jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik sekaligus peneliti, Daniel Dhakidae, mengatakan elektabilitas Joko Widodo yang terus meroket sebagai calon Presiden, membuat dilema sang Ketua umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Hal ini dikatakan Daniel menanggapi survey Cirus Surveyors Group yang menempatkan Jokowi -sapaan Joko Widodo- sebagai bakal capres dengan elektabilitas dan kelayakan paling tinggi.
BACA JUGA: Disomasi SBY, Rizal Ramli Merasa SBY Lagi Galau
Menurut Daniel, persoalannya terletak pada kelayakan Gubernur DKI Jakarta itu di internal PDI Perjuangan belum ada kepastian, sehingga Jokowi tidak bisa menentukan statusnya sebagai capres.
"Jokowi tidak bisa menentukan statusnya walau posisi elektabilitasnya tinggi tapi dia tergantung orang lain. Jadi ada persoalan serius antara elektabilitas yang tinggi dengan ketidakpastian. Ini yang dihadapi Jokowi," kata Daniel di acara rilis survey CSG di Jakarta, Kamis (9/1).
BACA JUGA: Jokowi-Prabowo, Capres Paling Layak Versi Survei
Kondisi ini menurutnya akan membuat ketegangan di internal PDI Perjuangan sendiri, termasuk menjadi dilema bagi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri yang juga masih berminat maju dalam Pilpres.
"Mega juga dilema. Saya maju atau tidak, maju tidak. Kondisi ini membawa persoalan baru di partai," kata Daniel. Diketahui, survey CSG yang dirilis hari ini juga menempatkan PDI Perjuangan dengan elektabilitas tertinggi (22,3 persen), disusul Golkar (17,5 persen), dan Gerindra 7,5 persen.
BACA JUGA: Kapolri Harapkan Ada Tambahan Remunerasi
Ditambahkan Daniel, bila dengan elektabilitas PDIP yang tinggi namun tidak mencalonkan Jokowi, maka akan merusak konstelasi politik, serta pemilih akan lari dari PDIP.
"Bila partai rusak, maka tidak akan banyak orang masuk DPR. Jauh lebih besar kerugiannya. Tetapi ini bukan keputusan yang mudah untuk Mega (yang juga ingin Nyapres). Mega juga harus memperhitungkan orang sekitar apakah setuju atau tidak. Jokowi tinggi peluangnya," tandasnya.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Disebut Pejabat Lebay, Ini Tanggapan Denny Indrayana
Redaktur : Tim Redaksi