Mati Suri di Masa Pandemi, Sektor Pariwisata Incar Pasar Online

Kamis, 14 Mei 2020 – 23:26 WIB
Seminar pariwisata virtual menghadirkan para pelaku sektor pariwisata. Foto: Humas STP Trisakti

jpnn.com, JAKARTA - Sektor pariwisata diyakini akan kembali menggeliat setelah pandemi corona virus disease (Covid-19) berlalu. Keyakinan ini disampaikan delapan alumni Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti yang berkarir di bisnis pariwisata, yaitu Keyza Oktaviany, Wahyu, Stella Lorenza, Yessylia Violin, Margareth Marsia, Fararine Margaretha, Muhammad Yodha Prananda dan Gaudentius Jason.

Mereka berkarir dalam beragam bidang bisnis pariwisata. Mulai dari perhotelan, F&B (food and beverage), konsultan restoran dan cafe, barista, retail hingga perusahaan produk pemasok bisnis pariwisata.

BACA JUGA: Bali Berharap Kegiatan Pariwisata Akan Kembali Mulai Juli

"Ada celah bisnis baru yang akan dikembangkan di masa depan yakni penjualan online, pasar yang selama ini belum kami garap secara serius," kata Yessylia yang berkarir sebagai manajer penyangrai kopi di perusahaan pengelola gerai kopi Common Ground.

Pernyataan Yessylia terungkap dalam seminar berbasis internet (webinar) yang digelar STP Trisakti baru-baru ini. Webinar bertajuk 'Pesona Talks: Serba Serbi Pariwisata Ala Milenial' itu diikuti lebih dari 290 siswa di 15 provinsi yang tertarik pada bisnis pariwisata.

BACA JUGA: Corona Tak Angker Lagi, Pariwisata Tiongkok Raup Rp 77,2 Triliun dalam Tiga Hari

Webinar dibuka Wakil Ketua III STP Trisakti, Ismeth Emier Osman, dan ditutup secara resmi oleh Ketua STP Trisakti, Fetty Asmaniati.

Kebijakan pemerintah lewat penerapan physical distancing dan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) dirasakan benar oleh Keyza yang bekerja di Hotel Ritz Carlton Pasific Place. "Dari biasanya ada 15 karyawan per shift dengan pergantian 2 kali, kini menjadi 4 karyawan per shift tetap 2 kali ganti. Ada sebagian karyawan yang masih bekerja karena masih ada tamu asing yang tinggal di residence. Mereka harus diurus keperluannya, karena tak bisa kemana-mana," tuturnya.

BACA JUGA: Ganjar Memprioritaskan UKM dan Sektor Pariwisata setelah Pandemi Corona Berakhir

Hal senada dikemukakan Muhammad yang bekerja di Hotel Aston Cirebon. Tak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) setelah penutupan hotel. "Selama masa tinggal di rumah, kami diminta untuk meningkatkan kapasitas diri. Jadi saat masuk kerja lagi setelah pandemi berlalu, karyawan sudah mahir berbahasa Inggris atau kemampuan memasak makin lebih baik," ujarnya.

Sebagian besar narasumber mengungkapkan perusahaannya kini sedang menggarap pasar online, yang sebelumnya tak pernah dilirik. Terutama bisnis yang berhubungan dengan minuman kopi. Penjualan memberi pemasukan yang lumayan di tengah bisnis yang sedang lesu.

Hal itu dikemukakan Margaret yang awalnya barista kini berkarir sebagai pengembang produk di bisnis gerai kopi. Katanya, saat ini peluang bagi mereka yang ingin wirausaha buka kedai kopi untuk berjualan secara online.

"Modalnya tidak besar, karena tak perlu sewa tempat. Bisnis bisa dijalankan dari rumah dengan espreso liquid dan pemasarannya lewat aplikasi semacam Gojek atau Grab. Asal diracik enak dan harganya affordable, orang akan beli untuk menghilangkan kebosanan di rumah saja. Apalagi sekarang ada trend minuman kopi ukuran satu liter," tuturnya.

Hal itu dibenarkan Yessylia. Kedai Common Grounds yang lokasinya tidak di mal tetap dibuka untuk umum, meski hanya untuk layanan antar dan penjualan lewat ojek online. Selain itu, perusahaannya juga masuk ke penjualan kopi nusantara di website penjualan online ternama.

Ketua STP Trisakti Fetty Asmaniati mengaku bangga atas prestasi kerja yang dilakukan lulusannya. Meski kondisi ekonomi di Indonesia dan dunia sedang lesu, tak menyurutkan mereka untuk tetap konsisten dalam karirnya. Bahkan kondisi sekarang mendorong terciptanya peluang bisnis baru di masa depan. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler