Sedikitnya 3,2 juta orang, atau sekitar 13,6 persen dari total penduduk Australia saat ini hidup di bawah garis kemiskinan. Penghasilan mereka tidak mencapai batas garis kemiskinan yaitu AU$ 457 dolar, sekitar Rp 4,1 juta per pekan.
Hari Jumat (21/02), Australian Council of Social Service (ACOSS) dan University of New South Wales (UNSW) di Sydney mengeluarkan data terbaru yang menyebutkan satu dari delapan warga dewasa di Australia sedang hidup dalam kemiskinan.
BACA JUGA: Reaksi Warga Australia soal Canberra Jadi Inspirasi Ibu Kota Baru Indonesia
Termasuk dari 3,2 juta orang tersebut, lebih dari 700 ribu adalah anak-anak. Artinya satu dari enam anak di Australia dikategorikan miskin.
Organisation for Economic and Co-operation Development sebelumnya memprediksi tingkat kemiskinan di Australia sebesar 12,1 persen di tahun 2016.
BACA JUGA: Pria Brisbane Diduga Bakar Hidup-Hidup Istri dan Tiga Anaknya di Dalam Mobil
Namun, laporan ACOSS ini turut memperhitungkan biaya tempat tinggal dan biaya lainnya.
Menurut CEO ACOSS, Cassandra Goldie, warga Australia terperangkap dalam kemiskinan akibat rendahnya tunjangan sosial, kurangnya pekerjaan, serta mahalnya biaya tempat tinggal.
BACA JUGA: Kisah Para WNI yang Harus Habiskan Masa Tuanya di Australia?
"Perekonomian kita tak menyentuh sebagian orang, tingkat kemiskinan tetap tinggi, padahal pertumbuhan ekonomi tak terganggu selama beberapa dekade," jelas Dr Goldie.
"Tak bisa dibenarkan bila di Australia, satu dari negara terkaya di dunia, ada lebih 3 juta orang termasuk 750 ribu anak-anak hidup dalam kemiskinan," tegasnya. Photo: Watchem di negara bagian Victoria, tercatat sebagai salah satu wilayah di Australia yang penduduknya berpenghasilan rendah. (AAP/North West Real Estate)
Peneliti dari UNSW, Professor Bruce Bradbury menjelaskan, tingkat kemiskinan Australia lebih buruk dibandingkan Selandia Baru, Jerman dan Irlandia.
"Kemiskinan di kalangan anak-anak tetap lebih tinggi di bandingkan kemiskinan secara umum, sekarang sekitar 17,7 persen," jelasnya.
Penghitungan garis kemiskinan dari laporan ini melihat penghasilan sebesar AU$ 457 setelah pajak untuk perorangan, atau AU$ 960 untuk pasangan dengan maksimal dua anak.
Bagi mereka yang memiliki rumah sendiri, atau tidak membayar sewa rumah, penentuan garis kemiskinannya lebih rendah, yaitu AU$ 370 per minggu untuk perorangan, atau AU$ 776 dolar per minggu untuk pasangan dengan dua anak.
Laporan ACOSS tidak menghitung berapa besar kebutuhan seseorang, melainkan menetapkannya dengan setara 50 persen dari pendapatan rata-rata rumah tangga. Apa yang bisa dilakukan Pemerintah Australia?
Dr Goldie mengatakan, Pemerintah dapat mengurangi kemiskinan dengan cara mendorong pertumbuhan lapangan kerja, meningkatkan tunjangan generasi muda, serta berinvestasi di sektor perumahan.
Tunjangan generasi muda yang ada saat ini, menurut ACOSS, jumlahnya AU$ 289 dolar per minggu.
Para pensiunan yang mendapatkan tunjangan bernasib sedikit lebih baik, karena penghasilan mingguan mereka hanya kurang AU$ 10 dolar dari garis kemiskinan.
ACOSS menyebut, mayoritas generasi muda Australia penerima tunjangan telah menghemat konsumsi makan mereka, sebagian di antaranya berhenti kuliah karena kurangnya biaya.
Dikatakan juga Pemerintah perlu menaikkan tunjangan sedikitnya AU$ 95 per minggu ditambah AU$ 20 per minggu untuk bantuan sewa tempat tinggal.
Sementara itu CEO Mission Australia, sebuah yayasan sosial menyebutkan naiknya biaya perumahan mendorong orang jatuh ke dalam kemiskinan.
"Biaya perumahan naik lebih cepat daripada penghasilan, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah," kata James Toomey dari yayasan tersebut.
Simak berita-berita menarik lainnya dari ABC Indonesia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Indonesia Tak Disarankan Masuk Australia dengan Cara Ini