Makam Bekas Wali Kota Surabaya Turut Terancam

Minggu, 26 Maret 2017 – 12:32 WIB
Pemakaman. Foto: dok. Sumut Pos/JPG

jpnn.com, SURABAYA - Upaya merebut Taman Makam Pahlawan (TMP) Sepuluh November di Jalan Mayjen Sungkono dari tangan pemkot Surabaya makin merajalela.

Sebab, jika upaya itu berhasil, bukan hanya tempat peristirahatan terakhir para pejuang yang terancam.

Makam bekas para wali kota Surabaya pun bakal tergusur.

BACA JUGA: Anies Ingin Selamatkan Warga Jakarta dari Penggusuran

Selama ini terdapat makam sejumlah tokoh top di makam pahlawan Jalan Mayjen Sungkono tersebut.

Di ujung barat daya kompleks pemakaman itu, ada makam Doel Arnowo, wali kota Surabaya periode 1950-1952.

BACA JUGA: Soni Pastikan Tidak Ada Penggusuran Jelang Pilkada

Abdoel Adhiem nama aslinya. Dia adalah penggagas Monumen Tugu Pahlawan yang diresmikan pada akhir masa jabatannya.

Karirnya berlanjut sebagai rektor pertama Universitas Brawijaya Malang.

BACA JUGA: Ahok Gusur Tiga Wilayah Ini Bulan Depan

Saat mengunjungi makam tersebut, nama Doel sempat tidak terlihat karena tertutup helm besi yang catnya sudah mengelupas.

Doel adalah eks residen DPB Menteri Dalam Negeri. Saat menjabat, Surabaya masih berbentuk karesidenan.

Makam Doel berada di sisi paling selatan. Sisi itu menjadi titik sengketa.

Luasnya mencapai 10.880 meter persegi. Lokasi tersebut tidak jauh dengan monumen perjuangan di tengah-tengah makam.

Selain makam Doel Arnowo, ada makam wali kota lainnya. Penjaga makam memberi tahu bahwa makam wali kota lainnya berada di blok sebelah, B2.

Tokoh yang dimaksud adalah Kolonel Moehadji Widjaja. Tidak tertulis bahwa dia adalah bekas wali kota Surabaya.

Namun, penjaga makam memastikan bahwa makam tersebut merupakan makam wali kota Surabaya periode 1979-1984.

Selain dikenal sebagai wali kota, dia pernah menduduki posisi ketua umum Yayasan Universitas Surabaya (Ubaya) periode 1979-1984 menggantikan H.R. Soeparno.

Lokasi makam wali kota berikutnya tidak jauh dari gerbang masuk.

Yakni, makam Sunarto Sumoprawiro, wali kota Surabaya periode 1994-2000 dan 2000-2002.

Dia adalah wali kota Surabaya terakhir yang berasal dari kalangan militer.

Pemerhati sejarah Dhahana Adi Pungkas mengatakan kaget saat mengetahui bahwa sebagian makam itu diperebutkan.

Dia meminta pemkot segera menuntaskan masalah tersebut.

''Bayangkan, banyak tokoh sentral pembangunan kota ini yang disarekan (diistirahatkan, Red) di sana lho,'' katanya.
Bahkan, jenazah pahlawan dari Taman Makam Bahagia Ampel pun dipindahkan ke TMP Sepuluh November.

Ipung, panggilan akrab Dhahana, menerangkan bahwa TMP mendapat pujian dari luar negeri.

Salah satu alasannya, desain makam membentuk petak-petak segi lima. Petak tersebut melambangkan Pancasila.

''Makanya dijuluki pentagon,'' lanjut penulis buku Surabaya Punya Cerita tersebut.

Ketua Komisi A DPRD Surabaya Herlina Harsono Njoto senada dengan Ipung.

Dari sekian banyak sengketa, sengketa makam pahlawan harus segera diselesaikan.

''Ini gawat. Ini harus segera tuntas,'' paparnya.

Herlina mencatat bahwa pemkot memiliki aset lebih dari 5.000.

Masalahnya, jumlah aset yang telah disertifikatkan tidak banyak.

Aset itu hanya dicatatkan di daftar aset milik pemkot. Adapun penyertifikatan setiap tahun hanya 40 bidang tanah.

''Harusnya lebih gencar,'' jelasnya.

Herlina menjelaskan, penyertifikatan memang tidak menjamin aset pemkot tidak bisa diserobot.

Paling tidak, aset yang disertifikatkan memiliki tingkat keamanan yang lebih baik. (sal/c15/git/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rela Direlokasi Ahok, Warga: Yang Penting Gak Banjir


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler