Saat ini semakin sedikit pria yang mau menjadi guru di Australia, terutama disebabkan oleh ketatnya aturan yang membatasi seberapa jauh kontak fisik bisa dilakukan dengan murid yang masih di bawah umur.

Penelitian yang dilakukan Vaughan Cruickshank dari Fakultas Pendidikan Universitas Tasmania mengungkapkan adanya sejumlah kendala yang dialami guru pria di sekolah dasar di Australia.

BACA JUGA: Kerukunan Umat Beragama Papua Barat Tertinggi di Indonesia

Rendahnya minat pria untuk jadi guru SD, katanya, dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: ketakutan dan ketidakpastian mengenai kontak fisik dengan murid, tingginya ekspektasi agar mengambil peran maskulin, serta faktor isolasi sosial.

"Statistik resmi menunjukkan hanya 18 persen pria yang jadi guru SD di Australia. Tapi itu sudah termasuk kepala sekolah, guru olahraga, dan lainnya," jelas Dr Cruickshank kepada ABC.

BACA JUGA: WNI di Australia Kecam Pengibaran Bendera Bintang Kejora

"Jadi persentase guru pria di ruang kelas kemungkinan hanya berkisar 15 persen saat ini," tambahnya.

Di tahun 1980-an, jumlah guru pria di SD masih mencapai 30 persen namun terus menurun sejak itu.

BACA JUGA: Di Tengah Kekhawatiran Serangan Tiongkok, PM Australia Tunjuk Perempuan Jadi Kepala Badan Intelijen

Sejumlah guru pria yang ditemui ABC mengakui adanya kekhawatiran mengenai ketidakpastian aturan soal kontak fisik dengan anak-anak di bawah umur. Photo: Peneliti pada Fakultas Pendidikan Universitas Tasmania Dr Vaughan Cruickshank. (Kiriman: University of Tasmania)

 

Salah satunya dialami Rod Evans (43), guru di negara bagian New South Wales.

Dia mengaku setiap hari harus melawan nalurinya sendiri yang peduli pada anak-anak yang membutuhkan pertolongan.

"Anak-anak ingin dihibur, terutama saat mereka menangis. Tapi saya harus berhati-hati karena ada aturan soal menyentuh anak-anak. Kita harus patuhi itu," kata Evans.

Guru SD lainnya Josh Cummings (24) dari Lismore memiliki pengalaman serupa.

Dia mengatakan beberapa orangtua murid memang meminta agar anak-anak mereka ditangani oleh guru perempuan.

"Jika ada orangtua yang tak membiarkan guru pria menangani anak mereka, misalnya menggantikan popok, jelas akan menambah beban bagi guru perempuan," katanya guru di pendidikan usia dini ini.

"Kita harus sangat berhati-hati dalam menenangkan anak-anak, karena sangat mudah untuk disalahartikan," kata Cummings.

Rod Evans menambahkan, murid-murid yang masih kecil itu tidak tahu batasan dan kerapkali berusaha memeluk gurunya.

"Saya biasanya hanya mengusap kepala mereka dan menghindar karena saya tidak ingin terlihat memeluk atau menyentuh mereka," jelasnya.

"Saya tak ingin dipandang sebagai seseorang yang melakukan hal buruk ke anak-anak," kata Evans.

Kondisi ini dijelaskan oleh Dr Cruickshank, yang menyebut adanya ekspektasi berbeda untuk guru pria dan wanita dalam kontak fisik dengan anak-anak.

Meskipun demikian, ada juga ekspektasi bahwa guru pria lebih mengambil peran sebagai figur ayah.

"Kadang-kadang saya diharapkan menjadi perawat, dokter, pengasuh, penasihat, atau figur ayah bagi anak-anak ini," kata Evans.

Hal yang sama dialami Cummings yang mengaku mendapat apresiasi karena menjadi sosok pria dan sosok ayah di sekolah. Photo: Guru pria di Australia dilanda kekhawatiran seberapa jauh bisa melakukan kontak fisik dengan murid-muridnya. (ABC North Coast: Elloise Farrow-Smith)

  Bisa jadi tidak ada lagi guru pria di masa depan

Peneliti lainnya Dr Kevin McGrath memperkirakan SD-SD di Australia akan kehilangan kepala sekolah pria dalam 20 tahun ke depan.

Dia meneliti jumlah guru di Australia yang dilihat dari perbandingan jenis kelamin antara guru pria dan guru wanita.

Menurut perkiraan McGrath, dalam 40 tahun mendatang, tidak akan ada lagi guru pria di sekolah-sekolah dasar di Australia.

McGrath mengingatkan, jika kondisi seperti itu terjadi, maka orangtua murid seharusnya khawatir.

"Di beberapa sekolah sekarang sudah tidak ada guru pria, tidak ada kepsek pria. Satu-satunya figur pria di sekolah hanya petugas kebersihan," kata Dr McGrath.

"Sekolah itu mikrokosmos masyarakat, tempat siswa belajar tentang peran laki-laki dalam masyarakat," jelasnya. Photo: Guru pria terkadang harus bergelut dengan diri sendiri bila melihat murid-murid yang membutuhkan pertolongan, karena kawatir mengenai aturan interaksi yang ketat. (ABC North Coast: Elloise Farrow-Smith)

 

Penelitian Dr McGrath yang dirilis tahun 2017 memicu reaksi luas di Australia.

"Kritikan terhadap keberadaan pria dalam kehidupan murid-murid sekolah semakin meningkat. Kaum pria dilarang berada di sekolah karena dianggap berbahaya," kata Dr McGrath.

Dia mengaku kecewa karena pemerintah belum mengambil tindakan apa-apa terkait semakin menurunnya jumlah guru pria saat ini.

Departemen Pendidikan Australia yang dhubungi ABC menyatakan, perekrutan dan penempatan guru merupakan wewenang negara bagian serta lembaga pendidikan swasta.

Di tahun 2001, negara bagian NSW pernah melakukan penyelidikan atas isu ini, namun jumlah guru pria tetap mengalami penurunan.

Di Queensland, pemerintah setempat juga telah berencana meningkatkan jumlah guru laki-laki menjadi 36 persen.

Kalangan perguruan tinggi saat ini juga banyak menawarkan beasiswa untuk pria yang mau menjadi guru di tingkat pendidikan dasar.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lukisan Batu Tertua di Dunia Ditemukan di Sulawesi Selatan

Berita Terkait