Sumut Segera Punya Pembangkit Listrik 300 Megawatt

Jumat, 16 Juni 2017 – 18:26 WIB
Menteri Koordinator Kemaritiman Republik Indonesia Luhut Binsar Panjaitan dan Komisaris Best & Grow Investment Ishak Charlie. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, BEIJING - Perjanjian kerja sama strategis antara China Energy Engineering Group Guangdong Electric Power Design Institute Co Ltd (GEDI) dan Best and Grow Indonesia untuk membangun pembangkit listrik 300 megawatt di Sumatera Utara, Indonesia resmi ditandatangani di Hotel Conrad, Beijing, Kamis (16/6).

Penandatanganan kerja sama stategis itu menjadi bagian dari program penunjang kemaritiman global di Indonesia.

BACA JUGA: Tenang, Pasokan Listrik selama Lebaran Tetap Aman

Kerja sama ini juga merupakan bagian dari pemaparan Indonesia Global Maritime Fulcrum: A Proposal for Belt & Road Initiative yang digagas oleh Indonesia dan Tiongkok.

Indonesia diwakili Komisaris Best and Grow Investment Group Ishak Charlie.

BACA JUGA: Kabar Gembira Bagi Pelanggan 900 VA yang Ingin Dapat Subsidi

Sedangkan Tiongkok diwakili Vice President GEDI. Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan turut menyaksikan penandatanganan itu.

Acara ini juga dihadiri sejumlah pejabat terkait, termasuk Ketua BKPM Thomas Lembong.

BACA JUGA: Polres Simalungun Sukses Gulung Tiga Kelompok Pengedar Narkoba

Selain itu, hadir pula Corporate Secretary Best and Grow Investment Group Paramitha Ersan.

Luhut mengatakan, selama ini Tiongkok sudah membantu Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan.

“Semoga pertemuan hari ini bisa memberikan dampak bagi kita di masa depan. Kita ingin melihat kerja sama Tiongkok dan Indonesia itu menjadi kekuatan baru di perekonomian dunia,” ungkap Luhut.

Kerja sama itu merupakan tindak lanjut memorandum of understanding (MoU) antara Indonesia dengan pihak investor dari Tiongkok pada Mei lalu.

Kontrak kerja sama ini diharapkan membuat pembangunan pembangkit listrik 300 megawatt di Percut Sei, Sumatera Utara segera berjalan.

Perjanjian kerja sama ini mencakup dua tahap. Pertama, Energy China GPEC yang melakukan studi kelayakan guna memastikan bahan bakar yang paling efisien untuk pabrik.

Mereka juga harus menentukan desain yang paling efisien.

Kedua, mencakup penutupan keuangan proyek di mana kedua belah pihak akan menjamin pembiayaan proyek.

Total investasi untuk tahap kedua diperkirakan lebih dari USD 350 juta atau sekitar Rp 4,65 triliun. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BKPM Ogah Revisi Target Investasi


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler