jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR Marwan Jafar mengatakan bahwa prioritas pembangunan industri nasional di sektor industri manufaktur sudah selayaknya didukung secara kritis, seraya tetap menjaga keterkaitan kesinambungannya.
Menurut dia, sektor industri manufaktur juga akan banyak menyerap tenaga kerja siap pakai, mampu mengundang investor serta berkontribusi terhadap pendapatan nasional dan pertumbuhan perekonomian. Sekaligus diharapkan dapat menekan defisit neraca pembayaran dan neraca perdagangan.
BACA JUGA: Harga Jual Gas Industri Dipangkas, Saham PGN Bisa Anjlok
"Selain bertugas mengawasi secara kritis, kami juga akan terus mendorong dan mengawal ketat sejumlah program prioritas pembangunan industri nasional yang sedang dan akan ditempuh pemerintah," kata Marwan dalam siaran persnya, Senin (10/2).
Politikus PKB itu menambahkan pihaknya akan fokus mengawal seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang dapat tercapai, maupun peningkatan kualitas sumber daya manusia.
BACA JUGA: Bea Cukai Tambah Izin Fasilitas Industri PLB & PDPLB Perdana di Makassar
"Kami akan fokus menyoroti aspek seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang dapat tercapai, termasuk dalam konteks meningkatkan keahlian dan daya saing sumber daya manusia di bidang perindustrian di era millenial saat ini dan ke depan," katanya.
Legislator di komisi yang membidangi perindustrian dan investasi itu menambahkan aspek transformasi sektor industri manufaktur juga diharapkan mampu menopang pembangunan wilayah-wilayah industri baru di banyak lokasi di Sumatera, Kalimantan Selatan, Madura, Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Papua Barat.
BACA JUGA: Harga Gas Industri Turun, PGN Bisa Kena Dampak
Selain itu, pengembangan sektor industri kecil dan menengah (IKM) juga perlu mendapat perhatian serta dilibatkan secara khusus seiring pembangunan beberapa wilayah industri baru sebagai penggerak perekonomian di daerah.
Mantan menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) itu juga mengingatkan, sesuai program prioritas Making Indonesia 4.0, pemerintah dikabarkan fokus mengakselerasi sektor manufaktur melakukan transformasi ke arah digitalisasi.
Menurutnya, upaya strategis ini bisa meningkatkan produktivitas secara lebih efisien sehingga mampu mendongkrak daya saing. Karena itu, kata Marwan, Kementerian Perindustrian harus proaktif mengajak kalangan pelaku IKM melek atau mengakrabi dunia digital, bukan hanya buat industri skala besar saja.
Ia mencontohkan, program seperti workshop e-Smart IKM yang diluncurkan sejak 2017 hingga 2019 serta diikuti sebanyak 10.038 peserta dengan total transaksi penjualan yang dihasilkan sebesar Rp 3,27 miliar, wajib dilanjutkan secara lebih massif dan merata di seluruh Indonesia.
Dia menambahkan, optimalisasi industri 4.0, harus bisa mengoptimalkan potensi penambahan pertumbuhan ekonomi sekitar 1-2 persen, peningkatan kontribusi industri terhadap PDB hingga 25 persen, peningkatan net export sebesar 10 persen, dan menciptakan sebanyak 17 juta lapangan kerja baru.
"Yang jelas, komitmen Kementerian Perindustrian yang memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur mencapai angka 5,3 persen pada 2020, akan selalu kami tagih dan kawal terus," kata mantan Ketua Fraksi PKB itu.
Data di Kementerian Perindustrian menyebutkan, pertumbuhan industri non-migas sampai triwulan III 2019 mencapai 5 persen. Sedangkan industri dengan nilai pertumbuhan terbesar hingga menjelang akhir 2019 lalu adalah industri tekstil dan pakaian jadi yang mencapai 15,08 persen, kemudian diikuti oleh industri pengolahan lain seperti jasa reparasi, pemasangan mesin dan peralatan sebesar 10,33 persen. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy