Mantan Wakil Presiden Boediono menutup rangkaian peringatan 50 Tahun Indonesia Project di Australian National University (ANU). Pusat lembaga riset mengenai Indonesia di ANU ini telah banyak melahirkan tokoh penting dan kajian strategis yang turut mewarnai pembangunan, ekonomi dan kemasyarakatan di Indonesia.
Acara "Bincang dengan Prof.Dr.Boediono" di kampus ANU yang dimoderatori oleh Tokoh Anti Korupsi, Danang Widoyoko (31/7).
BACA JUGA: Berhubungan Seksual dengan Murid, Guru di Adelaide Dibui 10 Tahun
Mantan Wapres Boediono mengatakan dalam menghadapi situasi ekonomi dunia yang masih terus bergejolak, Indonesia perlu memperkokoh pertahanan pembangunan ekonominya. Dan langkah itu harus diawali dari dalam keluarga. Kesimpulan ini disampaikan Mantan Wakil Presiden Indonesia 2009 – 2014 itu dalam forum bertajuk "Bincang dengan Prof. Dr. Boediono" yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia Cabang Australia Capital Territory (PPIA ACT) dan Persatuan Pelajar Indonesia ranting Australian National University (PPIA ANU) di Kampus Australian National University, Canberra (31/7). Prof. Dr. Boediono yang juga lulusan Universitas Nasional Australia (ANU) tahun 1967 ini berada di Canberra untuk menghadiri rangkaian perayaan 50-tahun berdirinya Pusat Riset Pembangunan dan Ekonomi Indonesia di Universitas Nasional Australia (ANU) yakni ANU Indonesia Project. Dalam forum diskusi ini Boediono mengatakan dalam menghadapi situasi ekonomi dunia yang sedang bergejolak beberapa waktu terakhir, Indonesia perlu mendorong 3 aspek penting yang berperan penting dalam mendukung pembangunan di masa mendatang. Ketiga aspek tersebut menurut Boediono harus diawali dengan upaya memperkokoh pertahanan bangsa dari dalam institusi keluarga. “Insan yang sehat secara jasmani dan rohani merupakan aspek penting pertama yang harus dimiliki sebuah bangsa,” kata Boediono. Aspek penting kedua yang perlu diperkokoh Indonesia menurut Boediono adalah institusi politik, birokrasi dan institusi hukum. Sedangkan aspek penting ketiga yang perlu diperkokoh adalah infrastruktur. “Infrastruktur yang memadai akan menjadi landasan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kokoh. Kombinasi dari ketiga aspek penting ini menurut Boediono akan sangat mempengaruhi dan menentukan pembangunan bangsa baik untuk orientasi jangka pendek maupun jangka panjang. Diskusi pelajar Indonesia di Canberra dengan Boediono di Kampus ANU ini menutup rangkaian peringatan 50 Tahun ANU Indonesia Project yang sudah berlangsung sejak tanggal 28 Juli 2015. Selain Boediono, hadir juga sejumlah alumnus ANU Indonesia Project lainnya yang membahas perkembangan kerjasama pembangunan dan ekonomi Indonesia – Australia. Antara lain Profesor Mari Elka Pangestu, mantan Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif dan Menteri Perdagangan serta Dr Muhamad Chatib Basri yang tampil memberikan kuliah umum di ANU.
Peserta konferensi tentang pembangunan regional yang diselenggarakan oleh IP di Canberra tahun 1987, diantaranya Mari Elka Pangestu (depan lima dari kiri).
ANU Indonesia Projest berdiri tahun 1965 dan diprakarsai oleh Profesor Heinz Ardnt, Kepala Departemen Ekonomi pada School of Pacific Studies di ANU. Proyek ini bertujuan untuk menggalakan studi atau penelitian yang lebih mendalam mengenai masalah pembangunan di Indonesia serta untuk membuat masyarakat dunia lebih memahami apa yang terjadi dengan persoalan pembangunan di Indonesia. Mengingat pada tahun 1960-an Indonesia mengalami salah satu masa terburuk dalam sejarahnya setelah kemerdekaan. Di bidang ekonomi, nilai tukar rupiah sangat rendah, tingkat inflasi membubung tinggi bahkan hingga mencapai 500%, serta anggaran pemerintah mengalami defisit yang sangat besar. Di bidang politik, persaingan antara pihak nasionalis, Islamis dan komunis menjadi semakin berbahaya bahkan memuncak dalam konfik yang memakan korban ratusan ribu jiwa. Selain fokus pada penyelenggaraan riset mengenai pembangunan dan masyarakat Indonesia, ANU Indonesia Project juga melakukan publikasi mengenai Indonesia, baik melalui konferensi, seminar hingga penerbitan buku. Selama 5 dasawarsa berdiri ANU Indonesia Project telah banyak menerbitkan publikasi seputar pembangunan dan situasi di Indonesia. Perpustakaan Indonesia Project tercatat memiliki lebih dari 7.000 koleksi berkaitan dengan Indonesia. Jumlah ini lebih banyak dari koleksi manapun di dunia bahkan di Indonesia sendiri. Selain itu ANU Indonesia Proyek juga melakukan kegiatan peningkatan kapasitas atau capacity building dengan menggandeng berbagai institusi dan organisasi di Indonesia baik dari kalangan pemerintah, masyarakat maupun akademik. Sejak tahun 1980, ANU Indonesia Project menerima hibah dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) dan terakhir melalui Program Bantuan Australia – AUSAID.
BACA JUGA: Sistem IT Bermasalah 600 Kasus Dugaan Pelecehan Anak Tidak Dilaporkan ke Polisi
BACA JUGA: 3 dari 5 Orang Obesitas di Australia Tidak Tahu Menguruskan Badan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nelayan Australia Pun Percaya Sejumlah Pantangan