Simak nih, Penjelasan Bu Dokter Silvia seputar Rubella

Kamis, 09 Agustus 2018 – 07:27 WIB
Ibu hamil alias bumil. Foto: Alamy

jpnn.com, BALIKPAPAN - Imunisasi MR (measles dan rubella) belakangan menjadi polemik. Lalu apa sesungguhnya rubella dan bagaimana cara penularannya? Berikut penjelasan dari Dokter Spesialis Anak Siloam Hospital Balikpapan, Silvia Meiliana, kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group).

Apa yang dimaksud dengan rubella?

BACA JUGA: Mending Ditunda Saja sampai Ada Fatwa Halal dari MUI

Termasuk penyakit infeksi yang disebabkan virus bernama rubella. Kalau perihal penyakitnya, tidak terlalu berat. Bahkan penyakit ini bisa sembuh sendiri dalam beberapa hari kemudian. Paling pasien hanya mendapat obat penurun demam karena biasanya muncul demam ringan. Namun, penyakit ini akan menimbulkan efek yang berbahaya jika menularkan ke ibu hamil. Apalagi saat ini belum ada obatnya untuk rubella.

Bagaimana dengan potensi penularan?

BACA JUGA: Kemenkes Tetap Kampanye Imunisasi MR Fase 2

Sangat berpotensi untuk menular. Cara penularan lewat percikan ludah yang dibawa oleh udara. Lalu dari ibu hamil ke janinnya lewat plasenta. Kalau di sebuah rumah ada anak terjangkit rubella dan ada seorang ibu hamil muda trimester pertama atau di bawah 20 minggu, jadi sangat berbahaya. Ibu hamil ini juga tidak menimbulkan gejala dan sakit yang parah, tapi efek kepada janin yang berbahaya. Nantinya anak yang dilahirkan bisa cacat atau janin keguguran.

Apa saja gejala yang muncul setelah terserang rubella?

BACA JUGA: MUI Pusat: Vaksin MR Masih Syubhat

Jika menyerang anak, biasanya timbul demam selama 3–4 hari. Kemudian muncul ruam pada wajah dan tubuh seperti orang menderita kerumut. Gejala lain adalah pembesaran kelenjar di daerah belakang telinga. Namun, tidak semua orang merasakan gejala rubella. Gejalanya terhitung lebih ringan dari campak, bahkan kadang tidak muncul gejala. Namun, dampak sesudahnya nanti bisa lebih besar.

Selain itu, sulit mendiagnosis rubella karena gejala tidak terlihat dan masyarakat tidak begitu paham. Dalam menentukan diagnosis rubella, dokter juga perlu melakukan pemeriksaan panjang dan biaya yang besar. Sementara penderita tidak merasakan saat virus menyerang, jadi sulit disadari oleh penderita. Namun, baru diketahui bertahun-tahun berikutnya, setelah efek dari rubella itu muncul.

Risiko bagi yang terserang rubella?

Terutama bagi ibu hamil, ada banyak risiko yang bisa menyerang janin dalam kandungan. Mulai anak yang lahir cacat hingga keguguran. Cacatnya beragam, misalnya kebutaan karena ada katarak. Kemudian, tuli karena gangguan saraf pendengaran dan mengalami kelainan jantung. Hingga kerusakan saraf yang membuat anak keterbelakangan mental. Terkadang efek ini muncul secara bersamaan.

Bagaimana penanganan penderita rubella?

Soal pengobatan saat terserang rubella tidak begitu rumit, bahkan penderita bisa sembuh sendiri. Apabila pasien mengalami demam cukup memberikan obat penurun demam. Masalahnya penanganan yang rumit saat efek serangan rubella muncul. Butuh biaya besar untuk mengobati kecacatan itu. Misalnya untuk katarak saja butuh biaya Rp 30–40 juta. Kemudian biaya operasi jantung dan operasi telinga untuk saraf pendengaran bisa mencapai Rp 300 juta. Tapi kalau sudah efeknya keterbelakangan mental, maka tidak ada obatnya.

Bagaimana pentingnya imunisasi MR?

Rubella ini sebenarnya bukan kasus baru. Dulu ada vaksin, tapi sempat hilang vaksin berapa tahun yang membuat jumlah kasus rubella mulai meningkat. Terutama kasus sindrom rubella kongenital, yaitu bayi yang terlahir cacat karena efek ibu hamil terkena rubella. Satu-satunya cara mencegah serangan virus rubella hanya dengan imunisasi MR. Dari proses vaksinasi ini diharapkan virus hilang.

Terutama saat cakupan vaksin mencapai 95 persen, bisa memutus rantai penyebaran virus. Dengan sasaran utama imunisasi adalah anak-anak. Ketika anak-anak punya kekebalan tubuh dari imunisasi, akhirnya rubella bisa hilang. Sehingga nanti tidak mungkin lagi rubella bisa menginfeksi kepada ibu hamil dan janinnya.

Bagaimana cara kerja vaksin?

Vaksin sesungguhnya dari virus itu sendiri, namun sudah dilemahkan. Setelah disuntik ke dalam tubuh, vaksin membuat tubuh menjadi kebal. Kemudian bekerja dalam tubuh dan aktif membuat perlindungan tubuh. Saat ada virus rubella yang masuk, maka tidak akan berpengaruh.

Bagaimana mendapat vaksin selama ini?

Dahulu ada vaksin yang bernama MMR. Ini termasuk vaksin tambahan, harus bayar pribadi karena tidak masuk program imunisasi pemerintah. Saat itu, biaya sekitar Rp 300 ribu dan vaksin tersedia di rumah sakit. Namun vaksin MMR sempat kosong empat tahun terakhir dan membuat jumlah kasus rubella meningkat.

Akhirnya pemerintah mencanangkan untuk melakukan imunisasi wajib. Sesuai arahan pemerintah, masyarakat bisa mendapatkan di sekolah dan posyandu dalam program imunisasi. Sementara untuk saat ini, vaksin belum tersedia di rumah sakit.

Bagaimana tips agar terhindar dari MR?

Agar tidak terjangkit virus ini, daya tahan harus terjaga. Misalnya untuk bayi, perlindungan bisa dengan memberikan ASI eksklusif agar daya tahan tubuhnya bagus. Kemudian pada anak-anak bisa dengan asupan makanan bergizi, terutama tinggi protein untuk tumbuh kembang anak serta daya tahan tubuh yang bagus. Cara lain memutuskan rantai penyebaran virus dengan imunisasi. (tim kp)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tunda Imunisasi MR untuk Muslim Hingga 8 Agustus


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler