab, mereka biasa ke sanaSetiap hari Minggu, Silvia sekolah Minggu di gereja Prigen," kata gadis yang kemarin mengenakan baju warna putih ituBeberapa kali dia mendekap tubuh saudaranyaSatuhan, sepupu Lanawati, menganggap peristiwa yang merenggut nyawa Lanawati dan Silvia sebagai kehendak TuhanHanya, dia agak menyesal karena kecelakaan itu terjadi hanya sekitar 100 meter dari rumah Lilik ErnawatiDengan kata lain, Lanawati hampir sampai di rumah ibunya sebelum musibah itu.  

Siang kemarin juga datang mobil milik Bamag (Badan Musyawarah Antargereja)Dari mobil itu, dikeluarkan dua peti matiSatu berukuran kecil dan satu berukuran agak besar"Peti yang besar untuk Lana dan yang kecil untuk Silvia," kata Satuhan

Meski peti mati sudah datang, pemakaman belum dilakukan"Keluarga sepakat bahwa Lana dan Silvia dimakamkan besok (hari ini) di pemakaman umum KluncingSebab, masih ada beberapa keluarga yang akan datang," tutur Satuhan(diperkaya radar bromo/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Hotel yang Disesuaikan dengan Karakter Keluarga Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler