Meski lukisannya pernah dipamerkan di Paris, London, New York, Tokyo dan Milan, di usia senjanya, seorang pelukis Aborijin terkenal, Kathleen Ngale, terpaksa tinggal di kasur di luar rumah, tidak dapat berjalan, dan menghangatkan tubuhnya di tengah udara musim dingin gurun yang menusuk pada malam hari dengan tidur bersama sekitar selusin anjing yang tidur di sisinya.

Kathleen Ngale, yang berusia sekitar 87 tahun, tinggal di Camel Camp,  tempat di mana dia dilahirkan. Tempat ini berada di daerah Utopia yang terpencil di Australia Tengah, sekitar 260 kilometer timur laut, Alice Springs, Northern Territory.

BACA JUGA: Australia Dukung Pengajuan Tuntutan Terhadap Pelaku Penembakan MH17

"Kadang-kadang saya duduk di sini dalam keadaan lapar, dan kami duduk di sini tanpa memiliki apa-apa," katanya dalam Bahasa Anmatyerre melalui seorang juru bahasa.

"Kaki saya sakit, saya mengharap sedikit kiriman makanan ... dan saya tak bisa mandi sendiri saat saya memerlukannya."
Kerabatnya, Rosalie Kunoth-Monks, sangat menyesalkan kondisi kehidupan Ngale dan mendesak dilakukannya perbaikan layanan perawatan warga lanjut usia bagi masyarakat Aborijin senior di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Foto Mobil Rusak Parah Ini Jadi Sebuah Peringatan

"Dia berbaring di sana mengandalkan kehangatan dari anjing-anjing di kasur itu," kata Rosalie Kunoth-Monks.

"Kondisi kehidupan yang dijalani Ngale saat ini, anda tidak akan menempatkan musuh terburuk anda sekalipun untuk menjalani kehidupan seperti itu bukan? Ini tidak ubahnya kematian perlahan-lahan.”

BACA JUGA: Australia Kecam Uji Coba Rudal Balistik Terbaru Korea Utara

Dia mengatakan Kathleen Ngale jarang bisa mandi atau diganti sprei-nya, dan suaminya, yang juga berusia 80-an tahun, adalah perawat utamanya. Sebuah alkitab dalam Bahasa Anmatyerre dan Bahasa Inggris tergeletak di sisi hamparan kasus Kathleen Ngale.

ABC News: Neda Vanovac


Cucu Kathleen Ngale, Denisa, mengaku kadang-kadang neneknya dikunjungi oleh seorang perawat dari Klinik Urpantja, yang berlokasi sekitar 50 kilometer jauhnya, dan ada pengiriman sup setiap minggu.

"Jika tersedia perawatan bagi warga lanjut usia, wanita tua ini harusnya bisa memiliki kursi roda, dia seharusnya juga bisa mencuci pakaiannya," kata Kunoth-Monks.

"Harusnya ada fasilitas pencucian baju di sini, di mana mereka bisa mencuci, mereka pasti tidak keberatan membayar dua dolar atau berapapun dan bisa melakukan itu.

"Tapi kita berada pada tingkat kemiskinan terendah di sini, di komunitas seperti ini."Pendanaan tidak memadai

Pemerintah Federal mendanai  Dewan Kota Barkly yang berkantor pusat di Tennant Creek, NT,  sekitar 400km jauhnya, untuk menyediakan layanan perawatan bagi warga lansia di Utopia, sebuah wilayah yang terdiri dari 16 daerah otonomi khusus penduduk pribumi dan pos luar daerah yang tersebar dengan jarak lebih dari beberapa ratus kilometer.

Layanan ini utamanya terdiri dari pengiriman makanan, yang disediakan setiap hari di daerah otonomi khusus penduduk Aborijin di Arlparra, namun pengirimannya dilakukan setiap beberapa hari sekali di sejumlah daerah terpencil. Hal ini dikarenakan hanya ada satu pekerja  purna waktu dan beberapa staf lokal paruh waktu yang didanai untuk melayani wilayah tersebut, kata CEO Chris Wright.

"Tidak cuma perawatan bagi lansia, tapi juga semua layanan yang diharapkan kami dapat menyediakannya di komunitas-komunitas tertentu tidak memadai," katanya.

"Masalah mendasar kami hanyalah karakter dari komunitas ini – mereka sangat besar, dan tersebar luas, dan jarak antar komunitas yang amat jauh untuk disambangi, sementara model pendanaan konvensional tidak sesuai dengan komunitas tertentu seperti itu.

"Saya kira kesempatannya adalah untuk mencari tahu, 'oke, bagaimana layanan bisa diberikan secara lebih memadai kepada komunitas di pos luar daerah yang terpisah sejauh 150 mil?' Telepon umum di Camel Camp

ABC News: Neda Vanovac

Ada sekitar 15 orang lanjut usia yang secara efektif tidur di udara terbuka di tengah-tengah masyarakat pribumi, termasuk seorang wanita berusia 92 tahun yang tinggal di sebuah tenda,” kata Michael Gravener, CEO Urpantja Aborigin Corporation.

"Ini sebuah pemiskinan total, ketidakberdayaan total, dan mereka harus dihormati sebagai sebagian dari warga masyarakat yang istimewa dari negara ini, mengingat mereka adalah para pemilik tertua dari negara yang menakjubkan ini," katanya.

“Menyedihkan sekali kita menelantarkan mereka,” tambah Michael Gravener, CEO Urpantja Aborigin Corporation Sulit penuhi kebutuhan dasar

“Jika anda tidak mampu mendapatkan kebutuhan dasar, anda tidak akan bisa melakukan apapun.”
Michael Gravener mengatakan bahwa kemiskinan yang mengakar dan kurangnya dana mempersulit upaya untuk memperbaiki keadaan bagi penduduk di Utopia.

"Kita berurusan dengan orang-orang yang diminta untuk bangun dan bekerja, menjalani hidup mereka, yang mereka itu hidup dalam kemiskinan absolut, tunawisma absolut, kepadatan penduduk yang kronis, dan kami seperti bilang, 'hey, kamu harus bekerja keras dan hidup seperti kita,” katanya.

"Kenyataannya adalah, jika Anda belum bisa memenuhi kebutuhan dasar untuk memulai, Anda tidak akan berhasil melakukan apapun.”
"Hal-hal seperti perumahan, keamanan pangan, seseorang yang peduli dengan mereka, mereka akan mengkritik orang-orang yang merawat Kathleen Ngale ... tapi jika Anda sendiri saja sudah miskin, bagaimana Anda akan melakukannya?
Kathleen Ngale beristirahat diatas selapis kasur di Camel Camp, Utopia, Australia Tengah pada Juni 2017 lalu.

ABC News: Neda Vanovac

Menurut Michael Gravener, berdasarkan studi, orang-orang Aborijin yang tinggal di tanah adat memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik dibandingkan mereka yang tinggal di kota atau pusat kota di wilayah regional. Meski demikian, mereka membutuhkan lebih banyak dukungan untuk bisa terus mempertahankan pencapaian itu.

"Tanah adat yang didiami oleh penduduk pribumi ini tidak pernah diberikan kesempatan untuk bertahan hidup atau berkembang karena mereka selalu diberikan pendanaan yang kecil dan anda tidak bisa melakukannya.” Tambah Gravener.

"Anda tidak bisa terus bermain kejar-kejaran ketika anda ingin mengembangkan suatu masyarakat yang produktif, berkelanjutan, mampu secara ekonomik dan sosial."

Michael Gravener mengatakan bahwa kondisi hidup Kathleen Ngale tak perlu ditutupi lagi: "Ini cukup mengejutkan sebagaimana kondisinya, dia tidak seharusnya hidup seperti itu,” ungkapnya.

"Dia seharusnya tinggal di tanah adat warga pribumi, dia harus diberi perawatan terbaik dan dihormati sebagai sosok dirinya [pelukis aborijin terkenal]. Dia orang Australia yang unik." Pilihan mereka sendiri Rosalie Kunoth-Monks di daerah otonomi khusus masyarakat Aborijin, di Utopia.

ABC News: Neda Vanovac


Chris Wright dari Dewan Kota Barkley mengatakan bahwa kalangan lansia di Utopia memang tinggal di tempat-tempat dimana mereka memang menginginkannya, di negara bagian ini.

"Saya mengerti kalau [Kathleen Ngale] saat ini tinggal di beranda rumahnya, di situ memang tempat yang dia inginkan, tidak mengapa. Orang memiliki pilihannya sendiri dan tampaknya pilihannya memang untuk hidup dengan cara yang saat ini dia jalani,” katanya.
Dia mengatakan bahwa sudah pasti ada kesempatan baginya untuk dibawa ke Arlparra untuk menghabiskan waktu di pusat perawatan lansia.

Menurut Christ Wrights, terlepas dari buruknya pelayanan bagi kalangan lansia, kawasan ini  sangat unik, dan sejumlah layanan harus tersedia di masing-masing tanah adat ketimbang dipusatkan di pusat komunitas.

"Ini merupakan tempat yang menakjubkan, saya bisa mengerti mengapa para lansia itu ingin tetap tinggal di kampung halaman mereka, karena ini istimewa," katanya.

"Kita sedang berbicara mengenai orang asli Australia, saya pikir mereka pantas mendapat penghormatan dan sumber daya untuk dapat terus hidup di tanah adat mereka."

Diterjemahkan 5/7/2017 oleh Iffah Nur Arifah dan simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

Lihat Artikelnya di Australia Plus

BACA ARTIKEL LAINNYA... Otoritas Pemilu Papua Nugini Tolak Nyatakan Pemilu Gagal

Berita Terkait