Melacak Jejak Untung, Terduga Teroris yang Tewas Mencurigakan di Tangan Densus 88

Lama Tak Pulang Kampung, Sekali Pulang Bawa Tujuh Anak

Rabu, 15 Juni 2011 – 08:08 WIB
SEPI: Rumah Untung di Banyu Urip Kidul, Surabaya, kemarin 14/6).Foto : Angger Bondan / Jawa Pos

Tewasnya Untung Budi Santoso alias Khaidir, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 pada Senin lalu (13/6), masih menyisakan pertanyaan: dia disiksa atau sakit jantung? Di kampung halamannya di kawasan Banyu Urip Kidul, Surabaya, kehidupan pribadi Untung ternyata juga penuh tanda tanya
------------------------------ -------------
 GUNAWAN SUTANTO, Surabaya
------------------------------ -------------
Kemarin siang (14/6) beberapa warga di Kampung Banyu Urip Kidul 10 C, Surabaya, mendadak ramai memperbincangkan sosok pria bernama Untung, 48

BACA JUGA: Setelah Lamaran, Anak dan Ibu yang Berboncengan Itu Tewas Ditabrak Bus

Warga di sana mengenalnya sebagai Budi Untung Wasesa
Tapi, Mabes Polri menyebutnya Untung Budi Santoso alias Khaidir.  "Saya baru tahu bahwa Untung adalah teroris," kata salah seorang warga di Kampung Banyu Urip Kidul.

Di kampung itu, Untung dikenal sebagai anak tunggal pasangan Musijah, 64, dan almarhum Kamso

BACA JUGA: Modif Club, Klub Biker Para Difabel yang Gemar Touring

Keluarga tersebut tinggal di tengah gang kecil perkampungan
Mereka menempati bangunan sangat sederhana berbentuk huruf L

BACA JUGA: Ingin Buktikan Pemain Sepakbola Juga Bisa Jadi Doktor

Model bangunan rumah itu terlihat lawas

Ketika Jawa Pos berkunjung kemarin siang, rumah tersebut kosongMenurut cerita beberapa warga di sekitar rumah itu, Musijah dulu sempat bekerja sebagai buruh pabrikSementara itu, sebelum meninggal, Kamso dikenal sebagai pekerja serabutan

Sejumlah tetangga mengungkapkan, keluarga Untung termasuk penduduk lama di kampung tersebutDi rumah itu, awalnya Untung tinggal bersama orang tuanyaPria yang disebut pernah mengenyam pendidikan di IKIP (sekarang Universitas Negeri Surabaya, Red) tersebut, menurut beberapa tetangga, sering tidak tinggal di rumah selepas kuliah.

"Kalau tidak salah dia dulu kuliah di jurusan bahasa JermanWong sama anak saya satu pantaran dan kuliahnya sama-sama di IKIP," ujar GumonoNenek 70 tahun tersebut mengaku mengenal keluarga Untung sejak dirinya tinggal di Kampung Banyu Urip Kidul pada 1960-anTidak banyak tetangga yang tahu kehidupan Untung selama iniSebab, dia jarang terlihat pulang ke Surabaya"Kadang pulangnya pas LebaranKadang juga terlihat saat puasaJadi, ndak tentu," ujarnya

Para tetangga juga tidak tahu kapan pastinya Untung menikahMereka hanya tahu Untung tiba-tiba pulang membawa istri dan beberapa anakPendeknya, di mata warga, Untung adalah sosok yang penuh tanda tanya"Saya tahunya istrinya orang BandungUntung kabarnya juga tinggal di sana," papar istri purnawirawan Polri itu.

Dalam kartu keluarga (KK), hanya ada dua orang di rumah itu, yakni Musijah dan UntungKamso tak lagi tercantum dalam KK karena sudah meninggal sekitar enam tahun silam.

"Seingat saya, dalam KK, data Mas Untung masih adaTapi, kalau dilihat dalam administrasi, dia sudah tidak memperpanjang KTP sini," ujar Ny Priyanto, istri ketua RT X RW IX, Kelurahan Banyu UripRumah Priyanto berada persis di depan rumah UntungHanya, Priyanto dan istrinya termasuk orang baru di kampung tersebut.

Selain dihuni Musijah, rumah keluarga Untung dikoskanRumah Untung berbentuk L dengan empat sekat ruangan serta satu kamar mandi di luarSekat pertama dan kedua di rumah tersebut difungsikan sebagai ruang tamu dan kamar tidurDua sekat itulah yang kini dikoskan kepada seseorang bernama Supiyah

Sekat ketiga di bagian tengah bangunan rumah juga dimanfaatkan sebagai kamar tidur"Kamar ini ditempati Mbah Jah (sebutan ibu Untung, Musijah)," ujar SupiyahNah, di bagian letter L terdapat sebuah kamar lagi yang menurut Supiyah sering digunakan sebagai tempat tidur Untung"Kalau Mas Untung dan keluarganya ke sini, biasanya menempati kamar itu," ungkapnya

Menurut dia, kadang Untung datang dengan istrinya yang disebut bernama NunurUsia Nunur diperkirakan 38 tahunSepengetahuan Supiyah, Untung dan Nunur dikaruniahi tujuh anakLima anak laki-laki dan dua perempuanAnak sulung disebut telah duduk di bangku SMA, sedangkan anak terkecil sekitar 1,5 tahun"Meski masih kecil, anak-anak perempuan Mas Untung sudah dijilbabi," ujarnya.

Nunur selama ini dikenal berpenampilan dengan jilbab panjang tapi tidak mengenakan cadar"Kalau Mas Untung, terakhir ketemu, ya tidak jenggoten kayak teroris gitu," ungkap perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik itu.

Supiyah menyatakan, sejak pagi buta (kemarin) Musijah meninggalkan rumah"Selepas salat Subuh tadi Mbah Jah pamit hendak pergiSaya tanya, dijawab, mbuh sak kuate sikilku (entahlah, sekuat kaki melangkah)," ujar SupiyahDia menduga nenek 64 tahun tersebut pergi ke kampung halamannya di Ponorogo.

Setelah koran ini menyatakan bahwa Untung tewas seusai ditangkap tim Densus 88 Antiteror dan dimakamkan di Bandung, Supiyah menduga kuat Musijah pergi ke Kota Kembang itu"Kalau benar ke sana (Bandung), kasihan Mbah Jah, wis sepuh," terangnya.

Di bagian lain, sejumlah warga di Kampung Sukarame, Desa Cingcin, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, masih tak percaya bahwa Untung disebut teroris"Sejak dia (Untung) tinggal di sini bersama mertuanya, Untung baik sekali ketika bergaul dengan masyarakatDia rajin ibadah," cerita Ahmad Sodikin.  Dari informasi beberapa warga, sejak 1993 Untung tinggal di kampung itu ikut mertuanya.

Ahmad mengaku melihat korban kali terakhir pada Minggu lalu (12/6) sekitar pukul 10.00 WIB"Saya lihat terakhir Mas Khaidir berboncengan dengan istrinya menggunakan motor Honda VarioKatanya mau beli madu di warung obat herbalTapi, di tengah perjalanan malah ditangkap tiga pria berpakaian premanSetelah itu istrinya pulang sambil menangis," cerita Ahmad.

Salah seorang warga di sekitar lokasi penangkapan, Ny Emma, 40, mengaku kali permata melihat orang yang menangkap Untung"Waktu Minggu subuh sekitar pukul 04.00 memang ada satu mobil berpelat B berisi lima orang dan satu orang lagi membawa motorNah, salah seorang di antara mereka sempat bertanya ke saya, apa di sini biasa ada pengajian wargaSaya bilang, iya di Masjid Al Ikhwan," ungkap EmmaDi masjid itulah Untung biasa ikut pengajian

Menurut dia, sekelompok pria itu tidak terlalu banyak bertanyaEmma sendiri baru tahu bahwa ada warga yang ditangkap oleh sekelompok pria tak dikenal"Pasti orangnya yang nanya ke saya yang menangkap Mas Khaidir itu," ujarnya.

Salman, 33, warga lain, sangat tidak rela dengan meninggalnya Untung setelah ditangkap Densus 88 Mabes PolriSebab, sebelum ditangkap Untung tampak sehat dan tidak memiliki gejala kelainan apa pun pada fisiknya.

"Cara menangkapnya saja tidak etis, tanpa surat penangkapanBahkan, istri Untung ditinggal begitu saja tanpa diberi tahu mau dibawa ke mana suaminyaEh, ternyata malah pulang hanya jenazahnya," katanya kesal.

Penjelasan bahwa kematian Untung akibat penyakit jantung disampaikan oleh dokter dari RS Kramat Jati, Jakarta TimurHal ini disampaikan Kepala Desa Cingcin Muhammad SolehDia mengatakan, keluarga Untung sudah pasrah dengan penjelasan dokter sehingga almarhum sekaligus dibawa pulang untuk segera dimakamkan di TPU Sindangwargi, Kampung Babakan Arwah, RW 22 Desa Cingcin yang tidak jauh dari Kampung Sukarame.

Di rumah mertuanya, jenazah Untung disambut kesedihan mendalam karena harus meninggalkan tujuh anaknyaBelum termasuk anak yang masih dikandung Nunur yang berusia 5 bulanJenazah yang sudah dikafani tersebut dikebumikan sekitar pukul 13.30Bersamaan kedatangan ibu kandung Untung Budi Santoso, Musijah yang asli Surabaya(apt/jpnn/c2/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sulitnya Merawat Ribuan Koleksi Seni Istana Kepresidenan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler