jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane menyatakan kasus penyerangan Mapolda Riau menunjukkan teroris semakin agresif, terutama terhadap Polri.
Dia menambahkan dengan semakin agresifnya para teroris, Polri perlu mengubah strategi. Antara lain, membuat jarak aman antara polisi yang berjaga dengan kendaraan yang akan masuk ke markas Polri.
BACA JUGA: 4 Teroris Mampus di Mapolda Riau terkait Rusuh Mako Brimob
"Lalu Polri harus semakin gencar memburu kantong-kantong terorisme untuk menciduk mereka dan mempersempit ruang geraknya," katanya, Rabu (16/5).
Neta mengatakan, lima hari lalu atau pascakerusuhan Rutan Brimob, IPW sudah mendapat informasi dan merilis tentang adanya pergerakan dan pergeseran sejumlah kantong terorisme.
BACA JUGA: 2 Terduga Teroris Diciduk di Palembang Itu Gagal Temui Dosen
Dia mencontohkan, di Riau misalnya kelompok teroris JAD pimpinan Boy yang semula tidur, pascakerusuhan Rutan Brimob bangkit dan bergerak, serta mengirimkan sepuluh orang ke Jakarta. Dua orang di antaranya berhasil ditangkap di Palembang.
Nah, Neta menjelaskan penyerangan di Polda Riau ini bisa dimaknai dalam tiga hal. Pertama balas dendam terhadap kawan mereka yang ditangkap di Palembang.
BACA JUGA: Sebaiknya Pak Jokowi Tiru Cara Bu Mega Merespons Terorisme
Kedua JAD Riau ingin menunjukkan eksistensi kelompok Riau pascakerusuhan Rutan Brimob di percaturan teroris internasional.
Ketiga serangan ini untuk menyongsong divonisnya Aman Abdurahman di PN Jaksel.
"Dari kasus ini jajaran kepolisian tetap perlu meningkatkan kewaspadaan dan segera memburu kawanan teroris yang bergerak dan bergeser sebelum mereka melakukan aksi yang lebih besar lagi," pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas! Jamaah Anshorut Daulah Coba Bangkitkan Sel Tidur
Redaktur & Reporter : Boy