Mamin Dongkrak Industri Pengemasan

Jumat, 02 September 2011 – 12:41 WIB

JAKARTA - Industri pengemasan optimistis dapat mendongkrak pendapatan seiring meningkatnya bisnis makanan minumanSaat ini, hampir 70 persen produk kemasan diserap sektor mamin dan sisanya digunakan beragam industri seperti kosmetika

BACA JUGA: Emas Pemicu Inflasi Agustus

Tahun ini, industri pengemasan hanya menargetkan pertumbuhan tujuh persen atau lebih rendah dari rata-rata nasional.
     
Menurut Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia Ariana Susanti turunnya target tersebut lantaran dampak perdagangan bebas antara negara-negara di ASEAN dengan Tiongkok atau ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA)
"Dalam dua tahun ke depan kami optimistis bisa tumbuh normal

BACA JUGA: BP Migas Perbarui Peta Laut

Minimal, 2012 bisa tumbuh mendekati 10 persen," katanya, Kamis (1/9).

Memang, penurunan pertumbuhan industri pengemasan bukan tanpa alasan
Serbuan mamin impor sangat deras dan membanjiri pasar lokal

BACA JUGA: Pasokan Sembako Dijamin, Harga Tetap Melejit

Apalagi, bea masuknya hanya nol persen sehingga produk impor masuk.

Data Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) menunjukkan total impor mamin Januari-Juli 2011 mencapai USD 135,9 juta atau naik 15,6 persen daripada periode sama tahun laluSedangkan khusus negara-negara di Asia Tenggara mengalami peningkatan 28,10 persen menjadi USD 67 jutaTercatat, Januari-Juli tahun lalu hanya USD 52,34 juta.

Karena itu, seiring adanya inovasi produk diyakini dapat mendongkrak penjualan mamin dalam negeriMenurut dia, inovasi sangat diperlukan menghadapi konsumen yang makin kritis di tengah persaingan global"Inovasi sangat penting bagi industri pengemasan," tandasnya.

Hingga semester pertama 2011, sales industri diperkirakan sudah setengah dari total target 2011 senilai USD 4,6 miliar atau sekitar Rp 34 triliunApalagi, pada semester kedua diyakini bakal bisa mendongkrak pendapatan lantaran memasuki peak season permintaan mamin"Semester kedua kian membaik karena ada puasa dan Lebaran," ujar dia.

Dijelaskan, permintaan tertinggi untuk pengemasan terutama berbahan baku plastikBahan baku plastik, woven, flexible, dan rigid memiliki pangsa pasar 54 persen dari total jenis kemasanUrutan terbesar berikut diisi kemasan berbahan baku kertas sebesar 31 persen"Kemudian kaca, kaleng, dan lain-lain," jelasnya.

Tingginya permintaan bahan baku plastik membuat industri harus memasok bijih plastik sebagai material pembuatan kemasanDisebutkan, permintaan bijih plastik industri kemasan tahun lalu mencapai 2 juta ton

Sedangkan tahun ini diperkirakan meningkat menjadi 2,2 juta tonDari total kebutuhan, sebanyak 30 persen impor dari sejumlah negara seperti Timur Tengah"Karena industri hulu dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan kami," ucapnya(res/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasokan BBM untuk Pemudik Masih Aman


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler