Mas Ages, Sosok di Balik Rekor Dunia Konser Memainkan Lagu Indonesia Raya Orkestra

Senin, 06 Mei 2019 – 20:50 WIB
Konser Indonesia Raya dan Memainkan Lagu Indonesia Raya Dengan Orkestra di Taman oleh Pemain Terbanyak yang sukses memecahkan Rekor MURI dan Rekor Dunia serta resmi dibuka oleh Menpora Imam Nahrawi. Foto : Humas Kemenpora

jpnn.com, JAKARTA - Keberhasilan Konser Indonesia Raya dan Memainkan Lagu Indonesia Raya Dengan Orkestra di Taman oleh Pemain Terbanyak yang sukses memecahkan Rekor MURI dan Rekor Dunia tak lepas dari seorang tokoh.

Dia adalah Agustinus Esti Sugeng Dwiharso atau yang akrab di panggil Mas Ages sebagai punggawa TSC (Taman Suropati Chamber). 

BACA JUGA: Menpora Bangga Pemuda Kreatif Raih Rekor Muri

Pagi itu Mas Ages yang berperawakan tinggi, besar, berjenggot, berkumis tebal, memakai kaus, celana jins dan topi ala baret warna merah ini telah sibuk mempersiapkan anak didiknya yang berasal dari beberapa sekolah dan komunitas musik.

Jumlahnya sebanyak 326 orang peserta. Persiapan acara yang diresmi Menpora Imam Nahrawi itu telah disiapkan beberapa minggu sebelumnya dapat sukses dan lancar. 

BACA JUGA: Menpora Dukung Kegiatan Positif Surabaya Community

TSC merupakan komunitas yang juga mendapatkan Rekor MURI pada 2010 sebagai The First Music Community in the Park.

"Begini, sebenarnya ini adalah suatu niat dari berbagai macam keinginan yang dasarnya di Taman Suropati, di sini kita memberikan pembelajaran bermain biola kemudian dari sekian angkatan yang terlibat disini kemudian mereka sudah bisa membagikan ilmunya di sekolah-sekolah," tutur Mas Ages.

BACA JUGA: Menpora Tanda Tangani MoU dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk Perlindungan Pegawai dan Atlet

Lelaki kelahiran Kulonprogo, 7 Mei 1970 tersebut mengatakan para peserta ini kaitanya erat dengan Taman Suropati karena instruktur mereka adalah orang-orang yang memulai kariernya di sini.

Dia juga mengakui telah belajar di Taman Suropati sejak 12 tahun lalu. "Instruktur mereka tidak harus latihan di tempat ber-AC diruang yang tertutup tetapi mereka latihan di atas rerumputan, di kebun tetapi kemudian mereka mampu mentransfer ilmunya kepada para murid-muridnya di berbagai tempat," tegas pria yang pada 2006 lalu diundang ke Den Haag, Belanda untuk menjadi tutor menyosialisasikan musik Keroncong.

Di taman ini sambungnya, ada kelas bibit, kelas akar, kelas dahan dan kelas ranting, filosofinya adalah menyemai sesuatu dengan telaten dan rutin dari bibit hingga menjadi tumbuh dan berkembang.

"Kami adalah Komunitas Musik Taman Pertama di Indonesia bahkan di dunia dan kami gunakan sebaik-baiknya untuk memberikan pendidikan kepada generasi muda yang tanggap, mau dan semangat menjalankan kreatiffitas tanpa pamrih dan memiliki orientasi kepada tujuan," katanya.

Yang membuatnya bangga hingga hari ini adalah arrangement musik yang disajikan untuk acara Pemecahan Rekor MURI adalah berasal dari salah satu siswa yang pernah belajar musik di Taman Suropati.

"Empat di antara mereka yang meng-arrangement acara ini telah menjadi sarjana musik atas bantuan anggota komunitas dan masyarakat yang peduli, jadi dari taman inipun telah tumbuh para pendekar yang akhirnya membawa anak-anak ini bersiap memecahkan Rekor MURI hari ini," tutur pria lulusan SPG Muntilan Van Lith ini.

"Semoga bagi anak-anak muda di Indonesia acara ini menjadi inspirasi untuk selalu punya ide, kreatifitas dimanapun, kapanpun, kalian jangan pernah menunda ide-ide itu karena jika kalian menunda sehari ide itu berarti sukses kalian juga tertunda satu hari, terima kasih Kemenpora, bapak-bapak, ibu-ibu semoga hari ini lancar," pesannya. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menpora Imam Nahrawi: Pencak Silat Membawa Kebahagiaan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler