Negara bagian New South Wales (NSW) dengan ibu kota Sydney sedang melewati "periode menakutkan" pertama kali sejak pandemi COVID.

Demikian pernyataan Premier Gladys Berejiklian, setelah 11 kasus baru tercatat pada Kamis (24/06).

BACA JUGA: Masuki Periode Menakutkan, Sydney Tetap Bertahan Tanpa Penguncian

Seluruh kasus, kecuali satu orang, sudah berhasil dilacak sumbernya.

Hingga saat ini 49 kasus lokal tercatat di NSW, setelah hasil tes COVID positif ditemukan dari seorang sopir limousine asal sebelah timur kota Sydney. 

BACA JUGA: Ingat, Tidak Semua Penderita Covid-19 Harus Dirawat di Rumah Sakit

Sementara klaster yang menyebar dari kawasan pantai Bondi telah mencapai 36 kasus.

Tapi hingga saat ini Pemerintah NSW masih yakin jika pembatasan aturan tidak perlu diubah.

BACA JUGA: Lebih dari 50 Ribu Warga di Jakarta Saat Ini Terpapar Covid-19

"Sejak pandemi dimulai, ini menjadi periode paling menakutkan yang sedang dihadapi NSW," kata Premier Gladys.

"Ini varian yang sangat menular, tapi di saat bersamaan kita masih berada di tahap pengaturan yang tepat, selama semua orang melakukan hal yang benar."

Negara bagian lain mulai memberlakukan aturan ketat dengan NSW, termasuk menutup perbatasan atau memberlakukan karantina wajib bagi warga Sydney yang datang ke negara bagian mereka.

Victoria dengan ibu kota Melbourne, misalnya, telah menyatakan Sydney sebagai zona merah.

Satu orang berusia 60 tahunan yang kembali ke Melbourne dari Sydney telah diketahui positif COVID dari tes,

Kini mereka yang berpergian dari kawasan metropolitan Sydney harus menjalankan karantina. Kenapa Sydney belum 'lockdown' seperti Melbourne?

'Lockdown'.

Satu hal yang selalu dihindari pemimpin negara bagian New South Wales selama satu tahun terakhir.

Berbeda dengan Melbourne, yang langsung memberlakukannya dan sudah empat kali terjadi sepanjang pandemi.

Pemerintah NSW lebih memilih memperketat aturan pembatasan sosial baru.

Termasuk warga yang tinggal di tujuh daerah di Sydney dilarang untuk meninggalkan daerah mereka jika tidak ada keperluan yang tidak mendesak.

Satu-satunya daerah yang hitungannya pernah ditutup di Sydney adalah Kawasan Pantai Utara, yang sempat menjadi klaster COVID-19 besar saat liburan Natal tahun lalu.

"Sudah berkali-kali disampaikan bahwa kami tidak akan membebani warga kecuali kalau dibutuhkan sekali," ujar Premier Gladys, kemarin (23/06).

"Saya tidak akan mengambil langkah pengetatan. Saya tidak akan membuat keputusan berdasarkan sesuatu yang terjadi lebih dari seminggu." Tiga indikator sebelum berlakukan 'lockdown'

Dr Abrar Chughtai, seorang epidemiolog dan pakar penyakit menular di University of New South Wales, mengatakan ada tiga indikator yang akan dilihat pembuat kebijakan sebelum memberlakukan 'lockdown'.

Indikator tersebut antara lain: Seberapa banyak warga telah divaksinasi Jenis kasus yang diidentifikasi Varian virus

Dr Abrar pernah mengatakan jika sebagian besar populasi Australia sudah divaksinasi, pemerintah tidak harus memilih untuk 'lockdown'.

Namun, hanya 20 persen dari total populasi NSW yang sudah menerima paling tidak dosis pertama COVID-19.

"Biasanya kami mengandalkan vaksinasi, namun sekarang populasi warga Australia yang sudah divaksinasi dua dosis baru 10 persen, sehingga kita harus mengandalkan langkah lain seperti 'lockdown', jaga jarak, dan pemakaian masker," katanya.

Langkah lain yang bisa dilakukan adalah meneliti jenis kasus yang tengah menyebar dari sopir kru penerbangan internasional yang terinfeksi COVID-19 varian Delta.

"Misalnya jika semua kasus adalah kontak erat dan kita mampu mendeteksi semua kontak erat dari kasus tersebut, mungkin tidak perlu 'lockdown'," kata Dr Abrar.

Tapi penjelasan berikut mungkin jadi alasan mengapa Pemerintah NSW tidak berlakukan 'lockdown'.

"[Hari Senin lalu (20/06)], Premier Gladys mengumumkan semua kasus diketahui asalnya dan inilah mengapa mereka memutuskan untuk tidak lockdown."

"Tapi kemarin empat kasus misteri muncul dan inilah mengapa mereka harus memikirkan tindakan tersebut."

Apalagi, varian yang dipertanyakan adalah yang "berbahaya", kata Dr Abrar.

"Seperti yang kita ketahui, varian Delta sangat, sangat, sangat berbahaya, jadi kalau misalnya jumlah kasus penularannya tinggi, 'lockdown' ketat sangatlah diperlukan," katanya.

Kini sudah tercatat lebih dari 100 lokasi penyebaran COVID-19 di Sydney, termasuk dua penerbangan ke dan dari Selandia Baru, serta penularan di sebuah kafe dan toko serba ada.

"Saya bisa membayangkan tim pelacakan kontaknya bagaikan dalam mimpi buruk saat ini," kata Dr Abrar.

Aturan pemakaian masker, menurutnya, dapat mencegah agar tidak harus melakukan 'lockdown' cepat, seperti yang pernah dilakukan Victoria ketika menutup diri selama lima hari.

Peran masker menjadi hal terpenting untuk mencegah penularan varian Delta.

"Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bila sebagian besar populasi memakai masker, tidak perlu ada 'lockdown' cepat," katanya.

"Sebelumnya, kita memikirkan 'lockdown' penuh di NSW namun sekarang 'lockdown' nya tidak seketat itu, karena warga NSW rajin memakai masker [dan] kelihatannya sangat taat terhadap aturan."

Dr Abrar percaya NSW bisa mengendalikan penularan virus corona.

"Pengetahuan kita tentang pandemi semakin bertambah, sama halnya dengan kebijakan berdasarkan bukti, jadi menurut saya mungkin kita masih belajar," kata Dr Abrar.

"Namun sulit sekali membuat keputusan tentang aturan, harus diakui itu."

Sementara itu, Nicholas Talley, profesor ilmu epidemiologi dan pemimpin redaksi Jurnal Medis Australia, berpendapat lain.

"Saya khawatir aturan pembatasan ini tidak cukup, ini adalah varian Delta, ancaman terburuk yang ada, dan aturan yang ketat secepatnya akan memberikan perlindungan terbaik bagi komunitas," katanya.

Kristine McCartney, direktur Pusat Penelitian Imunisasi dan Pengawasan Nasional, mengatakan varian Delta 100 persen lebih cepat menular dibanding strain sebelumnya.

Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

BACA ARTIKEL LAINNYA... Vaksin Booster

Berita Terkait