Maksimalkan Program Direct Call, Hilirisasi Harga Mati

Senin, 11 Februari 2019 – 01:40 WIB
Terminal peti kemas. Foto: Humas Bea Cukai

jpnn.com, BALIKPAPAN - Program direct call atau kegiatan ekspor-impor langsung dari Kalimantan Timur ke luar negeri hingga saat ini belum berjalan lancar.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim Bidang Logistik Sevana Podung mengatakan, program ini sebenarnya menjadi kesempatan bagi produk lokal untuk go international.

BACA JUGA: Strategi Astra Honda Motor Selaraskan Pendidikan dan Industri

Namun, komponen terbesar dalam struktur ekspor Kaltim adalah migas dan pertambangan batu bara.

Direct call ini diperuntukkan untuk komoditas lain, seperti, pertanian, kerajinan, perikanan, dan lainnya.

BACA JUGA: Kemenperin dan PT AHM Perkuat Pendidikan Vokasi

“Sayang berbagai komoditas tersebut skala produksinya masih kecil,” kata  Sevana, Jumat (8/2).

Sevana mengungkapkan, hingga saat ini direct call tetap jalan. Namun, tidak bisa dimaksimalkan untuk pengiriman setiap hari.

BACA JUGA: Pasar Saham Kian Seksi

Untuk ekspor direct call, beberapa komoditas tadi harus dikumpulkan jadi satu sampai memenuhi standar minimal ekspor. Setelah itu baru menghubungi ekspedisi untuk dikirim.

“Sejak awal program tersebut, begitulah yang terjadi. Saat ini, dalam sebulan hanya dua trip ekspor direct call yang dilakukan di Pelabuhan Kariangau,” jelas Sevana.

Untuk komoditas lain, misalnya, ekspor crude palm oil (CPO) akan difokuskan di pengiriman lewat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy di Kutai Timur.

Sebab, pada umumnya, perusahaan perkebunan sudah punya jalur masing-masing.

Karena itu, dia meminta pemerintah mendorong komoditas lain harus ditingkatkan produksinya.

“Jika produksinya ditingkatkan, produk yang tidak tahan lama seperti perikanan dan pertanian membutuhkan hilirisasi,” tutur Sevana. (ctr/ndu/k15)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nilai Tukar Petani Belum Ideal


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler