Tiongkok mengeluarkan anggaran yang semakin besar untuk kepentingan bidang militer selama beberapa tahun terakhir. (Reuters: Tiongkok Daily)

Kemungkinan akan terjadinya perang di kawasan Asia Pasifik yang melibatkan Tiongkok semakin menguat.

Demikian menurut pernyataan mantan menteri pertahanan Australia, Christopher Pyne, yang juga menyebutkan Taiwan sebagai daerah konflik selanjutnya.

BACA JUGA: Ragukan Vaksin AstraZeneca, Warga Papua Nugini Menolak Disuntik

Dalam pidatonya di hadapan para mahasiswa kelulusan University of Adelaide, politikus partai Liberal ini mengatakan "tindakan strategis yang dilakukan warga Republik Rakyat Tiongkok tidak sejinak dulu lagi".

Akibatnya ini menimbulkan kekhawatiran pada Amerika Serikat dan sekutunya.

BACA JUGA: Pengakuan Perempuan Sasaran Aksi Cabul yang Rasis dan Merendahkan di Aplikasi Kencan

"Kenyataannya, Tiongkok percaya diri dan mampu, juga tidak malu menunjukannya," ujar Christopher memperingatkan para mahasiswa.

Christopher yang mengakhiri tugasnya sebagai Menteri Pertahanan Australia di tahun 2019 mengatakan kemungkinan terjadinya "perang militer" di kawasan Indo-Pasifik saat ini lebih besar dibandingkan saat ia masih menjabat menteri.

BACA JUGA: Perang Para Ratu: Mrs World Dipolisikan Mrs Sri Lanka

"Lima tahun lalu saya bisa mengatakan kemungkinan [terjadinya perang] kecil sekali, sekarang saya terpaksa mengatakan kemungkinannya lebih besar dari waktu itu," katanya.

"Bukan perang dunia maya, tapi perang sesungguhnya yang menjatuhkan korban jiwa, menghancurkan pertahanan militer, dengan berhadapannya penyerang dan yang diserang."

"Ini bukan hanya perkataan, tapi adalah sesuatu yang saya dan Anda mungkin akan hadapi lima hingga 10 tahun ke depan."

Sejak meninggalkan dunia politik, Christopher mendapatkan banyak kritikan atas kegiatannya melakukan lobi bagi berbagai perusahaan di bidang militer di Australia.

Namun ia masih dapat berpidato di hadapan para lulusan Fakultas Hukum dari University of Adelaide, Senin kemarin (12/04), tentang bagaimana menurutnya kekuatan Tiongkok di bidang militer berkembang dengan cepat.

"Walau Amerika Serikat masih menjadi negara di dunia yang menghabiskan satu dari setiap dua dollar untuk keperluan militer, data yang mengejutkan menunjukkan anggaran bidang pertahanan Tiongkok di tahun 2021 adalah sebesar $210 miliar," katanya.

"Pasukan militer Tiongkok sangat siap menghadapi perang asimetri dengan Amerika dan sekutunya di kawasan barat dan tenggara Asia. Australia adalah salah satu sekutunya." Menghindari perang adalah prioritas utama

Bulan lalu,  Marsekal Philip S Davidson, dari Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat, mengatakan penting sekali bagi Amerika Serikat mempertahankan wilayahnya di Pasifik dari kemungkinan masuknya Tiongkok.

Dalam pidatonya, Christopher juga menyebutkan tindakan yang dilakukan Tiongkok belakangan ini untuk mendukung argumennya tentang ancaman yang semakin darurat dari militer Tiongkok.

Tindakan tersebut antara lain adalah bagaimana Tiongkok mengambil alih Hong Kong dan mengabaikan kritik atas perlakuannya terhadap etnis Uyghur.

"Rasanya mereka cukup kuat untuk menguasai Laut Tiongkok Selatan, meski sudah berjanji di masa pemerintahan Obama di Washington bahwa mereka tidak akan menjadikan wilayah batu karang dan beting sebagai wilayah militer, [mereka] tetap saja melakukan," katanya.

"Yang paling mengkhawatirkan adalah tekanannya terhadap Taiwan, daerah yang paling mungkin menjadi sumber konflik di kawasan."

Awal April lalu, seorang diplomat senior Amerika Serikat mengukuhkan bahwa Australia dan Amerika Serikat telah mendiskusikan rencana darurat bila terjadi konflik militer berkenaan dengan Taiwan.

Namun, Pyne mengatakan "menghindari terjadinya perang adalah pertahanan paling penting dan merupakan prioritas kebijakan luar negeri sebagai sebuah bangsa".

"Ini tidak akan tercapai kalau kita menjauhkan diri dari sekutu kita seperti AS, Jepang dan India. Justru yang harus dilakukan adalah sebaliknya," kata Payne.

"Tidak ada yang mau memberlakukan kebijakan penahanan terhadap Tiongkok, namun, semua orang ingin membangun kebijakan kerja sama dengan Tiongkok yang bisa memberikan manfaat kepada seluruh kawasan."

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari artikel di 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiongkok Akui Efektivitas Vaksin Sinovac Rendah

Berita Terkait