Mantan Ketum PBNU Minta Mahfud Mundur dari Kubu Prabowo

Kamis, 22 Mei 2014 – 06:36 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Ditunjuknya Mahfud MD sebagai Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta menuai kritikan. Tak hanya kalangan pengamat, mantan Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi turut meminta agar mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu untuk tidak menjadi tim sukses dalam Pemilu Presiden 2014.

"Saya tidak merekomendasikan (Mahfud) menjadi tim sukses pasangan (capres-cawapres) mana pun," kata Hasyim, Rabu (21/5).

BACA JUGA: Dukung Prabowo-Hatta, Relawan Komit Diminta Tangkis Kampanye Hitam

Menurut Hasyim, kerjaan tim sukses adalah operasional yang cukup dijabat anak-anak muda, dan tak perlu orang sekaliber Mahfud. Dia pun mengaku akan mendukung siapapun tokoh NU yang akan menjadi cawapres di Pilpres 2014, termasuk Jusuf Kalla dan Mahfud MD.

"Namun karena Jokowi sudah memilih Pak JK, maka tidak mungkin cawapres ada dua. Maka harus relistis. Dan saya menyarankan agar pak Mahfud MD bermaqom sebagai konsultan capres cawapres yang ada karena Pak Mahfud adalah tokoh yang pernah menjadi anggota legislatif, eksekutif dan legislatif sekaligus," tuturnya.

BACA JUGA: Jumat, MK Sidangkan Seluruh Gugatan Parpol

Hasyim mengatakan, pilihannya ini bukan semata fanatisme ke-NU-an. "Realita masyarakat muslim memang kebanyakan warga NU dan NU membuktikan sikap kebangsaan nasionalis dalam sepanjang sejarah Indonesia," kata Rais Aam PBNU ini.

Hasyim berharap JK dapat sebagai seorang ekonom yang bisa mengembangkan ekonomi pribumi tanpa  membuat kegoncangan global.

BACA JUGA: Umumkan Harta Capres-Cawapres, KPK Gandeng KPU

"Seperti yang dilakukan Mahathir di Malaysia. Semoga yang sependapat dengan saya melakukan pilihan yang sama, yakni Jokowi-JK," ujar pengasuh pondok pesantren Al-Hikam Malang dan Depok ini.

Diketahui, setelah batal menjadi bakal capres untuk diusung Partai Kebangkitan Bangsa, Mahfud "menyeberang" ke poros yang berbeda dengan pilihan partai itu. Bila PKB bergabung ke poros PDIP yang mengusung pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, maka Mahfud berpaling ke poros Gerindra yang mengusung pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.

Dalam perjalanan koalisi selama tiga hari terakhir, Mahfud kemudian diminta menjadi tim sukses pemenangan Prabowo dan Hatta.

Pendapat Hasyim Muzadi juga diapresiasi oleh pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi. Menurutnya, Hasyim meminta kepada semua calon pemilih untuk menyadari realita masyarakat muslim yang kebanyakan warga Nahdlatul Ulama. NU juga telah membuktikan sikap kebangsaan nasionalis sepanjang sejarah Indonesia.

"Oleh karena itu, sangat wajar Hasyim sangat menyanyangkan sikap Mahfud MD yang "mau-maunya" menjadi ketua tim pemenangan capres-cawapres Prabowo-Hatta Rajasa," katanya.

Menurutnya, dengan kesediannya menjadi ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta, justru  mendowngrade ketokohan Mahfud.  

"Kalau Mahfud MD konsiten dengan sikapnya, tentu akan memilih netral. Gagal menjadi pendamping Jokowi bukan berarti berdiri berseberangan dengan Jokowi. Mahfud harusnya tetap menjadi wasit yang mengkrtisi Prabowo atau Jokowi. Apa yang ditempuh Mahfud MD sekarang ini tidak ubahnya sebagai orang yang selalu berambisi mengejar kedudukan dan jabatan," tutur Ari.

Menurut pengajar program pascasarjana UI dan Universitas Diponegoro (Undip) ini, persepsi publik atau warga Nadhliyin terutama tidak otomatis terpengaruh dengan sikap pilihan Mahfud. Justru publik bisa punya persepsi negatif terhadap Mahfud atau Rhoma Irama sekalipun.

"Justru keberpihakan tokoh muda seperti Anies Baswedan atau Dahlan Iskan itu yang berpengaruh besar karena mereka adalah influencer yang dipandang bersih oleh persepsi publik," jelas Ari menambahkan.(dil/indopos/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Surya Paloh Yakin tak Banyak Kader Golkar Dukung Prabowo-Hatta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler