jpnn.com - Kuda-kuda milik Regu Satuan Turangga, Polda NTB, butuh perawatan ekstra. Mandi, keramas, kerokan, kukunya dibersihkan, agar selalu tampil gagah maksimal.
LALU MOHAMMAD ZAENUDIN, Mataram
BACA JUGA: Polda NTB Bakal Bentuk Tim Bhayangkara FC Junior
PAGI sekali, sudah lari santai. Setelah semalaman tidur nyenyak. Lari pelan-pelan, tap, tap, tap …, sambil melihat yang hijau-hijau.
Kemudian, menghirup aroma segar dari embun bertengger di pucuk-pucuk daun dan rumput.
BACA JUGA: Nabila Syakieb Bangga Kuda Miliknya Dapat Mendali Emas
Tak sampai terlalu pegal. Selanjutnya balik kandang. Di sana sudah siap air bersih untuk mandi pagi. Setelah istirahat sebenar, lalu serrr!
Air segar mengguyur badan. Seseorang berbaik hati, membersihkan badan si kuda. Mengelus dengan agak kecang agar kotoran di badan meluruh bersama bulir-bulir air.
BACA JUGA: Penyelidikan Teror Bom di Kantor Bupati Masih Dilakukan
“Setelah itu kudanya kita kerok, dengan alat khsusus,” tutur Komandan Regu (Danru) Satuan Turangga, Polda NTB, Bripka I Dewa Gede Sujaya Putra.
Ngeroknya juga ada tekniknya. Tukang kerok tak boleh orang sembarangan. Jika tak ingin dapat hentakan dari kaki kuda yang cukup kuat, yang bisa menyebabkan badan manusia terpental.
Ia harus sudah dilatih cara kerok yang benar minimal dua bulan agar kuda-kuda itu nyaman dan senang.
“Kerokan ini juga sebagai pijatan,” tuturnya.
Jadi setelah berlari dan sedikit berkeringat di pagi hari, otot-otot kuda perlu dijaga agar tidak keram. Caranya ya tadi itu, dikerok.
Usai di kerok rambut turangga juga perlu dikeramas. Shampoo-nya khusus yang bisa bikin rambut kuda terurai indah. Plus sedikit pijatan-pijatan di kepala. Usai itu, si pawang akan berpindah untuk membersihkan kukunya.
“Ya semacam itu (pedikur), kita perlu bersihkan kuku kuda,” ujar Sujaya sembari tertawa kecil.
Ini setiap pagi dilakukan. Tak boleh lupa. Kuda-kuda milik Polda NTB memang harus tampil gagah dan menawan. Tentu tak lucu, kalau sampai ada kuda Polda yang bau, belekan, apalagi sampai korengan.
“Harus sampai bersih kukunya,” tegas ia.
Belum selesai. Kuda berhangat di bawah matahari pagi. Pawang masih punya tugas untuk menyisir rambut kuda. Setelah itu, barulah “PDL” dipasangkan berupa pelana dengan khas warna kepolisian.
Barulah kemudian, kuda-kuda itu diberi sarapan pagi dengan yang segar-segar dan bergizi tinggi. “Kita siapkan rumput, dedak, dan pelet, untuk sarapan paginya,” terangnya.
Secara berkala ada dokter khusus mengecek kesehatan tubuh kuda. Dari kondisi kulit, hingga organ dalam berupa detak jantung.
Dokter juga tak jarang mengingatkan para pawang untuk tidak lalai soal kebersihan kandang, makanan, dan minuman untuk kuda.
“Dokter akan menegur kalau ada sesuatu yang tak sehat bagi kuda,” jelasnya.
Biar semakin gagah maksimal, sepatu kuda (tapal Kuda) juga harus rutin diganti.
Sejak ditemukan kendaraan bermotor, tugas kuda dalam rangka menunjang aktivitas dinas memang jauh lebih mudah. Mereka lebih banyak ngartis di tugas pokok. Sebut saja untuk patroli, pengawalan, dan protokoler.
“Misalnya saat Raja Salman datang beberapa waktu lalu di Bali, kuda-kuda ini digunakan untuk menyambut,” jelasnya.
Tak ada tugas yang terlalu berat. Paling-paling hanya angkut barang dalam misi SAR, jika medannya memang terlalu sulit.
Tapi untuk soal kejar penjahat, seperti pasukan-pasukan zaman dahulu kala, kuda-kuda tak lagi dipakai.
“Ada beberapa tempat yang sulit dijangkau, baru kita pakai kuda. Tapi itupun tak boleh dipaksa,” jelasnya.
Dulu Polda NTB hanya punya lima ekor kuda, semua lokal dari Sumba. Tubuh kuda-kuda itu kekar dan berotot. Punya kemampuan berlari sampai 60 kilometer per jam. “Tapi sekarang sudah ada tambahan dua ekor dari luar negeri,” bebernya.
Turangga ini pun tak kalah gagah dengan turangga lokal. Tingginya saja sampai dua meter. Ototnya tak kalah “macho” dan menawan. (***)
Redaktur & Reporter : Soetomo