Marak Begal Sepeda di Jakarta, Kriminolog: karena Ada Kesempatan

Rabu, 04 November 2020 – 16:08 WIB
Para pelaku begal Sepeda yang dihadirkan dalam jumpa pers di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Selasa (3/11). Foto: Fransikus Adryanto Pratama/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Akhir-akhir ini kasus pembegalan sepeda menjadi fenomena baru di Jakarta.

Sedikitnya, 12 laporan polisi telah diterima Polda Metro Jaya. Dari 12 LP itu, polisi berhasil menangkap 10 pelaku.

BACA JUGA: Kapolda Metro Jaya Berbagi Tips Bersepeda Aman Menghindari Incaran Begal

Dari 10 tersangka tersebut, mereka melakukan aksinya di enam lokasi berbeda.

Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana mengatakan, 10 orang tersangka itu berinisial MA (16), SH (28), AR (41), BG (21), RN (22), MMAH (17), NY (15), ID (16), MAS alias Kancil (20), SL alias Tompel (17).

BACA JUGA: Masyarakat Curiga Klinik Sejahtera Pasiennya Banyak Perempuan, Ternyata Tempat...

Mereka melakukan aksi begal sepedanya di 6 lokasi berbeda-beda di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

Menanggapi itu, Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Arthur Josias Simon menilai motif ekonomi menjadi penyebab pelaku melakukan aksi pembegalan sepeda.

BACA JUGA: Atikotul Mahya 2 Hari Hilang, Edy Mulyono Mendengar Teriakan, Gempar

Lebih lanjut, Josias mengatakan para pembegal melihat bersepeda merupakan gaya hidup yang mewah.

Selain itu, pelaku juga mengincar barang-barang berharga milik penggowes.

"Itu sih kebanyakan motif ekonomi. Situasi pandemi ini kemungkinan besar (pelaku) melihat peluang. Artinya mendapatkan barang-barang bernilai salah satunya dari sepeda. Menaruh sembarang, menaruh handphone sembarang itu dimanfaatkan," ungkap Arthur Josias saat dihubungi jpnn.com, Rabu (4/11).

Menurutnya, aksi yang dilakukan pembegal tersebut dikategorikan menjadi dua hal yakni situasional dan kesempatan.

Selain itu, karena kelengahan penggowes sehingga pelaku memanfaatkan kesempatan tersebut.

"Memang kalau perencanaan pasti ada ya. Biasanya adanya kesempatan. Kesempatan itu biasanya perpaduan antara kelengahan korban kemudian kesempatan pelaku itu melihat lemahnya pengawasan situasi tersebut," katanya.

Lebih jauh, dia mengatakan pelaku tidak memandang siapapun korbannya.

"Jadi korban begal sepeda itu bisa terjadi siapapun. Pangkat dan jabatan pun tidak melihat itu," ujarnya.

Di sisi lain, kata dia, karena malam hari, subuh masih gelap atau kemudian melihat dalam kesendirian penggowes.

"Maksudnya dalam area-area yang memang dalam wilayah rawan oleh kepolisian. Itu biasanya terjadi begal sepeda," pungkasnya. (mcr3/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler