Petani di Agam, Sumatera Barat, kini punya bank khususMereka bisa meminjam modal untuk pengembangan usaha
BACA JUGA: Empu Sungkowo, Satu-satunya Empu Keris Jogjakarta
Founder-nya, Masril Koto, merupakan petani sederhana yang bahkan tak lulus SD.============
IGNA ARDIANI
============
SAAT diundang tampil dalam acara Kick Andy, 3 November, penampilan Masril Koto paling sederhana dibanding tamu-tamu Andy yang lain
BACA JUGA: Mengunjungi Naypyitaw, Ibu Kota Myanmar yang Misterius
Alas kakinya sepasang sandal hitam.Masril berperawakan kecil, berkulit sawo matang, berkumis lebat, bertampang lucu, dan murah senyum. Gara-gara wajah dan senyum itu, penonton acara taping Kick Andy di studio Metro TV dibuat ger-geran
BACA JUGA: Ironi Kehidupan Meno-Meno Pendulang Emas Liar di Timika, Papua
Si host pun kerap tak kuasa menahan tawa"Begini-begini, Anda ini banker ya?" ujar Andy FNoya, host Kick Andy.Di kampung halamannya, layaknya kebanyakan warga Agam, Sumatera Barat, Masril Koto menyandang profesi sebagai petani dan peternakNamun, sejak 2006, dia menyandang profesi tambahan, menjadi banker
Sejatinya bukan banker atau orang yang bekerja di bank-bankTapi, pria yang tak sampai menamatkan bangku sekolah dasar itu merupakan salah seorang bidan terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Prima Tani, sebuah lembaga keuangan tempat para petani bisa mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal usaha.
Namun, alih-alih Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Prima Tani, Masril lebih suka menyebut lembaga itu sebagai bank petaniLebih gampang"Kalau bilang Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Prima Tani, bisa bingung dia (petani, Red) tuh," katanya.
Banyaknya petani yang sulit mencari pinjaman modal menginspirasi Masril untuk membentuk lembaga keuangan para petani tersebutDibanding pihak lain, petani merupakan sosok yang sering kurang mendapat kepercayaan dari bank untuk mendapatkan suntikan danaMaklum, apa yang bisa diajukan petani sebagai agunan pinjaman"
Karena itu, ketika peralatan bersawah rusak, para petani biasanya akan sibuk mencari pinjaman ke sana-kemari dan belum tentu bisa mendapatkan uang dengan cepat"Itulah kesulitan riil yang dihadapi petani di lapangan," ungkap pria 36 tahun tersebut
Menurut dia, lembaga keuangan khusus petani perlu ada karena masalah petani lainnya seperti soal bibit atau pupuk akan bisa diselesaikan sendiri oleh petaniKegelisahan itu, tampaknya, mendapat banyak respons dari rekan sesama petani.
Pada 2002, Masril dan teman-temannya sesama petani mulai bergerilya membangun lembaga tersebutDalam bayangan Masril, mendirikan bank bakal tidak ribetTinggal cari orang yang mau memberikan pelatihan, merekrut anggota, jadilah bank
Masril bertugas mencari info pelatihan tersebutAyah satu anak itu rajin mengumpulkan brosur dari tiap bank"Saya masuki semua bankSetiap saya menanyakan informasi mengenai pelatihan membuat bank, yang saya tanyai hanya tertawa," ungkapnya.
Empat tahun kemudian, pada 2006, usaha itu membuahkan hasilMasril dan kawan-kawan kemudian bertemu Yayasan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas (AFTA)Yayasan AFTA adalah lembaga yang turun ke kenagarian (desa) di Sumatera Barat (Sumbar) untuk memberikan penyuluhan pertanian.
Yayasan AFTA memfasilitasi dengan memberikan pelatihan keuanganYang diajarkan adalah akuntansi sederhana seperti mencatat uang yang masuk dan keluarSeluruh anggota mendapat pelatihan itu, meski nanti yang menjadi petugas hanya beberapa orangSejak itu, LKMA resmi didirikan
Supaya seperti bank betulan, para anggota juga sepakat menerbitkan saham untuk modal pendirian lembaga keuangan tersebutPetani boleh membelinyaPara anggota langsung bergerak cepat melakukan sosialisasi sahamSatu lembar saham dihargai Rp 100 ribu"Jangan tanya, sangat banyak yang masih bingung soal sahamMasak kertas begini harganya seratus ribu," ujarnya.
Sosialisasi dilakukan dalam rapat kelompok tani, masjid, sampai lampo (warung kopi, Red) yang memang banyak bertebaran di wilayah Agam"Warung-warung kopi di daerah kami sering dijadikan tempat rapatOrang-orang di DPR baru mulai rapat, di lampo kami sudah selesai bahas," tegasnya.
Setahun berdiri, banyak yang mulai merasakan manfaat bank petani tersebutYang utama adalah kemudahan mengakses modalPetani yang membutuhkan dana bisa langsung meminjamTermasuk untuk kebutuhan lain seperti biaya sekolah anak, biaya pernikahan, hingga membeli kendaraan
Manfaat lain adalah mengatasi pengangguran anak-anak petani lulusan SMADi antara mereka banyak yang direkrut menjadi karyawan LKMARata-rata tiap LKMA memiliki lima karyawanDengan lebih dari 200 LKMA di Sumbar, cukup lumayan tenaga kerja yang tertampungBanyak juga karyawan yang bisa melanjutkan kuliah dengan meminjam uang dari LKMA dan membayar cicilan pinjaman dari gaji mereka.
Di sisi pendidikan, para petani serta anggota menjadi tahu cara mengelola lembaga keuangan karena semua diikutkan training saat awal pembentukanLKMA juga menjadi sarana penyebaran informasi terkait pertanian dengan cara mengorganisasi petani guna mengikuti training pertanian
Meski demikian, ada pula kendala yang harus dihadapi MasrilTerutama dalam membangun rasa percaya diri para petaniAwalnya, mereka merasa tidak mampu untuk membuat serta mengelola lembaga keuangan untuk diri sendiri"Perlu beberapa kali pertemuan untuk memotivasi mereka."
Selain itu, ketika lembaga telah terbentuk dan berjalan dengan baik, kerap terjadi gesekan antaranggotaAda yang ingin menjadi pengurus, pengelola, dan sebagainyaHal tersebut diatasi dengan pengaturan yang tegas soal pengurus, pengelola, serta badan pengawas"Pengurus adalah wakil pemilik saham, pengelola adalah anak-anak para petaniSementara itu, badan pengawas diambilkan dari tokoh masyarakat setempat," jelas Masril.
Sebagai nasabah, petani juga tak selamanya tertibAda saja yang berulah nakal seperti menunggak bayar kreditMengingatkan mereka, kata Masril, tak gampangSelalu ada saja alasan untuk berkelitTapi, dia tak kurang akalLayaknya bank resmi, yang berulah mendapat surat teguran"Suratnya diketik seperti surat-surat dari bankKarena harus hemat, surat teguran dibuat dari satu kertas folio dibagi empat," ujarnya.
Langkah itu ampuh" Ternyata tidak selaluBanyak yang masih membangkangBila sudah sampai tahap itu, Masril terpaksa menggunakan jurus andalanDia mencatat nama-nama nasabah bandel, lalu mengumumkannya melalui pengeras suara masjid"Biasanya, kalau sudah diumumkan di masjid, malu dia," tegasnya.
Dengan keberhasilan tersebut, ide itu diadopsi Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi program nasional dengan mencanangkan pembentukan 10 ribu lembaga keuangan pertanian di seluruh Indonesia"Saya yang bukan orang sekolahan diundang tim menteri pertanian untuk mendiskusikan hal itu di Jakarta dan Padang," ungkap Masril mengenang.
Melalui program pengembangan usaha agrobisnis pedesaan (PUAP), akhirnya Kementan mengucurkan bantuan pembentukan LKMA melalui gabungan kelompok tani (gapoktan) sebesar Rp 100 juta per unitDana tersebut diambilkan dari program PMPN Mandiri di bidang pertanian.
Masril saat ini sering tidak sempat mengurus kebun, sawah, dan ternaknyaDia disibukkan oleh tugas sebagai motivator pembentukan dan pengelolaan bank-bank petani di berbagai daerah di SumbarDi Sumbar, berdiri 208 unit LKMA yang sampai sekarang berjalan dengan baikDi luar itu, masih ada 50 unit LKMA yang didirikan dengan modal swadaya para petani"LKMA terkecil saat ini beraset Rp 200 juta, sedangkan yang terbesar mencapai Rp 2 miliar," kata Masril.
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Jawa Barat, Bengkulu, dan Bali bahkan mengundang Masril untuk berbagi cerita tentang pengelolaan LKMA"Banyak juga undangan langsung dari petani," ujarnya.
Bank Indonesia Sumbar juga mengundang Masril untuk memberikan training kepada karyawan lembaga keuangan mikro (LKM) tentang pendekatan baru dalam melayani nasabahDia merasa bangga idenya berjalan baik dan dapat membantu para petani
Tapi, di benaknya masih banyak ide lain yang ingin direalisasikanDi antaranya, membuat asuransi dan dana pensiun untuk para petaniMasril juga ingin membuat skim khusus pembiayaan untuk pertanian organik(*/c5/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Karutan Brimob Kelapa Dua Iwan Siswanto di Mata Tetangga
Redaktur : Tim Redaksi