Masdalina Pane Memperingatkan Masyarakat, Varian Afrika Lebih Ganas

Kamis, 17 Juni 2021 – 11:36 WIB
Masyarakat mengikuti vaksinasi Covid-19. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kepala bidang pengembangan profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menyampaikan imbauan penting untuk seluruh masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Masdalina mengimbau agar masyarakat menghentikan sementara aktivitas yang tidak perlu guna menekan lonjakan kasus virus Corona di tanah air.

BACA JUGA: Kaukus Masyarakat Tasikmalaya Menyoroti Tuntutan Pembebasan Habib Rizieq

Dia menjelaskan lonjakan pasien yang terpapar Covid-19 dalam sepuluh hari terakhir ini memiliki tingkat mutasi relatif lebih tinggi dari varian yang heboh pada 2020.

"Dalam situasi ini, sebaiknya tidak boleh ada mobilitas lanjutan, terlebih di bulan depan umat Islam akan merayakan lebaran Iduladha. Sebaiknya dilakukan pengetatan kembali untuk mencegah lonjakan lebih besar," kata Masdalina dalam siaran persnya, Kamis (17/6).

BACA JUGA: Ini Lho Alexway yang Mengaku Berdinas di Mabes Polri, Aslinya, Oalah

Dia mengatakan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang berkembang saat ini merupakan varian Delta 1617.2 yang berasal dari India.

Jenis ini, kata dia, memiliki mutasi atau penyebaran yang lebih cepat walaupun virulensi atau keganasannya relatif lebih rendah.

BACA JUGA: AH Melakukan Hal Tak Terpuji Jam 4 Pagi, Korbannya Seorang Ibu, Sontoloyo

Perempuan yang akrab disapa dengan panggilan Masda itu menegaskan bahwa varian inilah yang mendorong hampir empat provinsi di pulau Jawa kini menjadi zona merah kembali.

Sementara itu, untuk wilayah Bali, tidak terjadi lonjakan, tetapi berdasarkan temuan terakhir pada orang meninggal akibat Covid-19, ternyata diakibatkan varian B.1.351 asal Afrika Selatan.

"Bedanya yang varian dari Afrika Selatan itu virulensi atau keganasannya tinggi, namun tidak menyebar cepat. Jadi, sekali orang terkena varian Afrika, dalam waktu tiga hari bisa langsung meninggal," tegas Masda.

Dalam pengamatan Masda, banyak daerah di pulau Jawa kini menjadi episentrum, seperti di Kudus, Bandung, dan Jakarta. Meskipun tidak semua daerah dalam satu provinsi yang menunjukkan gejala.

Namun, lanjut Masda, data Satgas Covid-19 menunjukkan bahwa secara agregat, tampak DKI Jakarta yang mengalami kenaikan hingga mencapai 400 persen, Depok 305 persen, Bekasi 500 persen, Jawa Tengah 898 persen, dan Jawa Barat 104 persen.

Masda juga menyampaikan bahwa lonjakan Covid-19 bukan merupakan dampak dari mudik lebaran. Tetapi, kenaikan kasus justru terjadi karena kegagalan cegah-tangkal yang berakibat masuknya varian India dan Afrika ke Indonesia.

BACA JUGA: Pesta Pernikahan di Bekasi Didatangi Tim Gabungan, Lihat yang Terjadi

"Lonjakan ini harus disebut kebobolan karena banyak orang masuk ke Indonesia dari luar negeri dengan ketentuan karantina hanya lima hari. Padahal, seharusnya 14 hari berdasarkan ketentuan masa optimum inkubasi dan ini menjadi standar organisasi kesehatan dunia (WHO)," tuturnya.

Masda menyebut lonjakan yang terjadi menunjukkan penularan lokal. Artinya, orang yang terkena Covid-19 ini sebagian besar tidak melakukan perjalanan ke luar negeri, tetapi terdampak varian baru.

"Ini menandakan sudah ada penularan lokal, jadi 'new emerging desease' di Indonesia," ucap Masda. (antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler