Mantap! Mensos Usul Harga Rokok per Bungkus Rp 100 Ribu

Selasa, 21 Juli 2020 – 06:46 WIB
Ilustrasi rokok. Foto: pixabay

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Sosial Juliari Batubara mengusulkan harga jual rokok Rp100 ribu per bungkus.

Menurutnya, itu untuk mencegah anak-anak membeli rokok. Selain itu juga bisa menjadi tambahan pemasukan bagi pemerintah dari cukai.

BACA JUGA: 16 Juta Batang Rokok Ilegal Diamankan Bea Cukai Tembilahan

"Kalau bisa rokok harganya mahal. Satu bungkus minimal 100 ribu. Negara juga dapat cukai lumayan," ujar Juliari dalam Webinar Hari Anak Nasional 2020.

Juliari menambahkan, perokok anak masih menjadi masalah di Indonesia. Anak-anak di Indonesia beranggapan orang merokok menunjukkan pertanda telah dewasa.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: PPPK Masih Sabar Menanti? Peserta CPNS Jangan Santai

"Anak-anak ini simpel, mereka ingin terlihat tua, terlihat cool, keren, jadinya merokok. Selain itu, meskipun saya bagian pemerintah, akses terhadap rokok ini harus dibatasi. Bahkan di Indonesia menjual rokok secara ketengan (satuan) masih bisa," kata Juliari.

Juliari mengatakan, seharusnya proses pembelian rokok dipersulit. Salah satunya dengan menaikan harga per bungkus rokok. Tujuannya, agar tidak mudah diakses oleh anak-anak.

BACA JUGA: Masih Main Rokok Ilegal? Siap-siap Saja Berhadapan dengan Operasi Gempur

Disadarinya, usulan itu bisa berdampak pemerintah mendapat protes dari para petani tembakau yang menanam bahan utama pembuatan rokok.

Namun demikian, lanjut Juliari, harus diketahui bahwa kebanyakan produksi rokok di Indonesia saat ini banyak yang menggunakan tembakau impor.

Karenanya, dia menyarankan petani tembakau sebaiknya berganti jenis tanaman.

"Jadi harus mendesak pemerintah supaya harga rokok dan cukai dinaikan. Ini bukan untuk meningkatkan APBN saja, itu jangka pendek. Jangka panjangnya anak kita terlindungi dari rokok," katanya.

Selain berbahaya bagi kesehatan secara fisik, Juliari menyampaikan rokok bisa menjadi pintu gerbang anak mengenal narkoba.

Jika telah terjerumus pada narkoba maka yang dikhawatirkan masa depan anak jadi terancam.

"Harus diingat pengenalan narkoba dari rokok. Lama-lama nyobain ganja lalu sabu-sabu. Begitu masuk ke narkoba ya sudah habis. Mau rehab seperti apa pun, kalau sudah narkoba sejak dini itu sudah sulit," pungkas Juliari. (ngopibareng/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler