Malu Dimarahi guru, Murid SD Coba Bunuh Diri

Jumat, 09 Desember 2011 – 09:00 WIB

BATAM - Umurnya baru 13 tahunNamun, Nela Putri Handayani, murid kelas 6 SDN 005 Seibeduk, sudah gelap mata

BACA JUGA: Libur Natal, RSUD Tetap Layani Pasien

Ia nekat minum satu sachet pembersih lantai, Rabu (7/12) sekitar pukul 12.00 WIB, gara-gara dimarahi gurunya
Beruntung nyawanya bisa diselamatkan.

Ditemui Batam Pos di rumahnya kemarin, Nela masih terlihat lesu

BACA JUGA: Dicokok Setelah 5 Tahun jadi Tersangka

Wajahnya pucat
Ia duduk bersandar di kursi, dan masih mengenakan seragam pramuka

BACA JUGA: Hendak Diobati, Orang Gila Gantung Diri

"Aku malu dimarahi terusPadahal aku tak menulis kertas itu," tuturnya.

Semua berawal saat Nela meminta izin ke toiletNela tak bisa menahan rasa buang airNamun, Ayelpi, guru mata pelajaran Kebudayaan Daerah, tak mengizinkan karena pelajaran baru saja mau dimulai"Tapi saya kebelet pipis, makanya saya langsung lari ke toilet," tukasnya.

Setelah kembali ke kelas, Nela dihukum bersama empat siswa lain yang terlambat masuk"Tapi aku tak mau," tuturnya.

Masalah muncul saat seorang siswa menemukan secarik kertas bertuliskan "Ayelpi Babi" di meja NelaAyelpi marah besarIa mencocokkan tulisan itu dengan tulisan Nela"Demi Allah bukan aku yang nulis," katanya.

Tapi pembelaan Nela tak menenangkan AyelpiIa menyuruh Nela duduk di depan kelas dan memarahinya"Saya maluSaya disuruh Bu Yelpi agar jangan ditemani oleh teman-teman sayaKatanya saya ini pencuriKarena sebelumnya saya memang pernah ambil uang mama," jelas bocah yatim itu

Merasa malu oleh perkataan gurunya, usai sekolah, Nela langsung menuju ke kios terdekat dan membeli satu sachet cairan pembersih lantai seharga Rp1.500Cairan itu langsung diminumnya di dalam kelasAksi nekatnya itu diketahui beberapa temannya yang lain, termasuk Mona teman dekatnyaKejadian itu langsung dilaporkan ke beberapa guruOleh pihak guru, murid yang sudah terkulai lemas itu langsung diberi susu kotak dan air kelapa untuk menetralisir racunTapi kondisinya masih lemah

Wali kelas enam SD 005 Seibeduk, Tuti dan salah satu rekannya langsung mengantar pulang Nela ke rumahnyaNamun yang anehnya perihal kejadian itu tak diceritakan ke ibu korbanPara guru itu membiarkan begitu saja Nela bersama tetangga dekatnya, karena Nurmalisa, ibu Nela sedang tak ada di rumah

"Tetangga saya juga nggak tahuSaya lagi di Batam Center saat mereka antar anak sayaSaya cuma bawa ke bidan karena pikirnya sakit demam biasaMalam harinya baru saya tahu setelah beberapa temannya datang jenguk dan menceritakan kejadian itu," ujar Nurmalisa

Nela lalu dibawa ke rumah sakit Samantha Sahidiya oleh Nurmalisa"Kondisinya sudah mulai baik, tapi kelakuan guru-gurunya itu yang saya tak terimaAnak saya dipermalukan di depan kawan-kawannyaSudah begitu antar nggak pakai beritahu segala," ujar Nurmalisa kesal.

Kemarin pagi, Nurmalisa mendatangi sekolah dan meminta pertanggungjawaban pihak sekolahTuti yang mewakili kepala sekolah SDN 005, Anwar, membenarkan kejadian ituDia mengakui kesalahan itu dan berjanji pihak sekolah akan bertanggung jawab semua biaya pengobatan Nela

Ayelpi sendiri saat ditemui wartawan mengaku tak berniat memalukan NelaDia cuma kesal dengan tulisan itu

"Saya panggil dia ke depan dan saya marah-marah biasa sajaSaya juga sempat bilang ke dia baik-baikKalau dia harus ubah sikapnyaKarena pengalaman waktu lalu dia tidak naik kelas karena pernah mencuri uang mamanya, mental dia down setelah mamanya menyampaikan pencurian uang itu ke sekolahJadi tak ada saya ungkit-ungkit masa lalunyaSaya cuma nasihati," ujar Ayelpi

Aksi nekat Nela ini diduga kuat ada keterkaitan dengan masalah lain di luar sekolahKarena, menurut Tuti, dari keterangan Mona, teman Nela yang melihat aksi nekat Nela, sebelum minum cairan pembersih lantai Nela sempat bilang kalau dia sudah tak mau hidup lagiDi rumah maupun di sekolah dia selalu dituduh yang bukan-bukan.

"Kami juga pernah temukan kertas curhat Nela, saat dia kelas lima dia pernah pengen bunuh diriTapi saat ditanya dia bilang tulisan itu cuma iseng saja," ujar Tuti

Kejadian itu mendapat perhatian dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAID) KepriMenurut anggota KPAID Eri Syahrial, kejadian seperti ini adalah salah guru yang bersangkutan

Tidak seharusnya guru mengungkit masa lalu anakKarena mental anak seperti itu masih labil sehingga dia merasa terbebani"Kalau mau hukum pun tak perlu main paksaLihat dulu psikologis muridnya," ujar Eri(eja)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mulai 2012 Danau Toba Digarap Serius


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler