jpnn.com, BANYUWANGI - Kesibukan mantan wakil rakyat setelah tak lagi duduk di kursi DPRD ternyata sangat beragam. Ada yang memilih menjadi pendakwah, berbisnis kuliner, bertani, dan berjualan gorengan.
Namun, eks wakil rakyat yang satu ini sangat berbeda dengan yang lain.
BACA JUGA: Ingat, Legislator Dilarang Pakai Celana Jin untuk Ngantor
DEDY JUMHARDIYANTO, Banyuwangi
MUHYIDDIN Yusuf, 57, menjabat anggota DPRD Banyuwangi periode 2004-2009. Kini dia sibuk dengan pekerjaan barunya.
BACA JUGA: Masalah Honorer K2 Bakal Dibahas di Rakornas Ketua DPRD
Mantan anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu memilih kembali ke masyarakat dan menekuni bisnis baru sebagai tukang tambal ban.
Muhyiddin juga tak malu-malu berjualan ban mobil dan sepeda motor.
BACA JUGA: Enam Anggota Dewan Pilih Mundur
Demi kelancaran usaha tambal ban, bapak dua anak itu memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah di Dusun Krajan Lor, Desa Lemahbangkulon, Kecamatan Singojuruh, pada 2009.
Karena lokasinya persis di tepi jalan raya, dia memutuskan untuk membuka usaha tambal ban.
Baru setahun kemudian, yakni 2010, Muhyiddin menempati sebidang tanah di tepi jalan raya dekat pekuburan di Dusun Kemiren, Desa/Kecamatan Singojuruh.
Usaha tambal ban yang dirintisnya mulai berkembang dengan berjualan ban motor dan mobil bekas.
''Jika ada modal lagi, saya akan kembangkan usaha jual ban mobil baru dan bekas serta jual oli,'' ungkapnya.
Meski menjadi tukang tambal ban dan berjualan ban, Muhyiddin mengaku tidak minder apalagi malu.
Bagi dia, apa yang dilakukan sebelum dan sesudah menjadi anggota DPRD sudah biasa.
''Saya sebelum jadi anggota DPRD sudah berdagang palawija. Jadi, begitu tidak menjabat lagi, ya tetap apa adanya. Kembali ke pekerjaan asal saya sebagai pedagang,'' ujar kakek empat cucu tersebut.
Tidak sedikit teman seangkatan Muhyiddin yang duduk di DPRD Banyuwangi periode 2002-2009 yang terkejut, terharu, trenyuh, dan salut.
Betapa tidak, Muhyiddin sebagai anggota DPRD Banyuwangi kala itu yang bergaji lumayan besar serta bergelimang fasilitas dan tunjangan mendadak berbalik 180 derajat menjadi tukang tambal ban.
''Memang, banyak teman seangkatan saya yang kaget begitu melihat saya nambal ban. Termasuk Ketua DPRD Banyuwangi periode 2004-2009 Wahyudi yang datang ke rumah untuk silaturahmi,'' ungkapnya.
Gara-gara kekuatan mental menghadapi kenyataan itulah, Muhyiddin kerap dikunjungi sejumlah rekan sejawat untuk memberikan nasihat dan motivasi hidup.
''Buat apa malu, minder, atau gengsi? Kuncinya adalah seberapa besar kita mensyukuri nikmat Allah. Sejauh mana kita mampu menerima kenyataan. Itu saja,'' ujar suami Yayuk Eko Wahyuni, 57, tersebut.
Bekerja sebagai tukang tambal ban dan berjualan ban tersebut juga bukan sekadar pilihan.
Dari analisis Muhyiddin, ban merupakan salah satu produk yang harganya masih terjaga dengan baik, tidak terpengaruh pasar dan dolar. (ddy/aif/c5/diq/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapan DPRD se-Indonesia Perjuangkan Nasib Honorer?
Redaktur & Reporter : Natalia