jpnn.com, JAKARTA - Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR Mardani Ali Sera menyampaikan pernyataan terkait jumlah positif Covid-19 di Indonesia, yang hingga Rabu (19/8) sudah mencapai 144.945.
Dia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap upaya penanganan pandemi COVID-19 yang belum menemui titik terang.
BACA JUGA: Neta Sebut 18 Menteri Bakal Diganti, Ini Daftar Namanya, Entah Siapa Sumbernya
Seolah ingin memberikan peringatan kepada pemerintah, wakil rakyat berdarah Betawi itu pun menyebut bahwa persoalan Covid-19 ini bisa menjadi bom waktu.
"Bismillah, pandemi Covid-19 di Indonesia belum menemui titik terang. Terkini (19/20) sudah 144.945 kasus positif. Pemerintah perlu sadar bahwa masalah ini semakin menjadi bom waktu jika tidak ditangani secara sungguh-sungguh," tulis Mardani melalui akunnya di Twitter, Kamis (20/8).
BACA JUGA: Presiden PKS: Tampak Sekali Pemerintah Gagal Paham
Anggota komisi II DPR RI itu lantas meminta izin untuk menanggapi masalah Covid-19 ini.
Bahkan, Mardani menyentil pernyataan Presiden Jokowi yang pernah bicara soal gelombang kedua pandemi.
BACA JUGA: Wahyuni Teriak Tak Ada yang Dengar, Hanya 5 Menit, Terekam CCTV
"Dalam beberapa kesempatan, Pak @jokowi mengatakan hati-hati dalam menghadapi gelombang kedua Covid-19. Ironi mengingat puncak gelombang pertama belum kita ketahui jika melihat grafik kasus positif Covid-19 yang selalu meningkat," lanjut Mardani.
Ketua DPP PKS itu menyebutkan, meski terlambat, langkah mencegah persebaran mesti menjadi fokus.
Penerapan 3T; Test, Tracing, Treatment perlu dilakukan. Kemudian diiringi dengan peraturan yang memaksa protokol kesehatan agar dipatuhi warga.
Menurutnya, Covid-19 tidak hanya berbicara mengenai kesehatan individu, tetapi kesehatan masyarakat dan bangsa.
Jika kasus terus meningkat sementara fasilitas pelayanan kesehatan tidak bertambah, kapasitas bisa membeludak dan petugas kesehatan bisa kewalahan.
"Tanpa langkah preventif yang masif dan terukur, jelas ini seperti pembiaran," tegas Mardani.
Dia juga menyodorkan data bahwa jumlah dokter yang dimiliki Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yakni 0,4 dokter per 1.000 penduduk.
Dengan kata lain, 4 dokter melayani 10 ribu penduduk. Jauh lebih rendah dari Singapura yang mempunyai 2 dokter per 1.000 penduduk.
Sampai saat ini, katanya, banyak langkah pemerintah yang mengundang blunder, penerapan new normal yang tidak dikaji secara matang sehingga memunculkan klaster-klaster baru seperti perkantoran.
"Mau sampai kapan kebijakan tanpa grand design yang jelas dan based on science lintas bidang?" tulisnya mempertanyakan.
Belum lagi masalah resesi. Diakuinya, resesi ini memang terjadi di semua negara, tetapi yang belum pasti adalah kecepatan pemulihan ekonominya.
Ekonomi tidak akan pulih total bila Covid-19 masih ada di tengah-tengah masyarakat. Maka, ekonomi harus diatasi dengan mengatasi pandeminya terlebih dahulu.
"Kita semua layak khawatir Indonesia bisa masuk jurang resesi lebih dalam pada kuartal III-2010 jika tidak segera berbenah. Menyelamatkan rakyat terlebih dahulu merupakan strategi terbaik jika ingin menyelamatkan ekonomi," tutur Mardani.
Politikus berusia 52 tahun ini juga mempertanyakan sektor apa yang menjadi andalan untuk pemulihan ekonomi? Apakah pariwisata? Sebab, katanya, orang justru mau bepergian jika sudah aman.
"Majalah Forbes (5/6) merilis 100 negara yang dinilai paling aman dari Covid-19. Dalam laporan tersebut, Indonesia duduk di peringkat 97 dari 100 negara, alias tiga terbawah," sebut penggagas gerakan #2019GantiPresiden ini.
Terakhir, Mardani menulis bahwa data dan riset dari pihak luar sebaiknya jangan buru-buru diragukan. Bila ingin ekonomi pulih, maka dengarkan ahli kesehatan.
"Evaluasi hasil riset dari luar. Semoga ke depan kebijakan-kebijakan pemerintah semakin tajam dan peka terhadap kondisi masyarakat," harap Mardani Ali Sera. (fat/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam