jpnn.com, JAKARTA - Praktisi keamanan siber Pratama Persadha mengingatkan publik akan risiko menyimpan video intim di smartphone. Menurutnya, jika data pribadi itu bocor dan menyebar, berarti akan sulit menghapusnya.
"Ketika video maupun foto intim yang disimpan di smartphone tersebar di banyak platform media sosial maupun aplikasi pesan singkat, konten tersebut akan sangat sulit untuk dihapus," ujar Pratama, Selasa (29/12).
BACA JUGA: 3 Pengakuan Gisel soal Video Syur 19 Detik, Simak yang Terakhir
Seperti diketahui, pada November lalu beredar video syur yang diduga mirip selebritas. Polisi telah menjerat para tersangka dalam kasus itu, termasuk para pihak yang menyebarkannya.
Menurut Pratama, kasus-kasus siber yang menonjol pada 2020 ialah peretasan dan pencurian data. Situs DPR RI, platform marketplace dan portal media daring pun tak luput dari sasaran peretasan.
BACA JUGA: Keamanan Siber 2021 Jadi Faktor Penting Penarik Investor
Pada April 2020, akun WhatsApp milik pemerhati kebijakan publik Ravio Patra diretas. Adapun pada Mei 2020, publik tanah air dihebohkan oleh bocornya 91 juta data pengguna Tokopedia.
Oleh karena itu Pratama mendukung rencana pemerintah membentuk polisi siber pada 2021. Bila polisi siber bisa menjalankan tugas sesuai yang dibutuhkan masyarakat, katanya, hal itu akan sangat baik.
BACA JUGA: Ingat 105 WN Tiongkok Penjahat Siber di Bali? Jadinya Begini
Chairman Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) itu mengharapkan fokus kerja polisi siber tidak hanya menangkal hoaks, tetapi juga mengusut kasus pencurian akun di media sosial dan penipuan daring.
"Karena pada praktiknya setiap ada penipuan online, masyarakat hanya bisa melapor dan sulit untuk menemukan pelaku serta mengembalikan dananya," terang Pratama.(boy/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Boy