Masih Sempat Baca Esai Sebelum Budayawan Ini Tutup Usia

Senin, 27 Oktober 2014 – 20:43 WIB
Masih Sempat Baca Esai Sebelum Budayawan, Asdar Muis RMS Tutup Usia. Fajar Online/JPNN.com

jpnn.com - MAKASSAR - Sebelum mengembuskan napas terakhir, ‎menjelang dini hari, Minggu (26/10) Asdar Muis RMS, masih sempat tampil di Benteng Rotterdam dalam event Sastra Kepulauan.

Sebelum tampil lewat jam 23.00, Asdar telah berada di Benteng Rotterdam yang juga dikenal sebagai Benteng Pannyua itu, sejak pukul 18.30. Ia mengambil posisi duduk tepat di‎ depan panggung. Dengan sabar ia menunggu dimulainya acara.

BACA JUGA: Besok, Politikus Partai Demokrat Digarap Kejari Makassar

‎Waktu pun tiba. Ia lalu tampil menjelang jam 00.00 atau jelang pergantian Hari Minggu ke Senin. Ia membaca esai tentang Pulau Kodingareng dan permasalahan masyarakat di sana. Penampilannya usai sekitar 15 menit sebelum jam 00.00. Setelah Asdar, dilanjutkan pembacaan puisi oleh Luna.

Tiba-tiba perasaannya tidak enak, ia linglung. Lalu rekan-rekan sesama seniman bersepakat membawanya ke rumah sakit. Saat itu, Asdar ‎sempat dipijat-pijat oleh rekan-rekannya, namun perasaannya semakin tak enak.

BACA JUGA: Dikabulkan MA, Tukang Gigi Bisa Praktik Lagi

“Sampai di Rumah Sakit Pelamonia, dia tak ingin dipapah, masih jalan kaki sendiri ke UGD,” kenang Yusdhistira, rekan seniman Asdar yang menemaninya pada detik-detik terakhir jelang menghembuskan napas terakhir.

Saat hendak diinfus, petugas medis kesulitan mendapatkan nadi Asdar. Ia memang disarankan untuk diinfus.

BACA JUGA: Berharap Menteri Pariwisata tak Bali-Sentris

“Nadinya sempat sulit ditemukan,” katanya.

Namun saat anak lelaki Asdar, Aso, datang, ‎ia lantas memeluknya erat. Kondisi Asdar kian menurun. Aso lalu meminta agar dipasang alat pacu jantung untuk ayahnya.

“Namun beberapa saat setelah itu, Allah mengambilnya. Ia tak tertolong,” lirih Yudhistira.

Aso sendiri sempat menemani ayahnya di Benteng Rotterdam yang dulu bernama Benteng Ujungpandang itu. Namun sebelum pentas usai, ia lebih memilih pulang lebih dahulu karena perutnya mulas.

“Saya tidak pernah menyangka, bapak akan pergi. Kupikir baik-baik saja,” ujar Aso.

Jenazah Asdar disemayamkan di rumah duka di Jalan Ujungpandang Baru, Kota Makassar. Usai Zuhur, almarhum dimakamkan di Kabupaten Pangkep, Senin (27/10) kampung kelahirannya. Asdar meninggal dalam usia 51 tahun.

Turut mengiringi jenazah kampung halamannya, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, beserta jajarannya, serta‎ Bupati Pangkep, Syamsuddin A Hamid.

“Dimakamkan di kampung halamannya, kampung neneknya,” ujar Syahban Sammana, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pangkep.

Asdar dimakamkan di Kampung Salobbo, Kelurahan Sapanang, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep). (zuk/wik/awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Kambing Lahir Berkaki Tiga


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler