Mayoritas Responden Ingin Pemilu 2024 Tetap Gunakan Sistem Proporsional Terbuka

Jumat, 06 Januari 2023 – 22:13 WIB
Direktur Eksekutif Skala Survei Indonesia (SSI) Abdul Hakim MS. Foto: SSI

jpnn.com - JAKARTA - Skala Survei Indonesia (SSI) menggelar survei menyikapi polemik terkait sistem yang akan digunakan pada pemilihan legislatif di Pemilu 2024.

Hal ini menjadi polemik setelah sebelumnya sejumlah politikus melakukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Pasal Pasal 168 Ayat (2) UU Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu.

BACA JUGA: Jubir PKB: Sistem Proporsional Tertutup Hambat Regenerasi Politisi

Pasal ini mengatur pemilu menggunakan sistem proporsional terbuka.

Para politikus tersebut menginginkan agar pola pemilihan kembali ke sistem yang lama, proporsional tertutup.

BACA JUGA: Verifikasi Faktual Parpol, Bawaslu Nyatakan KPU Sulsel Tak Bersalah

Artinya, pemungutan suara hanya memilih tanda gambar parpol tanpa menyertakan nama-nama calon anggota legislatif.

Terkait hal tersebut SSI kemudian meminta pendapat masyarakat dengan menggelar survei.

BACA JUGA: Indonesia Menghadapi Tantangan Ideologi, PDIP Jangan Puas Menang Pemilu 20 Persen

Hasilnya, mayoritas responden atau sebanyak 63 persen menginginkan Pemilu 2024 tetap digelar menggunakan sistem proporsional terbuka.

Menurut Direktur Eksekutif SSI Abdul Hakim MS, responden menginginkan sistem proporsional terbuka dengan beragam alasan.

Yakni, karena lewat sistem tersebut pemilih dapat memilih secara langsung calon anggota legislatif (caleg) yang dinilai memiliki kemampuan (17,1 persen).

"Responden juga beralasan dapat melihat calon-calonnya (19 persen), hak rakyat dalam menentukan pilihan (13,8 persen), lebih transparan atau terbuka (12 persen) dan alasan lain masyarakat harus mengetahui calon serta partai yang mereka pilih (6,3 persen)," ujar Abdul Hakim dalam keterangannya, Jumat (6/1).

Sementara itu, responden yang setuju pemilihan legislatif menggunakan sistem proporsional tertutup hanya 4,8 persen.

"Mereka beralasan pemilu langsung berbiaya mahal (27,6 persen), terlalu banyak pilihan (20,7 persen), pemilu menjadi lebih lama 10,3 persen dan berpotensi money politik (6,9 persen)," ucapnya.

Pada survei kali ini masih cukup banyak responden yang menyatakan tidak tahu, tidak menjawab atau rahasia. Yakni mencapai 32,2 persen.

Survei dilakukan pada rentang waktu 6–12 November 2022 di 34 provinsi, menggunakan teknik penarikan sampel multistage random sampling.

Jumlah responden sebanyak 1.200 orang dengan confidence interval atau margin of error lebih kurang 2,83 persen.

Confidence level atau tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Usia responden yang dijadikan sampel 16 tahun ke atas atau sudah menikah.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka langsung dengan responden menggunakan kuesioner. (gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kang Saan Yakin NasDem Jabar Makin Moncer Sejak Anies jadi Capres


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler