Masuk Masa Panen, Amran Yakin Harga Beras Turun

Selasa, 20 Februari 2018 – 05:42 WIB
Panen padi di Nagori Huta Parik, Kabupaten Simalungun, Sumut. Foto: Humas Kementan for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah optimistis harga beras di pasaran akan segera mengalami penurunan harga. Pasalnya, masa panen padi di sejumlah daerah pada mulai pertengahan Februari ini.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, di bulan Februari ini, lahan pertanian yang akan mengalami panen mencapai 1,6 juta hektar. Dari jumlah tersebut, diprediksi akan menghasilkan sekitar sembilan juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

BACA JUGA: Indonesia Ekspor 57 Ribu Ton Jagung ke Filipina

Sembilan juta ton gabah sendiri, lanjutnya, bisa menghasilkan sekitar empat juta ton beras.

"Katakanlah delapan juta, sembilan juta (gabah). Bagi dua (dikonversi), empat juta (Beras)," ujarnya usai menemui Presiden Jokowi di Komplek Istana Negara, Jakarta, kemarin (19/2).

BACA JUGA: Pemerintah Bakal Tindak Tegas Industri Pengolahan Susu Nakal

Angka empat juta tersebut, sudah melampaui kebutuhan konsumsi beras di bulan Februari. Pasalnya, angka konsumsi dalam satu bulan hanya sekitar dua setengah juta ton. Sehingga terjadi surplus sekitar satu setengah juta ton di bulan ini.

Dengan situasi tersebut, Amran optimis, harga beras akan terus menurun. Apalagi, masa panen raya akan terus berlangsung pada beberapa bulan ke depan. Dan puncaknya pada Maret sampai April mendatang.

BACA JUGA: Kementan Dorong Luwu Utara Garap Pembibitan Sapi Potong

Saat ini sendiri, lanjutnya, harga beras sudah turun. Meskipun belum di semua daerah. Berdasarkan laporan yang masuk, ada sejumlah daerah yang harganya sudah dikisaran Rp. 10.000 per kilogram.

"Ini di Jawa Tengah, Surakarta. Ini turun 10 ribu. Di Kupang 10 ribu. Masa di Kupang 10 ribu, harusnya di sini lebih rendah lagikan," imbuhnya.

Harga tersebut jauh lebih rendah dari satu dua bulan lalu yang rata-rata ada di kisaran Rp. 12 ribu.

Meski demikian, Amran berjanji akan menjaga harga gabah petani sehingga tidak anjok. Salah satunya dengan membentuk tim Sergap (Percepatan serap gabah Petani) di daerah-daerah yang menjadi sentra produksi gebah.

Untuk diketahui, sebelumnya, pemerintah sudah memutuskan untuk melakukan impor beras sebanyak 500 ribu ton dari Thailand dan Vietnam. Dengan datangnya beras impor, stok diprediksi akan surplus dan berpotensi menurunkan harga.

Pada kunjungan ke Pulau Seram Pekan lalu, Presiden Jokowi menyebut impor tersebut untuk jaga-jaga stok. “Itu untuk cadangan Bulog, masuk ke gudang Bulog, masuk ke stok,” ujarnya. (far)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lingga Mampu Jadi Lumbung Padi dan Jagung di Perbatasan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler