jpnn.com, JAKARTA - Kemajuan teknologi di sektor pertanian, selain peningkatan produksi, juga memberikan peluang kerja dan usaha baru.
Salah satu contohnya adalah pemanfaatan teknologi alat mesin pertanian (alsintan) yang membuka peluang usaha penyewaan dan tenaga service.
BACA JUGA: Di tangan Menteri Amran, Kementan Berhasil Dapat Opini WTP
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy mengatakan, mekanisasi pertanian tujuannya memang tidak hanya untuk peningkatan produksi, tetapi juga untuk membuka peluang usaha atau kerja baru.
Peluang ini muncul di tengah pemerintah terus menggenjot perluasan lahan pertanian.
BACA JUGA: Kementan Sampaikan Selamat pada Dirjen FAO Terpilih
Adapun alsintan yang bisa dimanfaatkan antara lain Combine Harvester (alat panen padi), Traktor roda 2 (Hand Tractor), Traktor roda 4, alat tanam padi (Rice Transplanter), dan beberapa alsintan lainnya.
"Perluasan dan optiomasi lahan pertanian di Indonesia mencapai 1,16 juta hektar (naik 358 persen dibanding tahun 2013). 34,8 juta hektare di antaranya lahan rawa. Ini jelas akan memberikan peluang usaha jasa alsintan bila lahan tersebut menjadi lahan sawah produktif," ujar Sarwo Edhy, Senin (24/6).
BACA JUGA: Strategi Ditjen PSP Tingkatkan Strategi dan Operasional Hingga 2024
Dia mengungkapkan, saat ini tenaga kerja pertanian kian terbatas, ditambah kurang minatnya generasi muda zaman now untuk terjun ke bidang pertanian. Pertanian makin kehilangan tenaga olah tanah, tenaga tanam, tenaga perawatan dan tenaga panen.
"Tidak hanya di Lampung, di wilayah Sulawesi Selatan seperti Sidrap, Pinrang, Wajo dan beberapa sentra produksi padi di sana, alsintan hilir mudik diangkut di atas truk menuju lahan-lahan yang akan menggunakan jasa alsintan tersebut," ujarnya.
Demikian juga di wilayah Jawa Timur, seperti Lamongan, Bojonegoro, Tuban, dan kabupaten lainnya. Jasa alsintan telah menjadi kebutuhan masyarakat tani di sana.
Begitu juga di daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan daerah lainnya, memberikan harapan bagi para pengusaha jasa alsintan.
Meskipun ada sebagian masyarakat yang sudah mulai berkecimpung dalam usaha jasa alat dan mesin pertanian (UPJA) ini, namun luas lahan yang perlu ditangani alsintan masih sangat luas.
"Peluang masih terbuka lebar. Apalagi pemerintah terus menggenjot perluasan lahan pertanian khususnya lahan sawah di luar daerah, serta kegiatan optimasi lahan-lahan rawa yang saat ini sedang digarap pemerintah untuk menjadi lahan sawah produktif," kata Sarwo Edhy.
Menurut Chandra (30), seorang pemilik jasa penyewaan alsintan di Lampung, saat ini jasa sewa alsintan sudah mulai banyak digunakan petani untuk mempercepat pengolahan lahan.
Proses yang cepat membuat sistem pengolahan lahan dengan cara tradisional ataupun menggunakan kerbau mulai ditinggalkan.
“Tenaga manusia untuk mencangkul lahan sawah bahkan sudah tergantikan Alsintan jenis traktor. Begitu juga saat menanam, yang digunakan alsintan transplater," ujar Chandra.
Untuk biaya sewa, ungkap Chandra, penyedia jasa traktor pada lahan sawah seluas seperempat hektare dipatok Rp 400 ribu. Biaya tersebut sudah mencakup dari proses membajak, menghaluskan hingga lahan sawah siap ditanami.
“Proses tersebut membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga hari bahkan lebih sesuai luasan lahan. Sementara untuk penghalusan galengan atau pemisah antar petak sawah dilakukan dengan cangkul oleh pemilik lahan sawah,” terangnya.
Sekali masa tanam, Chandra bisa mendapatkan hasil hingga Rp5 juta dari satu traktor. Dia pun menyisihkan penghasilannya untuk memperbaiki alat dan sebagian ditabung membeli Alsintan baru.
Pemilik usaha jasa traktor lain, Suroto di Desa Sukabaru, Kecamatan Penengahan mengaku sewa alsintan mulai umum digunakan petani. Sebagian petani yang terbatas modal belum bisa membeli bisa menyewa.
Salah satu anggota kelompok tani Sumber Rejeki tersebut mengaku, selain disewa untuk pengolahan lahan sawah, traktor juga digunakan untuk pengolahan lahan jagung.
Potensi tersebut dimanfaatkan oleh penyedia jasa sebagai usaha yang menghasilkan.
“Modal awal belasan juta untuk membeli traktor akan mendapatkan hasil ratusan ribu sekali sewa alsintan dan alat juga bisa digunakan untuk pengolahan lahan sendiri,” ungkap Suroto.
Keberadaan traktor disebut Suroto membuat petani bisa lebih menghemat. Sebab sebelumnya dengan menggunakan jasa pengolahan menggunakan tenaga manusia petani bisa mengeluarkan biaya ekstra.
Dedi Triono, salah satu petani jagung yang kerap menggunakan jasa traktor menyebut ia bisa lebih cepat mengolah lahan. Usaha penyediaan jasa traktor tersebut sekaligus sebagai salah satu peluang bagi petani yang memiliki modal cukup.
“Biaya untuk sewa penggunaan traktor relatif terjangkau dan hasil panen tentunya bisa untuk menutupi biaya operasional,” terang Dedi Triono. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KRPL Harus Berkelanjutan Untuk Kebutuhan Rumah Tangga
Redaktur : Tim Redaksi