Manfaatkan Limbah Plastik untuk Pembangunan Jalan

Sabtu, 16 September 2017 – 18:52 WIB
Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Deded P. Sjamsudin. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, BEKASI - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Bidang Kemaritiman) melakukan tinjauan lapangan atas penerapan Teknologi Campuran Beraspal Menggunakan Limbah Plastik di Jalan Sultan Agung, Bekasi, Sabtu (16/9).

Acara dihadiri oleh Menteri PUPR Mochamad Basoeki Hadimoeljono, Direktur Jenderal Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto, Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Deded Sjamsudin, dan Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

BACA JUGA: Pemerintah Pusat Serius Bangun Humbahas

Menurut Luhut, dampak dari limbah plastik banyak memengaruhi banyak aspek. Termasuk kesehatan dan ekonomi.

Pihaknya sangat mendukung penelitian ini diaplikasikan langsung dalam memenuhi kebutuhan pembangunan jalan di tanah air.

BACA JUGA: Luhut Ajak Masyarakat Sumut Libas Para Perusak Lingkungan

Basoeki menambahkan, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menanggulangi sampah plastik yang menumpuk, sekaligus memanfaatkannya menjadi nilai yang lebih tinggi.

"Ini menjadi percontohan yang luar biasa," papar Basoeki.

BACA JUGA: Ekonomi Membaik, Devisa Tertinggi Sepanjang Sejarah

Pada umumnya, limbah plastik berasal dari domestik dan industri yang jumlahnya setiap tahun meningkat.

Hal itu seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi suatu negara. 

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (2016) menyebutkan, Indonesia didominasi oleh kantong plastik (keresek) dan plastik tidak laku (residu) mencapai 62 persen.

Deded menerangkan, pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan tambah pada campuran beraspal panas adalah sebagai salah satu solusi bagi permasalahan limbah plastik yang merupakan wujud dari kepedulian terhadap lingkungan.

Penanganan limbah plastik menjadi salah satu upaya untuk mengantisipasi pemanasan global.

"Terutama jenis plastik yang nondegradable (tidak bisa terurai) atau plastik yang memiliki waktu urai cukup lama," kata Deded.

Teknologi yang dikembangkan Pusjatan Kementerian PUPR ini memperkirakan penggunaan limbah plastik sekitar enam persen dari kadar aspal.

Sebanyak 50 persen probabilitas konstruksi memanfaatkan teknologi jalan limbah plastik.

Dari keduanya, potensi penggunaan limbah plastik untuk konstruksi jalan adalah 0,45 juta ton per tahun.

Salah satu bahan tambah yang umum digunakan untuk memodifikasi campuran beraspal panas adalah polimer.

Menurut Deded, kantong plastik atau keresek merupakan polimer dari jenis plastomer yang berpotensi sebagai bahan tambah perkerasan jalan.

“Selain meningkatkan kinerja campuran beraspal, pemanfaatan limbah plastik ini sangat besar manfaatnya untuk lingkungan dengan berkurangnya sampah plastik," tutur Deded.

Penelitian mengenai pemanfaatan limbah plastik untuk bahan campuran aspal sudah dimulai sejak 2008 dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Atas inisiasi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman,  penelitian ini dilanjutkan kembali pada awal 2017. Referensi penelitian serupa  sudah dilakukan di India.

Berdasarkan hasil kajian di laboratorium tahun 2017, campuran beraspal panas dengan bahan tambah limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas Marshall 40 persen.

Hal itu lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah pada kadar limbah plastik tertentu dibandingkan dengan campuran beraspal panas standar.

Penerapan kali pertama telah dilakukan di jalan lingkungan Universitas Udayana Bali sepanjang kurang lebih 700 meter pada 28-29 Juli 2017.

Setelah Bali, Bekasi ada lokasi kedua yang menerapkan aspal campuran dari limbah plastik.

“Selanjutnya Kementerian PUPR yang dibantu oleh hasil penelitian Pusat Jalan dan Jembatan akan menerapkannya di Jakarta, Surabaya dan Makassar," tutur Deded.

Deded menjelaskan,  terkait pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan tambah pada campuran aspal dry process.

Kadar limbah plastik yang digunakan adalah enam persen terhadap berat aspal.

Saat ini, limbah plastik yang digunakan masih berasal dari Pulau Jawa dan Bali. Sedangkan proses pengolahan limbah dilakukan di Bandung.

Bahan limbah plastik yang digunakan dalam campuran beraspal panas dibatasi hanya untuk jenis kantong keresek (low density polyEethylene/LDPE) yang telah melalui proses pencucian dan pencacahan.

Cacahan limbah plastik yang akan digunakan harus kering, bersih, dan terbebas dari bahan organik dengan ukuran maksimal 9,5 mm.

Proses penambahan limbah plastik di asphalt mixing plant (AMP) dilakukan melalui lubang kontrol pugmill.

“Untuk mempermudah pemasukkan limbah plastik  caranya dikemas ulang perkantong dengan takaran berat per-batch campuran aspal," terang Deded.

Proses pencampuran limbah plastik menjadi aspal, mulai mencampurkan limbah plastik  dengan agregat panas (±1700C).

Kemudian diaduk selama sepuluh detik hingga bahan limbah plastik dapat menyelimuti permukaan agregat.

Setelah pengadukan agregat dan limbah plastik, selanjutnya dilakukan pengadukan basah dengan menambahkan sejumlah aspal panas (1600C) selama 35 detik.

Campuran beraspal panas dengan bahan limbah plastik telah siap dimobilisasi ke lapangan untuk dilakukan penghamparan dan pemadatan seperti campuran beraspal panas pada umumnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sumut Segera Punya Pembangkit Listrik 300 Megawatt


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler