jpnn.com, JAKARTA - Analis politik Pangi Syarwi Chaniago mengemukakan pandangannya terkait aksi blusukan Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Mensos Risma di Jakarta yang belakangan menuai kontroversi.
Direktur eksekutif Voxpol Center, Research and Consulting mengatakan bahwa publik punya penilaian bermacam-macam terhadap blusukan Mensos Risma, termasuk orisinalitasnya, apakah desain atau alamiah.
Terlebih, katanya, ada banyak pertanyaan yang muncul di publik terkait blusukan tersebut. Di antaranya apakah aksi mantan wali kota Surabaya itu berlebihan.
Berikutnya, apakah benar aksi blusukan Mensos Risma mengatasi kesenjangan di DKI Jakarta mengusik kinerja Anies sebagai gubernur? Serta, apakah aksi yang mengundang reaksi pro dan kontra itu politis?
BACA JUGA: Ferdinand: Tak Mungkin Polisi Memperlakukan 4 Laskar FPI seperti Pacar
Nah, Pangi berpendapat bahwa gebrakan Mensos Risma ini ada kaitan dengan kontestasi politik di Pilkada DKI Jakarta 2022 dan Pilpres 2024.
"Risma sepertinya mau dipersiapkan PDIP menjadi calon gubernur DKI penantang Anies di Pilkada 2022, Risma sudah mulai testing the water, cek ombak membaca respon publik," ucap Pangi menyampaikan analisisnya kepada diterima jpnn.com, Sabtu (9/1).
BACA JUGA: Pesan Mantan Mensos untuk Bu Risma: Sudahlah, Jangan Cari-Cari Masalah
Pengamat yang beken disapa dengan panggilan Ipang ini menyebutkan, Risma saat ini sedang menguji kembali kemampuannya mendekati rakyat sebagai calon pemilih di masa mendatang.
Sebab, kata Ipang, kedekatan calon kepala daerah dengan pemilih menjadi salah satu faktor variabel menjatuhkan pilihan politiknya dalam memilih calon pemimpinnya.
Nah, dalam hal ini, Risma bisa saja sedang berikhtiar membangun keterikatan dengan warga DKI Jakarta untuk jangka panjang.
Di sisi lain, pria asal Padang, Sumatera Barat ini menilai ada dua motif di balik aksi blusukan Mensos Risma itu. Pertama, bisa saja tujuannya untuk menunjukkan dirinya bekerja sebagai mensos yang baru dilantik Presiden Joko Widodo.
"Bisa saja blusukan Mensos Risma bertujuan melihat kondisi sosial yang sesungguhnya," ucap Ipang.
Kedua, bisa jadi blusukan yang dilakukan Risma merupakan langkah awal memperkenalkan diri dan membentuk citra di masyarakat untuk kepentingan Pilkada DKI Jakarta 2022 dan Pilpres 2024.
"Risma bisa mendapatkan sentimen negatif sebagai mensos atau calon presiden potensial bila aksi blusukannya itu ternyata dibuat-buat dan tidak orisinal," katanya.
Sebaliknya, Risma juga bisa mendapat sentimen positif bila aksi blusukannya orisinal dan dilakukan secara konsisten. Selain itu, tentu harus didukung dengan kinerjanya yang apik di Kemensos.
Terlepas dari tujuan Risma melakukan blusukan untuk menunjukkan kinerja sebagai mensos atau kepentingan Pilkada DKI, Ipang menyarankan agar perempuan kelahiran Kediri, 20 November 1961 itu mempelajari pemilihan cara yang tepat untuk mendapat respons positif dari masyarakat.
Sebab, katanya, masyarakat bisa jadi sudah merasa bosan dengan politisi yang membangun citranya dengan blusukan. Terlebih saat ini hampir semua politisi melakukan hal itu untuk mendapat perhatian rakyat.
"Risma harus belajar banyak dalam pemilihan isu dan cara kalau memang beliau sedang berupaya membangun popularitas dan reputasi sebagai pemimpin yang perhatian dan dekat dengan rakyat," pungkas Ipang.(fat/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam