jpnn.com - JAKARTA - Situasi di lantai 12 gedung Nusantara I DPR tempat Fraksi Partai Golkar (FPG) berkantor mulai panas. Pasalnya, kubu DPP Partai Golkar hasil Munas Ancol, kembali mendatangi ruang tersebut, dipimpin langsung Waketum Yorrys Raweyai.
Yorrys menyatakan dirinya ingin melihat ruang FPG yang menurutnya harus ditempati kubu Munas Ancol. Sama seperti yang terjadi pekan kemarin pimpinan fraksi kubu Ical ogah membukakan pintu.
BACA JUGA: Terjebak di Ruangan, Bamsoet Telepon Badrodin Haiti
"Kenapa ditutup? Memang ini sudah jadi milik pribadi?" tanya Yorrys, di depan pintu masuk ke ruang fraksi yang dijaga ketat Pamdal DPR, Senin (3/3).
Keinginan Yorrys untuk masuk ruangan terhalang pintu yang telah dikunci secara elektronik. Dia sempat berkeliling di lorong lain samping akses ke ruang fraksi dan mampir ke ruang anggota FPG, Hardisoesilo.
BACA JUGA: Ruhut: Golkar Makin Terpuruk dan Hancur
Yorrys sendiri ditemani anggota DPR dari FPG antara lain Dave Laksono, Airlangga Hartanto, Ibnu Munzir, Fayakun Andriadi, Bowo Pangarso, hingga Melkias Markus Mekeng.
Bahkan, Yorrys sempat mengatakan ingin memalang pintu utama ke ruang FPG. "Pamdal yang di dalam suruh keluar. Biar anak-anak bawa alat ini mau saya palang. Biar kita adu kuat saja," celetuknya.
BACA JUGA: Duhââ¬Â¦ Yorrys Datang, Wartawan Terjebak Bersama Bamsoet
Sementara, terjebak di ruangan fraksi, Sekretaris Fraksi Bambang Soesatyo, yang sebelumnya sudah menelpon Plt Kapolri Komisaris Jenderal Badroedin Haiti, juga menelpon Kapolres Jakarta Pusat Kombes Hendro Pandowo dan Kapolda Metro Jaya Brigjen Unggung Cahyono.
Namun, Bamsoet mendapat jawaban dari Unggung bahwa mereka masih menunggu laporan Pamdal. "Lempar-lemparan mereka, katanya nunggu (laporan Pamdal," jelas Bamsoet kepada wartawan yang juga terjebak di dalam ruangan fraksi PG.
Sebelumnya, saat menelpon Plt Kapolri Komjen Badrodin Haiti, dan diperdengarkan kepada wartawan, jenderal bintang tiga itu mengatakan akan menelpon Kapolda. "Lantai 12 ya? Nanti saya telpon Kapolda," ujar calon Badrodin. (Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awalnya Rp 50 Juta, lalu Rp 200 Juta, Hingga Akhirnya Rp 700 Juta Per Bulan
Redaktur : Tim Redaksi