Mbak Rerie: Pengembangan Batik Berpotensi Memperkuat Diplomasi dan Ekonomi

Kamis, 05 November 2020 – 17:27 WIB
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan pengakuan terhadap batik sebagai warisan budaya nonbendawi oleh UNESCO, harus dilihat sebagai bentuk pengakuan dunia terhadap ciri khas sekaligus kedaulatan bangsa dan budaya Indonesia.

"Eksistensi batik di kancah dunia saat ini tidak terlepas dari proses diplomasi panjang yang dilakukan para diplomat kita," kata Lestari saat berbicara secara daring kepada peserta Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri, Kamis (5/11).

BACA JUGA: Berdialog dengan WNI di Turki, Bamsoet Ceritakan soal Jokowi Menegur Menteri

Sebelas tahun yang lalu, katanya, pada 2 Oktober 2009, UNESCO sebagai organisasi kebudayaan dunia telah menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia.

Pengakuan dunia terhadap batik itu menurut Lestari, harus bisa dimanfaatkan secara maksimal bagi kepentingan bangsa. Apalagi batik sebagai karya budaya anak bangsa juga berperan dalam proses menuju dan mengisi kemerdekaan.

BACA JUGA: MPR RI: Segera Mengambil Sikap Diplomasi dan Kuatkan TNI di Laut Natuna Utara

Pimpinan MPR yang beken disapa dengan panggilan Mbak Rerie ini juga menyebutkan, sejumlah motif seperti Batik Jawa Hokokai mengadopsi motif-motif khas bernuansa Jepang berbentuk bunga-bunga, dengan tujuan diplomasi.

Produksi batik dengan motif Jawa Hokokai itu di masa lalu diproduksi sebagai salah satu cara agar memperlancar komunikasi dengan pihak Jepang.

BACA JUGA: Kapitra Ampera: Itu Haknya Habib Rizieq Shihab

Upaya diplomasi dengan memanfaatkan batik ini menurut Rerie, dilanjutkan pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, saat Indonesia menjadi tuan rumah KTT APEC pada 1994.

Ketika itu. pemerintah menjadikan batik sebagai pengganti pakaian resmi di acara tersebut. Pola diplomasi serupa pun dilanjutkan hingga saat ini.

Selain bisa digunakan untuk kepentingan diplomasi, batik juga bisa menjadi penguat sektor ekonomi. Sebab, industri batik melibatkan ribuan tenaga kerja pada industri terkait, dari hulu ke hilir. Antara lain, produsen malam, canting, kain, pengrajin hingga distribusi dan pemasaran.

Penguatan sektor ekonomi ini tentu berperan penting bagi eksistensi sebuah negara. Bahkan, saat ini ada kecenderungan perang bukan semata memperebutkan teritorial atau wilayah, namun juga dalam bentuk perang dengan tujuan penguasaan ekonomi.

"Salah satu yang harus diupayakan adalah bagaimana batik menarik bagi investor, tanpa menghilangkan jati diri batik secara budaya. Sehingga investor tidak melulu mengikuti selera pasar," jelasnya.

Karena itu Mbak Rerie berharap keterlibatan investor dalam pengembangan batik mampu meningkatkan eksistensi batik lebih luas lagi.(jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler