jpnn.com, BALI - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri menerima penghargaan tertinggi dari Federasi untuk organisasi profesi keinsinyuran se-Asean (Asean Federation of Engineers Organisation/AFEO), Rabu (22/11).
Dalam sambutannya, Megawati mengatakan profesi Insinyur juga butuh pemahaman filsafat, sistem politik, hingga tentang rakyat dan bangsanya.
BACA JUGA: Megawati Terima Penghargaan dari Perhimpunan Insinyur Asean
Megawati mengaku dirinya sangat tertarik dengan cara berpikir insinyur. Sebab, insinyur selalu melihat persoalan yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana atas pendekatan analisis yang mengedepankan inovasi.
Insinyur juga berpikir secara kreatif, terintegrasi, dan digerakkan oleh kemampuan profesional di dalam setiap karyanya.
BACA JUGA: Megawati Tersenyum Lihat Prabowo Berjoget Penuh Semangat
“Insinyur selalu menerapkan prinsip penyederhanaan dan melihat berbagai opsi guna memutuskan mana yang paling feasible, dan sekaligus memberikan manfaat nyata bagi manusia,” kata Megawati.
Megawati mengaku memahami hal itu setelah melihat sang ayah, Soekarno, yang merupakan insinyur. Seorang insinyur selalu kokoh dalam disiplin ilmunya, melihat praktis sosialnya, dan bagaimana peran pentingnya dalam transformasi kemajuan bangsa.
BACA JUGA: Gibran bin Jokowi Mencium Tangan Megawati, Ganjar Hanya Begini
Bung Karno, menurut Megawati, adalah sosok yang detail, membumi, dan visoner. Dalam setiap kesempatan kunjungan ke luar negeri, Bung Karno selalu mendorong kerja sama pengiriman para pemuda Indonesia ke luar negeri untuk menguasai ilmu-ilmu dasar dan teknik.
Megawati lalu bercerira pengalaman saat Juni 1956, Bung Karno ke Jerman. Di sana, Putra Sang Fajar menegaskan kemajuan bangsa Jerman hanya bisa terjadi karena kemampuan para insinyurnya yang begitu berdisiplin di dalam mengembangkan ilmu teknik.
“Bung Karno menyebut Jerman sebagai Bumi Penemuan. Ada cerita yang menarik. Saat itu ada seorang profesor Jerman ahli metalurgi yang bertemu dengan Bung Karno. Profesor ini mempelajari kandungan logam yang ada di keris. Semua sudah diketahui, namun ketika mau membuat keris seperti yang kita punya, ternyata tidak berhasil. Pertanyaan profesor tersebut ke Bung Karno, apa yang salah? Yang salah adalah karena kamu bukan orang Indonesia,” urai Megawati.
Demikian pula ketika berkunjung ke Tiongkok pada Oktober 1956, Bung Karno berpidato di hadapan rakyat Tiongkok dan menegaskan bahwa sebagai seorang insinyur. Beliau bertugas membangun gedung dan jembatan. Hanya saja yang kini dibangun adalah Jembatan Persahabatan dengan bangsa Tiongkok.
Dari situ, Megawati menilai para insinyur memiliki daya imajinasi tentang masa depan. Daya imajinasi inilah yang juga dimiliki Bung Karno, yang membayangkan bangunan Indonesia Raya yang harus berdiri kokoh.
Fondasi ini berakar kuat ke buminya Indonesia dan lahir sebagai kristalisasi seluruh falsafah, nilai-nilai, dan hakekat tentang makna dan tujuan berbangsa-bernegara.
“Fondasi bangunan Indonesia Raya inilah yang dikenal dengan Pancasila,” kata Megawati.
Bagi Megawati, profesi insinyur itu saja tidak cukup soal matematika atau ilmu teknik. Insinyur juga butuh pemahaman filsafat, sistem politik, hingga pemahaman tentang rakyat dan bangsanya.
“Belajar dari Bung Karno, menjadi insinyur saja tidak cukup, diperlukan pemahaman terhadap filsafat, sistem politik, sistem ekonomi dan kebudayaan serta pemahaman holistik tentang rakyat, tanah air, dan bangsa,” pungkasnya. (Tan/JPNN)
Video Terpopuler Hari ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gestur Gibran bin Jokowi di Depan Ketum PDIP Megawati
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga