Mantan Wakil Perdana Menteri Rusia Menentang Invasi ke Ukraina, ini Yang Terjadi Kemudian

Jumat, 18 Maret 2022 – 20:43 WIB
Arsip - Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich menunggu sebelum pidato kenegaraan tahunan yang dihadiri oleh Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Rusia, 1 Desember 2016. (ANTARA/Reuters/Maxim Shemetov/as)

jpnn.com, RUSIA - Mantan wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich menentang invasi negara tersebut ke Ukraina.

Akibat sikapnya tersebut, Arkady Dvorkovich dituding sebagai penghianat bangsa.

BACA JUGA: 5 Perwira Senior Rusia Tewas di Ukraina, Ada yang Baru Jadi Jenderal

Dia pun kemudian mundur dari jabatannya di sebuah yayasa bergengsi.

Arkady Dvorkovich merupakan wakil perdana menteri 2012-2018.

BACA JUGA: Rusia Berhasil Habisi Sniper Paling Menakutkan di Dunia? Ada Istilah Psyops

Dia menjadi salah satu tokoh paling senior Rusia yang mempertanyakan perang tersebut.

Dia mengatakan kepada media AS pekan ini bahwa dirinya prihatin dengan warga sipil Ukraina.

BACA JUGA: Pertemuan DK PBB yang Dirancang Rusia Batal, Ini Penyebabnya

Seorang anggota parlemen senior dari partai berkuasa meminta agar Dvorkovich dipecat dan menuduhnya menjadi bagian dari tiang kelima (gerakan bawah tanah) yang menggerogoti Rusia.

Pria berusia 49 tahun itu sejak 2018 telah memimpin Yayasan Skolkovo, pusat inovasi dan teknologi di pinggiran Moskow yang disebut-sebut sebagai Lembah Silikon Rusia.

Yayasan Skolkova pada Jumat (18/3) menyatakan Dvorkovich telah memutuskan untuk mundur.

Dia belum bisa dihubungi untuk dimintai komentarnya.

Dia masih menjabat sebagai presiden Federasi Catur Internasional (FIDE).

Igor Shuvalov, ketua dewan direksi yayasan itu mengatakan Dvorkovich telah mengundurkan diri dan tidak lagi dapat menggabungkan tugasnya di Skolkovo dengan tanggung jawabnya di FIDE dalam kondisi saat ini.

Ribuan orang telah ditahan setelah memprotes invasi Rusia di Ukraina.

Rusia mengeklaim invasi ke Ukraina merupakan operasi militer khusus untuk melucuti militer dan membersihkan pengaruh Nazi di negara tetangga pecahan Uni Soviet itu.

Presiden Vladimir Putin pada Rabu mengeluarkan peringatan keras kepada orang-orang yang dia sebut pengkhianat di Rusia.

Dia mengatakan bahwa barat ingin memanfaatkan mereka sebagai tiang kelima yang ingin menghancurkan negara itu.

Setelah berkomentar di media barat, Dvorkovich menyatakan di laman web Skolkovo bahwa dirinya sangat bangga dengan keberanian para prajurit Rusia) dan bahwa Rusia telah menjadi target dari sanksi yang keras dan tak berperasaan.

Namun, sehari kemudian, Andrei Turchak, anggota parlemen dari partai Rusia Bersatu yang berkuasa, mendesak pemecatannya.

"Dia telah membuat pilihan," kata Turchak.

"Ini tak lain dan tak bukan adalah pengkhianatan besar terhadap bangsa, kelakuan tiang kelima, yang disebut-sebut presiden hari ini," katanya.(Antara/Reuters/JPNN)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler