JAKARTA - Tren inflasi pada Maret 2014 diperkirakan kembali rendah. Bank Indonesia (BI) memprediksi tekanan harga barang pada periode ini hanya 0,1 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Sementara itu, sepanjang tahun (year on year/yoy) inflasi diproyeksi berada pada level 7,3 persen.
"Harga pangan masih terkendali. Dampak kenaikan gas maupun tarif angkutan udara tidak terlihat besar," ungkap Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo di gedung BI kemarin (28/3).
Merujuk survei pemantauan harga hingga pekan ketiga bulan ini, tutur dia, komponen volatile food yang selama ini berkontribusi paling besar tampak landai. Berdasar catatan Jawa Pos, Maret yang merupakan masa awal panen raya memang selalu mencatat inflasi rendah, bahkan deflasi seperti pada 2010 dan 2011.
Anomali pada Maret hanya terjadi pada 2013. Pemicunya adalah tingginya harga bawang merah dan bawang putih lantaran kekurangan pasokan. Kondisi tersebut menjadikan inflasi tertinggi dalam lima tahun terakhir sejak 2008 lantaran kenaikan BBM.
Mengingat hal itu, Perry meyakinkan bahwa inflasi yang rendah pada akhir kuartal pertama tahun ini sudah mempertimbangkan berbagai hal. Misalnya, faktor kemungkinan adanya gangguan produksi dan distribusi pangan yang dipicu bencana alam di dalam negeri maupun badai El Nino dalam skala global.
Bahkan, pihaknya juga telah memasukkan dampak kenaikan tarif listrik dari keseluruhan industri. "Tambahan inflasi (listrik) 0,23 persen. Itu sudah kami estimasi," jelasnya.
Selain itu, dia memaparkan, komponen inflasi inti dari dampak depresiasi nilai tukar yang akhir-akhir ini menambah kewaspadaan juga mampu teredam. "Meski survei harga sampai minggu ketiga, kemudian 0,1 persen adalah hasil estimasi kami untuk keseluruhan bulan," paparnya.
Di sisi lain, rapor fundamental ekonomi tanah air pada tahun ini diperkirakan positif. Perry menyebutkan, balance of payment atau neraca pembayaran 2014 secara keseluruhan diprediksi surplus. Estimasi itu diperkuat tren defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang semakin mengecil.
Pihaknya mencatat, dari sisi neraca modal, arus dana asing -baik dalam bentuk penanaman modal asing (PMA) maupun portofolio saham dan obligasi- sangat besar. Bahkan, melebihi jumlah keseluruhan beli bersih asing sepanjang 2013.
BACA JUGA: Harga Telur Ayam Cenderung Naik
Awal Maret ini, inflow asing tercatat Rp 54 triliun. Itu jauh lebih tinggi daripada keseluruhan arus investasi portofolio tahun lalu yang mencapai Rp 43 triliun. "BOP akhir tahun secara keseluruhan akan surplus. Fundamental pasar ekonomi kita sangat positif," ungkapnya.
Sementara itu, pada perdagangan akhir pekan, rupiah ditutup menguat terhadap dolar AS. Kurs referensi BI mencatat rupiah masuk ke level Rp 11.404 per USD atau naik 34 poin daripada perdagangan hari sebelumnya. "Ini masih level yang sehat bagi rupiah sesuai dengan fundamentalnya," tandasnya. (gal/c6/kim)
BACA JUGA: Banggakan UMKM, Khawatirkan Pasar Bebas
BACA JUGA: PTPP Targetkan Pendapatan Rp 16 Triliun
BACA ARTIKEL LAINNYA... Telkom Salurkan Bantuan Rp 11 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi