jpnn.com - MAJALENGKA – Kekeringan yang melanda wilayah utara Kabupaten Majalengka dinilai masih kategori rawan atau baru sebatas ancaman. Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kabupaten Majalengka berkeyakinan jika ribuan hektare tanaman padi masih bisa dipanen.
“Karena kondisi padi dalam beberapa minggu ke depan sudah bisa dipanen. Kami yakin karena masih ada sejumlah jaringan irigasi yang airnya masih tercukupi meski harus menggunakan mesin pompa air. Memang wilayah utara itu merupakan daerah rawan kekeringan,” kata Kepala Bidang Ketahanan Pangan Distankan Majalengka, H Taham dilansir Radar Cirebon (Grup JPNN.com), Senin (27/7).
BACA JUGA: Pemda Ini Berharap Menteri Yuddy Izinkan Daerahnya Buka Rekrutmen CPNS
Dari luas lahan yang terancam sekitar 7 ribu hektare itu tentu menjadi pekerjaan rumah (PR) bukan hanya Distankan, melainkan sejumlah stakeholder terkait seperti BP4K dan Kodim 0617 Majalengka yang selama ini terus membantu menyukseskan swasembada pangan di Majalengka.
Pihaknya mengaku terus berkomunikasi intensif dengan kepala seksi pertanian yang ada di masing-masing kecamatan untuk terus memberikan data sejumlah wilayah yang terancam kekeringan.
BACA JUGA: Usai Menikah, Sejoli Penggelap Uang Pupuk tak Bisa Nikmati Malam Pertama
Taham mengaku pihaknya tengah mencari solusi dan antisipasi ancaman kekeringan tersebut, jika dinyatakan menjadi bencana kekeringan. Sebab, berbagai upaya mulai dari menyalurkan bantuan pompa sampai imbauan kepada para petani terutama tetap memanfaatkan sumber mata air yang airnya masih tercukupi sampai masa panen mendatang.
“Memang musim kemarau saat ini membutuhkan biaya produksi lebih ketimbang tahun sebelumnya. Namun bukan hanya dialami para petani di Majalengka saja khususnya wilayah utara melainkan sejumlah daerah seperti Cirebon dan Indramayu,” lanjutnya.
BACA JUGA: Wajah Titik Nol Kilometer Malioboro Segera Disulap
Pihaknya tengah berupaya merealisasikan program pompanisasi untuk menaikan IP bidang pertanian. Hal ini sebagai cara untuk mengimbangi kondisi lahan yang dalam beberapa tahun terakhir tidak bisa diperluas karena adanya tol dan bandara.
Cara tersebut disiasati dengan lebih bermanuver untuk menyosialisasikan kepada masyarakat khususnya petani. Misalnya, kondisi hulu sungai tetap menjadi prioritas harus diperbaiki agar pasokan air ke hilir terus tercukupi. Cara menyiasatinya yaitu dengan kondisi tanaman yang sudah muai berbuah untuk tetap dipertahankan agar mampu menghasilkan produksi ditahun ini.
Seorang petani asal Desa Ligung Lor Kecamatan Ligung Karsum (46) mengaku dirinya harus berjuang ekstra, khususnya memenuhi kebutuhan air bagi tanaman padi. Dari luas lahan tiga per empat hektare, setiap hari harus menyedot air tiga sampai empat kali menggunakan mesin pompa.
Sementara itu, kekeringan membuat petani di wilayah Kertajati dan Jatitujuh lebih memilih menyewakan lahan pertanian kepada petani bawang merah asal Brebes. Para petani beralasan, sewa lahan itu lebih menguntungkan dibanding menggarap lahan sendiri.
“Memasuki musim tanam ketiga kali ini air tidak ada, kalau ditanami palawija seperti bawang merah tentu membutuhkan modal yang besar. Apalagi kami disini tidak memiliki keahlian menanam bawang,” kata Caryo.(ono/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polda Kaltim Cium Sindikat di Penyelundupan Kayu ke Malaysia
Redaktur : Tim Redaksi