Mayjen TNI Nisan Sebut Deradikalisasi Terhadap Perempuan Tidak Mudah

Jumat, 31 Maret 2023 – 00:46 WIB
Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Nisan Setiadi dalam diskusi bertajuk "Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP): Cerdas Digital, Satukan Bangsa dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis (30/3/2023). ANTARA/Luqman Hakim

jpnn.com, YOGYAKARTA - Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Nisan Setiadi menyebut deradikalisasi terhadap perempuan yang pernah bergabung dengan jaringan kelompok terorisme tidak mudah.

"Perempuan itu kalau sudah kena (paham radikal) itu susah lepasnya. Jadi, lebih susah menderadikalisasi perempuan daripada laki-laki," kata Nisan dikutip dari Antara, Kamis (30/3).

BACA JUGA: Pengganti Boy Rafli sebagai Kepala BNPT Sudah di Kantong Jokowi, Siapa?

Menurut dia, kaum perempuan memiliki loyalitas tinggi terhadap doktrin yang diterima sehingga menjadi pertimbangan jaringan teroris untuk gencar merekrut mereka sebagai anggota.

"Perempuan itu mudah dipengaruhi, terutama yang memiliki masalah dalam keluarga. Selain itu, kaum perempuan dianggap sangat loyal," kata dia.

BACA JUGA: Bang Edi Berbicara Calon Kepala BNPT Pengganti Boy Rafli, Sebut Nama Sejumlah Pati Polri

Menurut dia, kaum perempuan kini bukan lagi sekadar berpeluang menjadi korban, melainkan juga berpotensi menjadi pelaku utama dalam aksi terorisme.

Seorang wanita benama Siti Elina (SE) yang pada bulan Oktober 2022 hendak menerobos masuk ke Istana dengan membawa pistol, menurut dia, adalah salah satu bukti bahwa perempuan tidak hanya berpotensi menjadi korban, tetapi juga pelaku.

BACA JUGA: 68 Napiter di Lapas Gunung Sindur Jalani Identifikasi untuk Program Deradikalisasi

"Perempuan ini trennya lagi naik. Indeks risiko terorisme dan indeks potensi radikalisme trennya naik untuk perempuan dan anak-anak muda, khususnya generasi milenial dan generasi Z," kata dia.

Untuk mencegah kaum perempuan masuk gerakan terorisme, mereka perlu dilibatkan dalam kegiatan kontranarasi radikalisme serta dituntut cerdas pada era digital, termasuk cerdas dalam bermedia sosial.

Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Sahiron menambahkan bahwa cerdas digital perlu digaungkan agar masyarakat tidak terjerumus dalam gerakan terorisme lantaran salah memahami ajaran agama melalui internet.

Sahiron mengakui ada teori yang menyatakan bahwa masyarakat terlibat gerakan radikal dan terorisme karena faktor ekonomi dan politik.

"Akan tetapi, ternyata yang paling banyak adalah faktor bagaimana memahami agama itu karena salah dalam hal mendapat pengajaran dan yang paling kentara adalah karena mereka belajar agama di internet," kata dia.

Sejumlah organisasi perempuan hadir dalam diskusi yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY dan BNPT itu, antara lain, Muslimat NU, Aisyiyah, Perkumpulan Srikandi Indonesia, Bhayangkari, Wanita UNU, Perempuan MUI, IWAPI, dan Wanita Hindu Dharma Indonesia. (antara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gandeng PT KAI, BNPT Berdayakan Mitra Deradikalisasi di Jateng, Nih Buktinya


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler