Masyarakat Diimbau Sadar Bahaya Campak dan Rubella

Senin, 20 Agustus 2018 – 14:13 WIB
Seorang anak yang sedang disuntik imunisasi campak dan rubella (Ilustrasi). Foto IST

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan terus berupaya mengkampanyekan pencegahan preventif penyakit campak dan rubella, serta memberikan penyuluhan terkait bahaya dua penyakit, yang menyerang anak-anak.

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan, campak dan rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran napas yang disebabkan oleh virus campak dan fubella.

BACA JUGA: Imunisasi MR Fase II Baru Sekitar 23 Persen

Campak dan rubella sangat menular. Anak dan orang dewasa yang belum pernah mendapat Imunisasi tersebut, atau belum pernah mengalami penyakit campak dan rubella memiliki risiko tinggi tertular penyakit ini.

Gejala penyakit campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk, pilek dan mata merah (konjungtivitis), sedangkan gejala penyakit rubella tidak spesifik, bahkan bisa tanpa gejala.

BACA JUGA: Heran, Program Imuniasi MR tanpa Koordinasi dengan MUI

Gejala umum berupa demam ringan, pusing, pilek, mata merah dan nyeri persendian, mirip gejala flu.

Campak dapat menyebabkan komplikasi yang serius, seperti diare, radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis), kebutaan, gizi buruk dan bahkan kematian. Data menunjukkan, pada tahun 2000, lebih dari 12 juta anak di dunia meninggal karena komplikasi penyakit campak.

BACA JUGA: Ketua DPR Harapkan Masyarakat Tak Menolak Imunisasi MR

Sedangkan rubella biasanya berupa penyakit ringan pada anak, bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan.

Kecacatan tersebut dikenal sebagai sindroma rubella kongenital yang meliputi kelainan pada jantung, kerusakan jaringan otak, katarak, ketulian dan keterlambatan perkembangan.

Di Indonesia, rubella merupakah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun terakhir menunjukkan 70 persen kasus rubella terjadi pada kelompok usia kurang dari 15 tahun.

“Penyakit campak dan rubella tidak dapat diobati. Pengobatan yang diberikan kepada penderita hanya bersifat supportif. Tetapi kedua penyakit ini bisa dicegah dengan imunisasi. Pemerintah telah memberikan imunisasi campak sebagai salah satu program imunisasi nasional,” ujar Nila di Jakarta, Senin (20/8).

Nila menegaskan pemerintah telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian Rprubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada 2020. Salah satu program yang saat ini tengah dijalankan pemerintah adalah upaya pencegahan dengan imunisasi.

“Imunisasi dengan vaksin MR adalah pencegahan terbaik untuk penyakit campak dan rubella. Satu vaksin mencegah dua penyakit sekaligus,” tegas Nila.

Vaksin yang digunakan pemerintah menurutnya telah mendapat rekomendasi dari WHO dan izin edar dari Badan POM. Vaksin MR 95 persen efektif untuk mencegah penyakit Campak dan Rubella. Vaksin ini aman dan telah digunakan di lebih dari 141 negara di dunia.

Pemerintah saat ini tengah menjalankan program kampanye imunisasi Measles Rubella (MR) di 28 Provinsi di luar Pulau Jawa. Nila menegaskan, pemerintah berkomitmen kuat dalam mewujudkan eliminasi campak dan mengendalikan penyakit rubella serta kecacatan bawaan akibat rubella (Congenital Rubella Syndrome) di Indonesia pada 2020. Strategi yang ditempuh adalah pemberian imunisasi MR untuk anak 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun.

“Hidup sehat adalah hak setiap anak. Kami meminta agar setiap anak mendapatkan imunisasi MR. Imunisasi MR diberikan untuk melindungi anak Indonesia dari penyakit kelainan bawaan seperti gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, kelainan jantung dan retardasi mental yang disebabkan adanya infeksi rubella pada saat kehamilan. Kita ingin mewujudkan anak Indonesia yang sehat dan berkualitas di kemudian hari,” ucap Nila.

Pemberian imunisasi MR telah dilaksanakan terbagi dalam dua fase, yakni pada Agustus hingga September 2017 di seluruh wilayah di Pulau Jawa, dan pada Agustus hingga September 2018 di seluruh provinsi di luar Pulau Jawa.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Simak nih, Penjelasan Bu Dokter Silvia seputar Rubella


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler