KLATEN - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tak mau ikut mengutuk pemberitaan The Age dan Sidney Morning Herald yang bersumber dari bocoran kawat diplomatik AS melalui WikiLeaksMenurutnya, bocoran informasi itu merupakan bagian dari keniscayaan teknologi.
"WikiLeaks itu kan bagian dari teknologi yang menyerap informasi
BACA JUGA: Ibas: Jangan Dikotomikan Pemimpin Tua dan Muda
Persoalannya adalah dicari betul kebenaran rangkaian informasi itu," ujar Megawati saat jumpa pers usai pencanangan Cabang Pelopor PDIP di Desa Jambakan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (17/3).Lantas bagaimana soal kebenaran informasi di WikiLeaks, termasuk disebutnya Taufik Kiemas yang juga suami Megawati telah melakukan korupsi? Presiden kelima RI itu mengatakan, dirinya tidak dalam posisi membenarkan atau menyalahkan data WikiLeaks.
"Saya tak meng-condemn (mengutuk)itu
BACA JUGA: Megawati Pagari PDIP dari Tarikan Koalisi
Saya hanya merasa tak senang jika informasinya tak benar," ucapnya.Persoalannya, kata Megawati, adalah cara informasi itu didapat
BACA JUGA: Demokrat: Makannya Ramai, Indonesia Tak Surplus Beras
"Seorang diplomat, salah satu tugasnya adalah memang memasuki suatu prgaulanMaka dari pergaulan itulah sepengetahuan saya hal-hal seperti itu bisa dijadikan suatu masukan," ucapnya
Namun Megawati tak mau menanggapi tentang motif bocornya data Wikileaks yang juga menyeret nama suaminya ituIa hanya menyasangkan, mengapa hal itu baru diungkap ke publik baru-baru ini sja"Mengapa tidak dulu tahun 2004 setelah Pemilu?" pungkasnya
Seperti diketahui, dari data WIkiLeaks yang dimuat koran Australia, The Age dan SMH edisi Jumat (11/3) pekan lalu menyebut bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah memerintahkan Jampidsus Hendarman Supandji menghentikan pengungkapan kasus korupsi yang melibatkan Taufik KiemasPria yang kini jadi Ketua MPR RI itu disebut menggunakan posisinya sebagai suami Megawati yang saat itu menjadi presiden, untuk memengaruhi kebijakan dan mengontrol PDIP(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Edy Baskoro: Saya Bukan Muhammadiyah, Tapi NU
Redaktur : Tim Redaksi