May Fokus Loloskan Brexit

Minggu, 31 Maret 2019 – 02:05 WIB
PM Inggris Theresa May saat mengumumkan permintaan pemilu dini, di Downing Street 10, London. Selasa (18/4). Foto: AFP

jpnn.com - Perdana Menteri (PM) Theresa May tahu bahwa Partai Konservatif tidak menghendakinya tetap duduk di kursi pemimpin saat Inggris membahas langkah British Exit (Brexit) berikutnya. Maka, untuk memperlancar sidang parlemen hari ini (29/3), perempuan 62 tahun itu menyatakan niatnya untuk mundur dari jabatan ketua partai. Tapi, dia akan tetap menjabat PM sampai ada pengganti.

May berani menawarkan alternatif tersebut karena ingin parlemen satu suara dalam voting penentuan Brexit Jumat ini. Selama ini suara Konservatif yang terbelahlah yang membuat kesepakatan Brexit tak kunjung lolos di parlemen. Dia berharap, dengan merelakan kursi ketua partai, parlemen akan sepakat soal Brexit.

BACA JUGA: Kualifikasi Euro 2020: Inggris Minta UEFA Beri Hukuman Buat Montenegro

"Saya tahu ada keinginan untuk menerapkan pendekatan yang berbeda lewat ketua (partai) yang baru. Pada fase kedua negosiasi, saya tidak akan menjadi penghalang," ujar May dalam pertemuan internal partai Rabu waktu setempat (27/3). Kepada Agence-France Presse, dia mengaku rela meletakkan jabatannya sebagai pemimpin tertinggi Konservatif. Semua demi Brexit. Demi Inggris.

Setelah tidak lagi menjadi ketua partai nanti, May tidak akan lagi ikut campur soal kebijakan Konservatif tentang Brexit. Namun, dia akan bertahan sebagai kepala pemerintahan sampai partainya menentukan pengganti.

BACA JUGA: PM Inggris Terancam Dikudeta

May optimistis tawaran itu akan membuat para politisi Konservatif luluh. Dengan demikian, proposalnya soal Brexit bisa gol sebelum batas waktu berakhir pada 12 April. "Saya meminta semua orang di ruangan ini mendukung kesepakatan saya agar pemerintah bisa menepati janjinya kepada rakyat," tegasnya sebagaimana dilansir BBC.

Lantas, apa tanggapan para legislator? Sebagian anggota parlemen memang langsung banting setir. Mereka menyatakan kesediaannya mendukung kesepakatan Brexit. Salah seorang di antaranya adalah Boris Johnson. Mantan menteri luar negeri (Menlu) Inggris tersebut mengaku akan mendukung proposal May.

BACA JUGA: Kualifikasi Euro 2020: Inggris Pesta Pora, Raheem Sterling Ukir Rekor

"Meski menyakitkan, saya harus mendukung alternatif itu," ujar Johnson sebagaimana dikutip CNN. Dia menambahkan, keputusannya untuk berubah haluan dan mendukung proposal May adalah bentuk tanggung jawabnya terhadap amanah rakyat. Khususnya, amanah 17,4 juta rakyat yang memilih Brexit pada referendum 2016 lalu.

Namun, tidak semua politikus tergerak hatinya. Legislator pro-Eropa Jacob Rees-Mogg menegaskan bahwa dirinya tidak akan mengubah pendirian. Demikian juga partainya, Democratic Unionist Party (DUP). Sebab, rakyat Irlandia Utara pun tidak menghendaki proposal May diterapkan di wilayahnya. Terutama kebijakan soal backstop.

Dalam pernyataan resmi partai, Ketua DUP Arlene Foster menegaskan bahwa pihaknya tak akan mendukung proposal May. Mereka ingin pemerintah mengubah kebijakan backstop. "Poin backstop membuat kami tidak bisa menandatangani kesepakatan itu," ungkap Foster.

Kendati demikian, May masih punya peluang untuk mengegolkan proposalnya. Apalagi, sampai sekarang pun, parlemen juga belum satu suara soal kebijakan alternatif Brexit. Rabu lalu, ada delapan proposal berbeda terkait dengan Brexit. Tapi, tidak ada satu pun yang lolos.

"Masih terlalu cepat untuk menyimpulkan. Saya kira anggota parlemen akan punya pemahaman yang lebih baik dalam voting kedua," ujar Oliver Letwin, legislator Konservatif yang memimpin voting Rabu lalu. Voting kedua dijadwalkan Senin depan jika proposal May belum disetujui.

Sementara itu, New York Times melaporkan bahwa kursi ketua partai yang akan May tinggalkan sudah memikat sejumlah tokoh. Selain Johnson, muncul nama Menteri Lingkungan Hidup Michael Gove, Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt, Menteri Dalam Negeri Sajid Javid, dan Wakil PM David Lidington.(bil/c22/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Parlemen Ogah Mendengar Proposal Brexit Lagi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Brexit   Theresa May   Inggris  

Terpopuler