jpnn.com, LONDON - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim memenuhi undangan pemerintah Inggris untuk menghadiri Education World Forum (EWF) yang berlangsung pada 7–10 Mei 2023.
Mas Nadiem, sapaan mendikbudristek menjadi salah satu pembicara pada Sesi Panel 1 bersama Direktur Global Pendidikan Bank Dunia Jaime Saavedra, Menteri Pendidikan dan Pemuda Jamaika Fayval Williams dan Direktur Assessment and Qualification Alliance (AQA) Colin Hughes
BACA JUGA: Kantor Nadiem Makarim Dikepung Alumni Peduli Trisakti, Ada Apa?
Di hadapan para menteri dan delegasi dari 180 negara, Menteri Nadiem memaparkan visi misi, praktik baik, serta capaian dari Merdeka Belajar sebagai kebijakan transformatif di bidang pendidikan yang diluncurkan oleh Kemendikbudristek.
Berawal dari kesadaran akan situasi pembelajaran yang masih butuh banyak peningkatan, kemudian diperparah oleh pandemi Covid-19, Kemendikbudristek menghadirkan Merdeka Belajar dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan dan menjadikan proses belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan bagi pelajar di Indonesia.
BACA JUGA: E-Formasi CPNS & PPPK 2023 Ditutup, Honorer K2 Teknis Protes, Lantas Memuji Nadiem MakarimÂ
“Untuk melahirkan pembelajar sepanjang hayat, perlu menghadirkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak,” terang Menteri Nadiem.
Lebih lanjut, Mendikbudristek menjelaskan tiga terobosan besar yang digerakkan melalui Merdeka Belajar. Pertama, mengganti ujian berbasis mata pelajaran dengan Asesmen Nasional (AN) yang lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan literasi dan numerasi serta kemampuan berpikir kritis peserta didik.
BACA JUGA: Usulan Formasi PPPK Guru 2023 Minim, Honorer Jangan Menangis, Mas Nadiem Punya 3 Jurus
Di samping itu, AN juga menggarisbawahi komitmen satuan pendidikan untuk menjadi lingkungan belajar yang bebas dari perundungan, intoleransi, dan kekerasan seksual.
Terobosan yang kedua adalah menghadirkan Kurikulum Merdeka yang dapat diimplementasikan oleh satuan pendidikan secara sukarela. Jika sebelumnya diperlukan lima sampai tujuh tahun untuk menerapkan kurikulum baru, kali ini dengan cara yang berbeda, yakni menawarkannya kepada sekolah untuk diterapkan sesuai kebutuhan dan secara sukarela.
"Dalam satu setengah tahun saja, delapan puluh persen dari total keseluruhan satuan pendidikan di Indonesia mendaftarkan diri untuk menerapkan Kurikulum Merdeka,” jelas Menteri Nadiem.
Kurikulum Merdeka mengurangi konten pembelajaran sebanyak 30–40% guna menekankan pada pembelajaran yang mendalam, mengalokasikan 20% untuk pembelajaran berbasis projek, serta memberikan keleluasaan bagi guru mengatur kecepatan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Transformasi ketiga berkenaan dengan jenjang perguruan tinggi melalui perubahan pada mekanisme penerimaan mahasiswa baru. Perubahan dari tes berbasis mata pelajaran menjadi tes bakat telah mengubah pembelajaran di jenjang menengah menjadi lebih holistik.
“Kami menghapus tes berbasis mata pelajaran untuk penerimaan mahasiswa dan mengaitkannya dengan pembelajaran di jenjang sekolah,” terang Nadiem, menekankan pada transformasi sistem pendidikan yang holistik.
Pada perhelatan Education World Forum yang berlangsung di Queen Elizabeth II Centre, London, Menteri Nadiem juga menjelaskan tentang transformasi Merdeka Belajar yang berfokus pada peningkatan kompetensi guru.
Transformasi dilakukan untuk pendidikan pra-guru menjadi lebih berfokus pada kemampuan yang relevan dengan praktik, tidak hanya terbatas pada teori. Sementara, program Guru Penggerak yang bertujuan melahirkan generasi baru kepala sekolah dan pengawas tidak semata berfokus pada kompetensi.
“Para Guru Penggerak adalah para guru yang mampu dan berani mengambil risiko, melakukan inovasi, dan memahami filosofi mendasar dari pendidikan,” ujar Menteri Nadiem.
Selanjutnya, Menteri Nadiem menekankan komitmen Kemendikbudristek untuk meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi peserta didik melalui intervensi yang spesifik dan tepat sasaran.
Hal tersebut diwujudkan melalui program Kampus Mengajar yang telah mengirimkan lebih dari 90 ribu mahasiswa untuk menjadi rekan guru dalam meningkatkan kemampuan fondasi peserta didik di jenjang SD dan SMP.
Intervensi kedua dilakukan dengan mengirimkan 15 juta eksemplar buku bacaan ke PAUD dan SD dengan nilai literasi rendah berdasarkan hasil AN.
“Sungguh suatu kebahagiaan melihat sekolah-sekolah di daerah 3T saat ini sudah memiliki perpustakaan dan murid-muridnya bersemangat untuk membaca,” jelas Mendikbudristek.
Pada kesempatan yang sama, Nadiem Makarim juga menjelaskan pemanfaatan teknologi digital untuk mengakselerasi transformasi sistem pendidikan.
Platform-platform yang dirancang Kemendikbudristek, antara lain meliputi Rapor Pendidikan, SIPLah, dan Merdeka Mengajar, dihadirkan untuk mendorong perubahan yang masif melalui peningkatan kualitas pengelolaan satuan pendidikan.
Mengakhiri paparannya, Mendikbudristek membagikan tiga poin pembelajaran yang diperoleh dari implementasi Merdeka Belajar selama tiga tahun terakhir.
Pertama adalah transformasi yang holistik harus melibatkan intervensi pada semua aspek dalam sistem pendidikan dan penyelarasan pembelajaran dari jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.
Kedua, transformasi harus melibatkan partisipasi masyarakat dan memberdayakan para pemangku kepentingan di sektor pendidikan, karena kunci dari keberlanjutan perubahan adalah gerakan yang diupayakan bersama.
Ketiga, pemanfaatan teknologi digital dalam transformasi harus bertujuan untuk mendukung dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Mesyia Muhammad