Manuver Capres Independen Hanya Cari Peluang

Jumat, 22 Agustus 2008 – 16:31 WIB

!-- @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } -->JAKARTA - Manuver sejumlah tokoh yang mendeklarasikan dirinya sebagai Capres (calon presiden) perseorangan atau independen dinilai sebagai tindakan yang salah kaprah karena di samping konstitusi tidak memungkinkan, munculnya Capres independen juga tidak masuk akal di era multi partai saat ini.

jpnn.com - “Di Indonesia, tokoh yang menjadi Capres independen itu hanya cari-cari peluang sajaDan manuver capres independen itu salah kaprah,” kata Ketua Plh PKN Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) Roy BB Janis kepada pers di Jakarta, Jum’at (22/8).

Untuk diketahui sejumlah tokoh yang telah mendeklarasikan diri sebagai capres independen seperti mantan Kepala Staf Kostrad Kivlan Zen, Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan [Pedoman Indonesia] M

BACA JUGA: DPD Selesaikan Usulan Amandemen UUD 45

Fadjroel Rachman, dan Koordinator Indonesia Satu, RA
Berar Fatiah.

Kendati diakui bahwa dalam prinsip demokrasi yang murni memang tak ada larangan untuk mencalonkan diri sebagai presiden melalui jalur independen

BACA JUGA: Pertamina Minta Subsidi Distribusi 9 %

Tetapi di era multi partai sekarang ini, semestinya wacana Capres independen tidak perlu dikembangkan.

“Tidak ada sandaran pertanggungjawaban dan landasan konstitusi dari manuver Capres independen

Selain itu bertanggung jawab kepada siapa? Platform-nya apa

BACA JUGA: Habib Minta KPK Audit Presiden-Kapolri

Sejelek-jeleknya partai politik, tetap punya platform dan mekanisme pertanggungjawaban,” ujar Roy Janis.

Karena itu, mantan Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR ini menduga ada agenda tertentu dari tokoh yang mencalonkan diri sebagai presiden melalui jalur perseorangan“Orang-orang itu justru berbahaya kalau ‘ketiban’ pulungSaya tahu siapa-siapa mereka,” katanya.

Lebih jauh Roy Janis menegaskan bahwa Indonesia butuh presiden fresh yang memiliki nilai rapor delapan plus, ketimbang nilai enamKarena jika presiden hanya mempunyai nilai rata-rata dibawah delapan, tidak akan mampu lakukan lompatan besar atau perubahan.

“Kinerjanya tidak signifikan dan hanya bisa lakukan tambal sulam, sehingga bangsa ini tak bisa keluar dari lingkaran setan,”katanya.

Selain itu, tambah bekas anak buah Megawati itu, pemimpin daur ulang --merek yang pernah berkuasa, tetapi gagal mengemban amanat rakyat, red-- tidak pantas mencalonkan kembali pada pilpres 2009, karena rapornya merahSebab, pemimpin yang rapornya merah, kalau diberi kesempatan untuk memimpin lagi pemerintahan, akan lalukan praktek masa lalu yang merugikan rakyat.

“Oleh sebab itu, perlu munculnya pemimpin baruMasalah usia tidak begitu penting, yang penting orangnya harus harus freshPemimpin baru itu bukan pemimpin daur ulang,” ujar Roy Janis lagi.

Ia mengusulkan, sebaiknya presiden dan wakil presiden 2009 berasal dari satu partai, karena kalau diusung oleh gabungan beberapa parpol, tidak sehat lagiSeperti duet SBY-JK yang diusung beberapa partai, pada akhirnya nanti akan cari pasangan masing-masing untuk maju dalam pilpres 2009.

Menjawab pertanyaan tentang perlunya fit and propertest untuk cawapres, Roy Janis mengemukakan, fit and propertest bagi cawapres hanya terjadi pada era SoehartoIa mengamati betul orang yang akan direkrutnya jadi pemimpinRingkasnya, Soeharto mengkader pemimpin sejak awal.

Soeharto, kata Roy Janis, memilih seseorang jadi cawapres tidak secara dadakan, tetapi disiapkan selama 5 tahunTerlepas dari kekurangan Soeharto, apa yang dilakukan penguasa Orde Baru itu benar dan hasilnya baikSoeharto punya asesmen dalam memilih orang.

Menurut dia, masalah pimpinan nasional yang gonjang-ganjing sekarang ini bukan karena sistemnya jelek tetapi terletak pada orang yang jadi pemimpinKenyataannya, para elit memang mau bersatu tetapi bukan untuk memikirkan masalah bangsa, melainkan bagaimana cara untuk meraih kemenangan.

“Yang kita saksiokan, setelah mereka menang dan memegang kekuasaan, kerjanya hanya bagi-bagi proyek, akibatnya korupsi makin merajalela alias tidak bisa diberantas Ini cerita nyata, bukan ngarang dan pragmatisme begini tidak akan bisa untuk mengatasi masalah rakyat,” ujarnya.

Di akhir uraiannya, Roy Janis yang juga salah satu pentolah partai bernomor urut 16 itu berpendapat, semua presiden RI dari sejak Bung Karno hingga yang sekarang, rapornya tidak ada yang biru dan mereka langgar Pancasila 1 Juni 1945.

Bung Karno lakukan kesalahan fatal karena mau jadi presiden seumur hidupSoeharto terkenal otorier saat berkuasa, BJ Habibie lepaskan Timtim, Gus Dur itu karena mengeluarkan dekrit untuk membubarkan DPR.

Sementara Megawati menerapkan sistem feodalisme saat menjabat presiden“Saya ini pendukung Bung Karno, tapi obyektif bukan type orang pejah gesang nderek Bung KarnoKalau benar saya katakan benar kalau salah ya saya kritikDulu ketika saya sampaikan kritik ini saya diprotes banyak orang, tapi setelah saya jelaskan, mereka bisa ngertiJadi, orang muda harus berani sampaikan kritik yang obyektif,” kata Roy Janis.(eyd)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dephub Umumkan RPP Multimoda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler