Melawan Hoaks dan Radikalisme dari Pesantren

Senin, 10 Juli 2017 – 11:08 WIB
Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) menggelar halalbilhalal dan Rapat Pleno DPW IPI Jawa Timur di Surabaya, Minggu (10/7). Foto: IPI for JPNN.

jpnn.com, SURABAYA - Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) berkomitmen dalam memerangi hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme. Salah satunya yaitu dengan membentuk pesantren digital.

Ketua DPW IPI Jawa Timur KH As'ary Mahfudz mengatakan, peran pesantren digital ini nantinya untuk melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap semua santri. Terutama yang berada di bawah naungan IPI.

BACA JUGA: Rapat Rahasia di Markas PBNU Menghasilkan...

"Dasar kami adalah meneguhkan kualitas pesantren dan meningkatkan kualitas teknologi santri,” kata As'ary pada halalbilhalal dan Rapat Pleno DPW IPI Jawa Timur di Surabaya, Minggu (10/7).

Sementara itu Ketum DPP IPI KH Zaini Ahmad menambahkan, pesantren teknologi bisa meminimalisasi radikalisme. Santri, kata dia, juga bisa menguasai teknologi seperti pembuatan website dan sistem IT.

BACA JUGA: Kerukunan Bakal Buat Indonesia Kebal Dari Terorisme

“Di sinilah peran pesantren untuk menangkal radikalisme dibutuhkan. Kemudian menciptakan Islam yang sejuk, indah, dan damai bukan yang menakutkan” ujarnya.

Lebih lanjut kata Zaini, radikalisme saat ini menyasar di media sosial. Kaum muda, kata dia, banyak yang termakan situs tersebut dan menjadi pelaku baru dalam radikalisme.

BACA JUGA: Kapuspen TNI Klarifikasi Isu yang Mencatut Panglima TNI

Zaini juga menyampaikan jajarannya terutama di bidang kehumasan di setiap pesantren agar proaktif menangkal radikalisme. Ke depannya, tambah dia, santri pun akan diikutkan memerangi radikalisme tersebut.

Zaini menargetkan, untuk awal ini pihaknya menargetkan sebelas ribu pesantren se-Indonesia telah mendapat pelajaran mengenai informatika. Oleh sebab itu, IPI menggandeng ahli teknologi dari beberapa kampus guna mewujudkan program ini.

“Untuk mendukung program ini, IPI juga akan menggandeng salah satu provider swasta. Kami telah pesan lima juta kartu perdana GSM untuk bisa digunakan oleh para santri,” tandas dia. (Mg4/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat, Jihad di Zaman Modern Bukan dengan Kekerasan


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler